Rabu, 02 Juli 2025
Beranda / Pertahanan dan Keamanan / BPOM: Kejahatan Obat dan Makanan Kian Sistemik, Strategi Pencegahan Harus Adaptif

BPOM: Kejahatan Obat dan Makanan Kian Sistemik, Strategi Pencegahan Harus Adaptif

Selasa, 01 Juli 2025 18:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Kepala BPOM Taruna Ikrar. [Foto: dok. BPOM]


DIALEKSIS.COM | Jakarta - Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) kembali menggelar Forum Komunikasi Pencegahan Kejahatan Obat dan Makanan Tahun 2025, Senin (30/6/2025), sebagai bentuk konsolidasi nasional dalam menghadapi pola kejahatan yang kian kompleks.

Forum yang diselenggarakan secara daring ini mengangkat tema “Penguatan Strategi Cegah Tangkal Kejahatan Obat dan Makanan dalam Upaya Melindungi Kesehatan Masyarakat.” Kegiatan ini diikuti oleh seluruh petugas cegah tangkal di Unit Pelaksana Teknis (UPT) BPOM, perwakilan dari empat kedeputian, serta seluruh pegawai Direktorat Cegah Tangkal.

"Transformasi strategi cegah tangkal perlu diarahkan pada penguatan sistem deteksi dini yang berorientasi pada pencegahan, bukan hanya penindakan," tegas Kepala BPOM Taruna Ikrar dalam sambutannya.

Ia menambahkan bahwa BPOM saat ini menghadapi tantangan baru dalam pengawasan, khususnya akibat dinamika regulasi, perilaku masyarakat, dan kemajuan teknologi digital.

Senada dengan itu, Deputi Bidang Penindakan BPOM, Tubagus Ade Hidayat, menyebut perlunya pendekatan yang adaptif dan multidimensional dalam menghadapi kejahatan sediaan farmasi dan pangan olahan.

“Selain memanfaatkan sumber daya yang ada, pemanfaatan teknologi seperti artificial intelligence (AI) juga perlu diperkuat. Ini bukan hanya soal penindakan, tapi bagaimana kita mencegah secara cerdas dan sistemik,” ujar Tubagus.

Strategi Tidak Bisa Lagi Sektoral

Kejahatan di sektor obat dan makanan, menurut para narasumber, telah berevolusi dari pola konvensional menjadi lebih sistemik, melibatkan teknologi digital, dan menyebar lintas wilayah. Hal ini menuntut perubahan pendekatan.

“Berhenti berpikir satu sebab, satu akibat. Kita harus melihatnya sebagai sistem. Di satu titik kita intervensi, di titik lain bisa berdampak,” kata Manahan Parlindungan Saragih Siallagan, Direktur Laboratorium Analisis Big Data dan Simulasi Sosial SBM ITB.

Ia mengajak peserta forum untuk membiasakan diri berpikir sistem, yang menurutnya menjadi fondasi dalam membangun kebijakan publik yang kolaboratif dan terukur.

Sementara itu, Guru Besar Kriminologi Universitas Indonesia, Adrianus Eliasta Meliala, menyoroti pentingnya membaca persepsi publik terhadap isu obat dan makanan.

“Seberapa besar publik melihat ini sebagai isu penting? Apakah tone pembicaraannya positif atau negatif? Itu juga harus kita cermati,” ujarnya dalam paparan.

Apresiasi untuk Kinerja Cegah Tangkal

Dalam forum ini, BPOM juga memberikan apresiasi kepada unit kerja yang aktif dan konsisten dalam menjalankan fungsi cegah tangkal kejahatan obat dan makanan berdasarkan kinerja sepanjang tahun 2024.

Kategori Unit Pelaksana Teknis diberikan kepada berbagai Balai Besar POM, Balai POM, dan Loka POM yang menunjukkan kinerja terbaik dalam pemetaan kerawanan, penyusunan analisis, penggalangan pemangku kepentingan, serta tindak lanjut rekomendasi pencegahan.

Untuk kategori Unit Kerja Pusat, 11 unit kerja mendapat penghargaan karena aktif menindaklanjuti rekomendasi Direktorat Cegah Tangkal.

Melalui forum ini, BPOM berharap terbangun komitmen bersama dalam menyatukan langkah strategis menghadapi kejahatan obat dan makanan yang semakin kompleks.

“Strategi cegah tangkal tidak bisa lagi dilakukan secara sektoral. Kita butuh sinergi pusat dan daerah, serta dukungan pemangku kepentingan lintas sektor,” pungkas Taruna Ikrar. [*]

Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI