Selasa, 22 April 2025
Beranda / Liputan Khusus / Indepth / Rusli Bintang, Sengketa Keluarga yang Belum Mereda

Rusli Bintang, Sengketa Keluarga yang Belum Mereda

Minggu, 20 April 2025 08:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Bahtiar Gayo

Rusli Bintang dan Universitas Abulyatama kini sedang menjadi pembicaraan hangat. [Foto: Kolase/net/Yw/News Analisa]


DIALEKSIS.COM | Indepth- Seharusnya keluarga itu merupakan satu kesatuan. Ibarat air walau dicincang, dia kembali utuh bersatu. Namun falsafah itu untuk saat ini masih belum berlaku untuk keluarga Rusli Bintang.

Sengketa keluarga Rusli Bintang hingga saat ini masih “mengepulkan” asap. Aceh memiliki seorang tokoh publik yang beken, khususnya di bidang pendidikan, namanya, Dr (HC) H. Rusli Bintang. Banyak kampus yang didirikanya di Bumi Pertiwi.

Ada Kampus Abulyatama di Aceh, Kampus Malahayati di Lampung, Universitas Abulyatama Batam yang berganti nama menjadi Universitas Batam, Institut Kesehatan Jakarta serta yang terbaru Universitas Karta Mulya, begitu juga aset-aset lainnya.

Dia juga pernah meramaikan bursa politik Aceh dengan mendirikan Partai Ayah Anak Yatim (Partai Abul Yatama), walau kemudian partai ini tidak lagi meramaikan dunia perpolitikan Aceh.

Rusli Bintang sudah mengukir perjalanan hidupnya yang penuh dinamika. Dia sukses, bukan hanya di tanah kelahirannya, Aceh, tapi, di luar daerah dia dikenal piawai.

Demikian dengan anak-anaknya, baik dari istri pertamanya dan istri lainnya, semuanya terbilang sukses. Ada yang menjadi politikus hingga duduk di Senayan, walau daerah pemilihannya bukan di Aceh.

Anak-anaknya yang lain juga sudah mewarnai penghidupan. Namun kesuksesan Rusli Bintang juga melahirkan keretakan rumah tangga. Ada saling lapor melapor ke aparat penegak hukum, saling demo, kisruhnya panjang.

Ada perebutan “harta”, tahta, jabatan, ada balutan cinta yang disemaikan Rusli Bintang. Bagi istri pertamanya, Rusli Bintang sudah berbagi cinta, menduakannya. Kisah perjalanan hidup tokoh Aceh ini menarik untuk diikuti.

Tragedi Abulyatama

Diantara sejumlah konflik internal keluarga Rusli Bintang ini, ada nama Abulyatama di Aceh, Malahayati di Lampung yang diramaikan media.

Dari data yang berhasil dihimpun penulis, perselisihan di Abulyatama, Lampoh Keude, Aceh Besar, Aceh, pada Kamis 17 April 2025 merupakan badai keluarga. Bukan hanya terjadi demo besar-besaran. Ada yang meninggal dari aksi demo ini.

Wahidin, seorang Anggota Satuan Tugas (Satgas) Universitas Abulyatama (Unaya) Aceh, meninggal dunia saat mengamankan aksi unjuk rasa di depan kampus tersebut, Kamis 17 April 2025.

Sebelum meninggal, Wahidin sempat dilarikan ke Rumah Sakit Pertamedika Banda Aceh. Almarhum meninggalkan seorang istri dan lima orang anak. Rektor Universitas Abulyatama Aceh (versi terbaru) Dr. Nurlis Efendi, dia bukan hanya mengecam keras atas tindakan unjuk rasa yang anarkis tersebut hingga berujung hilangnya nyawa seseorang.

“Satgas kami meninggal satu orang, beberapa orang lainnya luka-luka. Saat ini mereka dirawat di Rumah Sakit Pertamedika,” ujar Nurlis kepada media, Kamis (17/4/2025).

 “Saya tidak pernah melarang unjuk rasa, tapi jangan membunuh dan menganiaya," ujar Nurlis, seperti dilansir Modusaceh.co.

Nurlis menilai, massa aksi yang menyerbu kampus terdiri dari ribuan orang, termasuk mahasiswa dan dosen, hingga pihak luar yang bukan dari kampus tersebut. Aksi ini dinilainya sudah terorganisir dengan bertujuan menciptakan kerusuhan.

“Kelihatan memang direncanakan untuk anarkis, mereka melempari batu dan mendobrak gerbang. Padahal kampus masih kosong dan hanya ada tim Satgas yang dibentuk pemilik kampus, Rusli Bintang,” ungkap Nurlis.

Itu sebab, Nurlis mengaku akan menuntut secara hukum atas perbuatan tersebut. Mulai dari kordinator laporan mahasiswa serta dosen yang terlibat.

"Mereka menyerang dan harus bertanggungjawab. Kami mendesak pihak kepolisian untuk mengusut tuntas, apakah aksi demontrasi tersebut ada izin dan sesuai aturan," tegas Nurlis.

Sementara itu, pihak kepolisian membantah penyebab meninggalnya salah seorang Satgas Abulyatama Aceh, Wahidin (50) akibat kekerasan bentrok di Universitas Abulyatama (Abulyatama), Lampoh Keude, Aceh Besar, Kamis (17/4/2025).

Seperti dilansir SerambiNews.com, Kapolresta Banda Aceh, Kombes Pol Joko Heri Purwono melalui Kasat Reskrim, Kompol Fadillah Aditya Pratama menjelaskan, menurut keterangan dokter, hasil pemeriksaan sementara korban tidak ditemukan adanya bekas pukulan benda tumpul atau sejenisnya.

“Bukan (kekerasan), nggak ada itu,” kata Kompol Fadillah. Kasat Reskrim Polresta Banda Aceh itu menjelaskan, korban tiba di Rumah Sakit Pertamedika Ummi Rosnati dalam keadaan sudah tidak sadarkan diri, namun setelah dilakukan EKG (elektrokardiogram) korban dinyatakan sudah tidak bernyawa.

Awalnya, sekitar pukul pukul 11.20 WIB korban dibawa dalam keadaan tidak sadarkan diri, denyut nadinya tidak teraba, napas tidak ada dan tekanan darah tidak terbaca. Setelah dilakukan pengecekan tekanan darah dan saturasi tidak terbaca, serta tubuh korban dingin, pasien dinyatakan meninggal dunia (MD).

“Dari hasil pemeriksaan visum luar, tidak ditemukan luka maupun memar di bagian tubuh korban. Hanya didapat pasir di bagian kepala korban dan korban mengeluarkan air seni,” ungkap Kompol Fadillah.

"Kemudian atas permintaan keluarga, korban dipulangkan ke rumah almarhum yang beralamat di Kecamatan Blang Bintang, Aceh besar. Diantar menggunakan mobil ambulans RS Pertamedika,” pungkasnya.

Sementara itu pendiri dan pembina Yayasan Abulyatama Aceh, Rusli Bintang, dalam keterangan kepada media, mengutuk aksi unjuk rasa brutal di kampus yang dibangunnya. Menurutnya, aksi unjuk rasa yang dilakukan oleh sekelompok orang kemarin adalah perbuatan yang terkutuk.

“Perbuatan mereka itu terkutuk. Ada korban yang meninggal. Dan saya melihat kelakuan mereka menganiaya Satgas saya di kebun belakang masjid. Itu perbuatan terkutuk,” kata Rusli, dalam keterangannya Jumat, 18 April 2025.

Seperti dilansir AJNN, Rusli mengaku telah mengetahui aktor-aktor dibalik unjuk rasa tersebut. Menurutnya, demo kemarin terkoordinir, sehingga kerusuhan memang dirancang. Sekelompok orang sengaja berada di rumah Rusli di samping kampus dan melempari mahasiswa dengan batu. Orang-orang itu, kata Rusli, tidak pernah diizinkan masuk ke rumahnya.

“Saya haramkan dan saya kutuk sampai kapanpun mereka yang melempari mahasiswa dari rumah saya. Mereka sungguh laknat,” kata Rusli.

Rusli juga mengutuk orang-orang yang menuduh Satgas yang telah dibentuknya dengan resmi melalui Yayasan Abulyatama Aceh. “Mereka saya yang meminta untuk menjaga kampus,” kata dia.

Rusli memastikan akan meminta pertanggungjawaban semua pihak yang telah menggalang aksi unjuk rasa yang merusak kampus dan menyebabkan seorang Satgas meninggal dunia dan berapa lainnya luka-luka.

Menurut Rusli kampus itu didirikannya pada 1983. “Kenapa mereka mengusik saya di situ. Saya masih hidup. Dari kampus itu saya menyantuni anak-anak yatim,” kata Rusli.

Dia juga memastikan akan memberi santunan kepada keluarga Wahidin, Satgas yang meninggal saat mengamankan aksi unjuk rasa di Universitas Abulyatama, Lampoeh Keudee, Aceh Besar.

“Anak-anaknya yang sudah yatim, saya sekolahkan sampai perguruan tinggi. Keluarganya juga saya santuni,” kata Rusli Bintang.

Penjelasan Versi Rektor Lama

Dilain sisi, ada keterangan pers versi rektor lama (Pengurus lama yang dibekukan Rusli Bintang). Kenyamanan di kampus dalam mendapatkan ilmu belum nyaman dirasakan mahasiswa. Muncul dua rektor telah membuat proses pendidikan di Unaya terganggu. Puncaknya muncul aksi demo mahasiswa dan warga sekitar ke kampus. Jumlah pendemo terbilang banyak.

Menurut keterangan Rektor Universitas Abulyatama Aceh, Agung Efriyo Hadi (Rektor yang dibekukan), dalam keterangannya yang sudah dilansir banyak media menjelaskan, kasus itu awalnya dipicu adanya kelompok orang tak dikenal pada Senin 14 April 2025 dini hari sekitar pukul 02.00 WIB.

Menurut Agung, mereka memasuki area kampus. Mereka diduga langsung menyerang salah satu petugas keamanan kampus, mengusir seluruh Satpam dan karyawan, serta merusak sejumlah fasilitas, seperti memotong kabel CCTV.

Mahasiswa juga disebut dilarang masuk kampus. Sehingga, hak mereka untuk kuliah terhalang.

Merespons hal itu, pagi harinya, mahasiswa Universitas Abulyatama menyuarakan keberatan atas keberadaan kelompok berseragam “Satgas” itu. Mereka melakukan aksi protes dan menuntut agar kelompok itu segera meninggalkan kampus.

Namun tuntutan itu diduga diabaikan pihak N dan R.M. Keresahan pun kemudian meluas hingga ke masyarakat sekitar. Gabungan mahasiswa, warga Mukim Ateuk, Kecamatan Kuta Baro, serta sejumlah dosen dan karyawan kampus akhirnya konsolidasi dan menyampaikan pemberitahuan aksi damai kepada pihak kepolisian.

“Massa yang awalnya damai, terprovokasi dan akhirnya mendobrak gerbang untuk melanjutkan aksinya ke gedung rektorat. Namun malah diserang dengan lemparan batu dan pukulan kayu oleh orang-orang berseragam itu," ujar salah satu saksi, Iqbal.

Berdasarkan keterangan salah satu saksi, Iqbal, demonstrasi awalnya berlangsung damai. Namun, sekelompok orang yang mengatasnamakan Satgas tersebut memprovokasi massa. Massa terpancing dengan provokasi tersebut. Mereka akhirnya mendobrak gerbang untuk melanjutkan aksinya ke gedung rektorat.

"Namun, mereka diserang dengan lemparan batu dan pukulan kayu oleh orang-orang berseragam itu," kata Iqbal.

Selain itu, sehubungan dengan tragedi Unaya pada Kamis (17/4/2025), Rektor Unaya yang sudah dibekukan itu memberikan keterangan pers tertulis. Rektor Universitas Abulyatama Aceh, Agung Efriyo Hadi, menyatakan prihatin dan meminta semua pihak menempuh penyelesaian secara damai dan bermartabat.

Seperti dilansir aceh.disway.id, pihak Rektor Unaya menyampaikan pers rilis sehubungan dengan aksi damai yang berbuntut ricuh di kampus terkemuka di Aceh itu pada Kamis (17/4/2025).

“Kami, pimpinan Universitas Abulyatama, menyampaikan duka cita mendalam atas musibah yang terjadi bertepatan aksi damai mahasiswa. Kami turut berbelasungkawa atas musibah yang mengakibatkan korban jiwa, dan memohon kepada seluruh pihak untuk menjaga ketenangan, menahan diri, serta mengutamakan penyelesaian yang damai dan bermartabat,” jelasnya.

Sehubungan dengan peristiwa itu, pimpinan Universitas Abulyatama dari Badan Penyelenggara Yayasan Abulyatama NAD menyampaikan belasungkawa. Semoga almarhum mendapat tempat terbaik di sisi Allah SWT (husnul khotimah), dan keluarga yang ditinggalkan diberi ketabahan, keikhlasan, serta kekuatan menghadapi cobaan.

Terkait penyebab kematian, sebaiknya disampaikan pihak yang berwenang, dengan mengacu pada alasan medis yang dapat dipertanggungjawabkan secara objektif.

Pimpinan Universitas Abulyatama juga mengimbau semua pihak, baik civitas akademika maupun masyarakat umum, agar menahan diri dari tindakan anarkis yang dapat memperkeruh suasana, dan mengutamakan penyelesaian masalah melalui musyawarah kekeluargaan atau mekanisme hukum yang berlaku.

Agung Efriyo Hadi yang juga merupakan menantu dari Rusli Bintang, meminta kepada aparat penegak hukum, khususnya Kapolda dan Kapolresta Banda Aceh, untuk melakukan penyelidikan menyeluruh dan transparan.

Penyelidikan itu terkait pemblokiran dan penutupan akses kampus Universitas Abulyatama, serta pemasangan gembok di gerbang kampus dan rumah pribadi pengurus Yayasan Abulyatama NAD.

Hal lain yang perlu diselidiki, jelas Agung, adalah pelarangan masuk mahasiswa ke dalam kampus. Dugaan pengerahan orang-orang tidak dikenal yang bukan petugas keamanan resmi Yayasan Abulyatama NAD maupun Universitas Abulyatama, yang terjadi pada malam hingga dini hari tanggal 14-15 April 2025. Diduga menjadi aksi mahasiswa dan warga pada hari ini (Kamis, 17/4/2025), dalam rangka menuntut kebebasan kampus dari intervensi pihak luar.

Pimpinan Unaya juga meminta kepada LLDikti Wilayah XIII selaku lembaga layanan pendidikan tinggi di Aceh dapat secara aktif menjadi jembatan komunikasi antar pihak-pihak yang berpotensi mengganggu proses belajar mengajar maupun pelaksanaan Tridarma Perguruan Tinggi, sehingga kegiatan akademik dapat terus berjalan dengan baik, tertib, dan kondusif.

 “Semoga kejadian ini menjadi pelajaran bagi kita semua untuk mengedepankan jalan damai dalam menyelesaikan setiap persoalan,” jelasnya.

Pernyataan pers ini, kata Agung, merupakan bentuk komitmen menjaga keamanan, ketertiban, dan kedaulatan lingkungan akademik Universitas Abulyatama.

Persoalan Kampus

Hingga saat ini proses belajar mengajar di Unaya masih terjadi “perebutan” kekuasan antara pihak yang dipercayakan Rusli Bintang dan pihak yang sudah dibekukan. Masih ada dua “matahari” di sana. Ada rektor kepercayaan Rusli Bintang dan ada Rektor menantu Rusli Bintang.

Rektor Universitas Abulyatama Aceh (Unaya), Nurlis Effendi (Rektor yang dipercayakan Rusli Bintang) pada Jumat (18/04/2025) memberikan penjelasan kepada wartawan. Dia menyesalkan sikap Kementerian Dikti atau L2Dikti Wilayah XIII Aceh yang masih mengunci akun resmi untuk proses belajar mengajar di Unaya Aceh.

Nurlis Effendi meminta pihak Kementerian Dikti atau L2Dikti agar segera memfasiltasi proses belajar dan mengajar para mahasiswa di Unaya.

"Pihak kampus telah melapor ke Kemendikti lewat L2Dikti Aceh sesuai SK dari Kemendikti bahwa yang mengelola kampus Unaya adalah Yayasan Abulyatama Aceh," sebut Nurlis Effendi.

Dalam keteranganya Rektor Unaya didampingi Warektor I Bidang Akademik, Usman Lamreung, menjelakan, pihak Kementerian Pendidikan Tinggi Sains dan Tehnologi (Kemendikti) atau Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (L2Dikti) Wilayah XIII Aceh, terkesan memihak kepada pengurus Yayasan Abulyatama yang telah dibekukan.

"Jika L2Dikti Wilayah XIII Aceh berperan menjaga kelancaran proses belajar, tidak mungkin muncul kagalauan dari mahasiswa sehingga terjadi demo besar-besaran di Unaya," sebutnya.

Pihak Yayasan Abulyatama Aceh beserta Rektorat hingga saat ini belum bisa mengakses akun resmi milik kampus untuk informasi proses belajar.

"Jadi semestinya pihak L2Dikti harus proaktif mendukung terlaksananya proses belajar, dan jangan masuk wilayah konflik keluarga," kata Nurlis Effendi.

Sebelumnya, Dr (HC) H. Rusli Bintang, pendiri dan pembina tunggal seperti dilansir Modus.co, Senin 24 Februari 2025 menjelaskan, Koordinator LLDIKTI Wilayah 13 Aceh menegaskan, pihaknya mengakui Universitas Abulyatama Aceh (Unaya) berada di bawah Yayasan Abulyatama Aceh.

Ini berdasarkan Keputusan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia Nomor: 304/KPT/2019, tanggal 30 April 2019, bahwa penyelenggaraan Universitas Abulyatama berada di bawah Yayasan Abulyatama Aceh, jelasnya.

Keputusan ini menegaskan bahwa, Yayasan Abulyatama Aceh memiliki legalitas yang sah, yang menaungi Universitas Abulyatama Aceh. Selain itu, Ketua Umum Yayasan Abulyatama Aceh bersama Rektor dan Wakil Rektor telah berkoordinasi serta berkomunikasi dengan LLDIKTI Wilayah 13 Aceh.

Hasilnya, pihak LLDIKTI juga telah menegaskan bahwa, penyelenggara Universitas Abulyatama adalah Yayasan Abulyatama Aceh, bukan Yayasan Abulyatama NAD.

"Jika terdapat klaim yang menyebutkan bahwa, penyelenggara universitas adalah Yayasan Abulyatama NAD, maka rujukan hukumnya tidak jelas dan sesat. Karena itu, saya tegaskan, satu-satunya badan yang berwenang menyelenggarakan Universitas Abulyatama adalah Yayasan Abulyatama Aceh," tegas Dr (HC) H. Rusli Bintang, pendiri dan pembina tunggal kepada media ini, Senin 24 Februari 2025.

 "Melalui pernyataan ini, kami mengimbau seluruh civitas akademika, termasuk dosen, tenaga kependidikan, dan mahasiswa, untuk tetap menjalankan aktivitas akademik seperti biasa. Tidak ada alasan untuk menghentikan kegiatan kampus, dan semua proses akademik harus berjalan normal," himbau H. Rusli Bintang.

 "Tidak perlu ada kekhawatiran terkait klaim yang menyatakan bahwa Yayasan Abulyatama Aceh tidak sah. Pernyataan tersebut tidak berdasar dan menyesatkan. Kami menegaskan kembali bahwa Yayasan Abulyatama Aceh memiliki legalitas yang diakui secara hukum," kata tokoh pendidikan Aceh dan nasional yang peduli anak yatim ini.

Namun sehari usai tragedy demo Unaya, Nurlis Efendi kembali memberikan keterangan pers, dia menyesalkan sikap Kementerian Dikti atau L2Dikti Wilayah XIII Aceh yang masih mengunci akun resmi untuk proses belajar mengajar di Unaya Aceh.

Nurlis Effendi meminta pihak Kementerian Dikti atau L2Dikti agar segera memfasiltasi proses belajar dan mengajar para mahasiswa di Unaya.

Artinya urusan kampus di sana belum tuntas. Pihak Yayasan Abulyatama versi Nurlis beserta Rektorat hingga saat ini belum bisa mengakses akun resmi milik kampus untuk informasi proses belajar.

"Jadi semestinya pihak L2Dikti harus proaktif mendukung terlaksananya proses belajar, dan jangan masuk wilayah konflik keluarga," kata Nurlis Effendi.

Lantas siapa yang mengendalikan akun resmi ini, kalau pihak versi Nurlis tidak mampu mengaksesnya. Pihak Rektor versi yang sudah dibekukan masih memegang kendali di Unaya.

Lampung

Ada juga kisah menarik konflik keluarga ini di Bandar Lampung. Anak dari tokoh Aceh ini sempat melaporkan ayah kandungnya ke Polda Lampung, dengan laporan pemalsuan data.

Perselisihan ini mencuat ketika Yayasan Alih Teknologi Bandar Lampung (YATBL), milik pengusaha Aceh, Rusli Bintang, digoyang isu dualisme kepemimpinan.

Rosnati Syech, istri pertama Rusli Bintang juga meramaikan media setelah dia membuat surat terbuka yang dikonsumsi publik. Dia mengklarifikasi terbuka yang dibuat oleh suaminya, soal pengelolaan Yayasan Alih Teknologi Bandar Lampung (YATBL). Rosna meminta anak-anaknya untuk membantu memperjuangkan haknya.

Rosna juga menjelaskan soal janji suaminya, bagaimana perjuanganya. Dia mengurainya dengan detail. Tulisan Rosna ini mendapatkan banyak simpati. Bagaimana lengkapnya kisahnya silakan baca “  Perselisihan Keluarga Rusli bintang Seperti Mencincang Air

Soal konflik keluarga ini juga memanas di Lampung sebelum adanya demo dan insiden di Unaya, Aceh Besar.

Dikutip dari detiksumbagsel, pada medio Februari 2025, pemilihan Rektor Universitas Malahayati Bandar Lampung ricuh. Pasalnya kericuhan terjadi akibat dualisme kepengurusan yang direbutkan antara anak dan ayah.

Adapun dua kubu yang berseteru dalam pemilihan rektor, pemilik yayasan Universitas Malahayati, H Rusli Bintang dan anaknya yang merupakan anggota DPR RI Muhammad Khadafi.

Namun kemudian Rusli Bintang melalui keluarganya mengumumkan, bahwa YATBL tidak ada dualisme kepemimpinan di yayasan. Kepengurusan sah telah ditetapkan berdasarkan akta notaris pada November 2024.

"Saya menegaskan tidak ada dualisme dalam Kepengurusan Yayasan Alih Teknologi Bandar Lampung maupun kepemimpinan Universitas Malahayati Bandar Lampung. Bapak Rusli Bintang telah menunjuk dan menetapkan masing-masing pimpinan pada yayasan maupun universitas setempat," katanya, Sabtu (8/2/2025).

Berdasarkan akta notaris dibuat pada 4 November 2024, pendiri yayasan telah menunjuk Ir.H.Musa Bintang, sebagai Ketua Umum Yayasan Altek Bandar Lampung yang dipercaya melaksanakan segala kepengurusan yayasan.

Kemudian sebagaimana Surat Keputusan Nomor 075/SK/ALTEK/X/2024 tertanggal 14 Oktober 2024, pendiri melalui para pengurus juga telah menunjuk dan menetapkan Achmad Farich, sebagai Rektor Universitas Malahayati Bandar Lampung.

Dia menegaskan, kliennya tidak pernah menginginkan atau memperbolehkan istri dan anaknya, untuk menduduki jabatan pada pengurus, pengawas Yayasan Altek Bandar Lampung maupun jabatan struktural pada Universitas Malahayati Bandar Lampung.

Adapun salah satu anaknya yang dimaksud yakni Muhammad Khadafi yang kini tengah menjabat sebagai Anggota DPR RI.

"Hj Rosnati Syeh, Ruslan Junaedi, Eli Zuana, Maidayani, Muhammad Kadafi, M Rizki, dan M Ramadhana. Nama-nama tersebut sudah tidak lagi menjadi bagian dari Pengurus Yayasan Altek Bandar Lampung yang juga sebelumnya sudah diinformasikan kepada mereka semua," tegasnya.

"Kami tegaskan, bagi yang tidak mentaati ketentuan, kami akan mengambil tindakan serta upaya hukum yang tegas sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku di Indonesia. Dalam hal ini, kami telah menunjuk tim advokat dan konsultan hukum, untuk dapat bertindak melakukan segala langkah-langkah hukum yang diperlukan" pungkasnya.

Sementara itu, perseteruan antara H Rusli Bintang dengan putranya Muhammad Khadafi telah sampai keranah hukum. Khadafi melaporkan sang ayah ke Mapolda Lampung.

Laporan itu berkaitan dengan dugaan tindak pidana pemalsuan dokumen di yayasan tersebut sebagai diatur dalam Pasal 263 KUHP.

Hal tersebut dibenarkan oleh Kabid Humas Polda Lampung, Kombes Yuni Iswandari. Menurutnya kasus tersebut masih dalam tahap penyelidikan. "Benar ada laporan tersebut dan masih dalam penyelidikan," imbuh Kabid Humas.

Sementara di Aceh juga terjadi kemelut. Sengketa keluarga ini masih berlanjut. Kepulan “asap” Unaya masih terasa hangat paska demo Kamis (17/04/2025). Belum diketahui bagaimana ending dari sengketa keluarga ini.

Ayah dan anak ada kekuatan aliran darah, mereka disatukan karena nasab. Dalam keluarga adalah hal biasa bila sendok dan periuk terantuk. Namun jangan karena terantuk lantas periuknya pecah.

Saudara itu seperti mencincang air, walau ditebas dia tidak akan putus. Namun bagaimana dengan kisah kemelut keluarga Rusli Bintang ini, bagaimana endingnya. Waktu yang akan menjawab, kita ikuti saja. [bg]

Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI
dinsos
inspektorat
koperasi
disbudpar