Beranda / Kolom / Belajar Berdamai dengan Takdir

Belajar Berdamai dengan Takdir

Sabtu, 01 Februari 2025 09:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Teuku Alfin Aulia

Teuku Alfin Aulia, Founder Halaqah Aneuk Bangsa dan Mahasiswa Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir. [Foto: Dokumen untuk dialeksis.com]


DIALEKSIS.COM | Kolom - "Andai saja seorang hamba mengetahui maksud indah di balik takdir yang telah Allah tetapkan, niscaya ia akan menangis malu karena prasangka buruknya kepada Allah (Ibnu A'taillah As-Sakandary)."

Dalam menjalani setiap liku kehidupan, manusia seringkali dihadapkan pada kondisi yang tak menyenangkan dan tak diinginkan. Berbagai tantangan silih berganti datang, ujian tampak tak berujung, beban masalah senantiasa merundung, hingga keinginan yang terkadang pupus di hadapan sesuatu yang tak diharapkan.

Nyatanya, semua ini merupakan bagian dari lukisan takdir Ilahi yang telah ditetapkan dan dibagikan kepada setiap ciptaan-Nya. Setiap kepingan takdir-Nya adalah lukisan indah yang diciptakan dengan penuh kasih dan kebijaksanaan. Menolak dan mengeluh di hadapan segala keputusan-Nya bukanlah sikap yang seharusnya diambil oleh mereka yang beriman kepada-Nya.

Di balik setiap keburukan, kesedihan, dan keputusasaan yang dihadapi seorang manusia, Sang Pemilik Takdir dengan segala kebijaksanaan-Nya sejatinya telah menyimpan ribuan kebaikan yang sering kali gagal dipahami oleh ciptaan-Nya, terutama saat berhadapan dengan kenyataan pahit dalam garis takdir-Nya.

Dalam Al-Kahfi ayat 60-82, Allah SWT mengabadikan kepada manusia sebuah kisah monumental yang menceritakan pelajaran yang didapat oleh Musa dari Khidr a.s. Pelajaran tersebut adalah "bersabar dan ridha" atas segala sesuatu yang terjadi, baik maupun buruk menurut pandangan manusia.

Mungkin saja pemilik dan penghuni kapal yang gagal berlayar pada hari itu tak mengetahui kenyataan yang lebih buruk yang akan mereka hadapi seandainya kapal mereka tidak bocor dan mereka terus berlayar ke tengah laut sebagaimana biasa.

Demikian pula dengan orang tua yang mungkin terus bersedih karena kehilangan buah hati mereka, tanpa menyadari bahwa anak mereka suatu saat dapat membawa kehancuran bagi keduanya.

Begitu juga dengan dua anak yatim miskin yang hidup di sebuah kota yang dilalui oleh Khidr dan Musa, yang tidak dapat mendapatkan harta warisan dari ayah mereka, karena Khidr membangun dan memperkokoh kembali tembok yang menjadi tempat simpan harta mereka. Seandainya tembok tersebut roboh sebelum mereka dewasa, sangat mungkin harta mereka akan diambil secara zalim oleh orang lain.

Allah SWT juga berfirman dalam Al-Qur'an bahwa setiap sesuatu yang menimpa manusia adalah bagian dari ketetapan-Nya dan tak akan lepas dari Qudrah dan Iradah-Nya.

قُل’ لَن’ يُصِيبَنَا إِل‘َا …َا كَتَبَ الل‘َهُ لَنَا هُوَ …َو’لَانَا ۚ وَعَلَى الل‘َهِ فَل’يَتَوَك‘َلِ ال’…ُؤ’…ِنُونَ

Katakanlah (Muhammad), “Tidak akan (ada yang) menimpa kami, melainkan apa yang telah ditetapkan Allah bagi kami. Dialah Pelindung kami, dan hanya kepada Allah hendaknya orang-orang mukmin bertawakal.” (Q.S. At-Taubah: 51)

Dalam ayat tersebut, Allah SWT menjelaskan kepada hamba-hamba-Nya untuk terus bersabar atas segala sesuatu yang menimpa mereka. Karena apapun yang terjadi, baik menyenangkan maupun tidak, itu semua adalah bagian dari ketetapan Allah; tempat berharap bagi orang-orang yang teguh beriman kepada-Nya. Dengan segala rahmat-Nya, Allah tidak menginginkan sesuatu yang buruk bagi hamba-Nya. Rasulullah SAW pernah bersabda:

عَجِب’تُ لِل’…ُؤ’…ِنِ، إِنَ‘ اللهَ لاَ يَق’ضِي لِل’…ُؤ’…ِنِ قَضَاءً إِلَ‘ا كَانَ خَي’رًا لَهُ

“Aku begitu takjub pada urusan seorang mukmin. Sesungguhnya Allah tidaklah menakdirkan sesuatu untuk seorang mukmin melainkan pasti itulah yang terbaik untuknya.” (HR. Ahmad, 3:117).

Allah SWT juga berfirman:

وَ…َا يَع’زُبُ عَن’ ر‘َب‘ِكَ …ِن’ …‘ِث’قَالِ ذَر‘َةٍ فِى ال’اَر’ضِ وَلَا فِى الس‘َ…َاءِ وَلَا“ اَص’غَرَ …ِن’ ذٰلِكَ وَلَا“ اَك’بَرَ اِل‘َا فِي’ كِتٰبٍ …‘ُبِي’نٍ

"Tidak ada sesuatu pun yang lepas dari pengetahuan Tuhanmu, meskipun sebesar zarrah, baik di bumi maupun di langit. Tidak ada yang lebih kecil atau lebih besar dari itu, melainkan semua tercatat dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh)." (Q.S. Yunus; 61)

Sebagai makhluk, manusia seharusnya menyikapi segala sesuatu yang menimpanya dengan lapang dada, terutama jika ia adalah pribadi yang beriman kepada kebesaran Allah SWT. Keinginan yang tak kunjung terwujud mungkin saja merupakan hal yang buruk yang sedang dipalingkan oleh Allah kepada manusia, dan sesuatu yang tidak disukai justru menjadi yang terbaik menurut Allah, Sang Pemilik Takdir yang Maha Mengetahui segala sesuatu, baik yang terlihat maupun yang tidak.

Allah SWT berfirman:

.. وَعَسٰ“ى اَن’ تَك’رَهُو’ا شَي’ـ”ًا و‘َهُوَ خَي’رٌ ل‘َكُ…’ ۚ وَعَسٰ“ى اَن’ تُحِب‘ُو’ا شَي’ـ”ًا و‘َهُوَ شَر‘ٌ ل‘َكُ…’ – وَالل‘ٰهُ يَع’لَ…ُ وَاَن’تُ…’ لَا تَع’لَ…ُو’نَ..

"....Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui." (Q.S. Al-Baqarah; 216).

Sebuah Cae'e dalam bahasa Aceh yang pernah populer beberapa tahun yang lalu, mengajarkan kepada kita arti yang begitu dalam terkait masalah bersyukur atas segala pemberian Nya, 

 "kadang meunyô geubri leubèh..kiban keuh alèh tanyoê lam dönya 

 geujök pangkat ngön jabatan..ban fir'un kadang taduêk kuasa. .

 kadang meunyö kaya tanyoê..jeut keugeunantoê qarun durjana.. 

 geupeulagak bacut ruman..kadang ngôn nyan toê ngön nuraka.. 

 beu ta syukö.. nyang bri Tuhan..walaupun nyan kön lageè tahawa".. 

Al-Imam Asy-Syafi'i Rahimahullah, didalam sebuah syairnya pernah mengatakan sebuah kalimat yang begitu dalam maknanya, yang terjemahannya kami rangkum sebagai berikut,

"Wahai pemilik beban, ketahuilah bahwa setiap kesulitan pasti akan sirna... Bergembiralah, sebab yang akan datang menghapus kesedihan mu itu adalah Allah.

Putus asa mungkin saja datang menghampiri... Namun, janganlah pernah berputus asa, karena Dia-lah Allah yang akan mencukupi segala kebutuhanmu.

Setiap kesulitan pasti akan diikuti oleh kemudahan... Maka, tenangkanlah dirimu, karena yang menciptakan setiap masalah ini adalah Allah.

Apabila engkau diuji, percayalah kepada-Nya dan terimalah dengan lapang dada...Sesungguhnya, Dia-lah yang akan mengangkat setiap kesukaran.

Tiada yang memiliki kekuasaan selain Allah... Cukuplah Dia sebagai penolongmu dalam setiap keadaan.

Wahai pemilik beban, ingatlah bahwa setiap kesulitan akan terangkat... Bergembiralah, sebab yang memberi kabar baik adalah Allah." 

Wallahu A'lam Bisshawab. [**]

Penulis: Teuku Alfin Aulia (Founder Halaqah Aneuk Bangsa dan Mahasiswa Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir)

Keyword:


Editor :
Indri

riset-JSI