kip lhok
Beranda / Kolom / Pesan Cinta Dari Keluarga Baru Bersama Covid-19

Pesan Cinta Dari Keluarga Baru Bersama Covid-19

Senin, 14 September 2020 12:45 WIB

Font: Ukuran: - +


 Sore itu (8 Juli 2020) saya mendapat telepon dari teman ruangan, memberi kabar bahwa rekan satu ruang kerja kami, (YN) sudah melakukan Rapid Test dengan hasil reaktif, yang sebelumnya isteri beliau (IA) sudah terlebih dahulu menjalankan Test Rapid (hasilnya reaktif). Dimana sebelumnya mereka dalam kondisi fit dan tidak ada mengalami gejala apa-apa – mereka adalah karyawan di Instansi yang sama.

Untuk mengantisipasi segala sesuatunya, pihak manajemen instansi segera menerbitkan surat pengantar untuk mereka agar secepatnya melakukan Test Swab di Rumah Sakit Rujukan Covid-19 di Provinsi tersebut, guna mendapatkan hasil yang lebih akurat. 

Semenjak keluar hasil Rapid Test, mereka menjalankan isolasi mandiri dirumah sembari menunggu waktu untuk dilakukan Test Swab.

Tanggal 13 Juli 2020 mereka mendapatkan jadwal untuk Test Swab, dengan membawa bekal surat pengantar dari instansi. Namun ada keraguan di diri mereka. Dari lubuk hati terdalam, YN dan LI bermaksud untuk menghindari kontak dengan orang-orang yang sedang melakukan pemeriksaan Swab di Rumah Sakit Rujukan tersebut (karena saat itu sedang banyaknya orang yang terkonfirmasi positif Covid-19.  


Ramai yang akan melakukan uji Swab, sehingga mereka mendatangi salah satu laboratorium swasta di Provinsi tersebut, dan menjalankan test Anti SARS-Cov-2 (pemeriksaan untuk mengetahui keberadaan anti body IgG & IgM yang terbentuk akibat paparan virus SARS-Cov-2 penyebab Covid-19 (Kemenkes, Maret 2020). Dan hasil yang didapatkan adalah mereka berdua non-reaktif.

Karena masih merasa belum puas dengan hasil test tersebut (kondisi mereka masih dengan tidak mengalami/tidak menujukkan gejala apa-apa) sehingga untuk lebih meyakinkan dan menegakkan diagnosa, akhirnya mereka mendatangi juga Rumah Sakit Rujukan Provinsi yang dimaksud di awal untuk test swab.

Selama dalam antrian untuk mendapatkan giliran akan diswab, kondisi hati dan fikiran tidak menentu arah tujuan. Semua berkelebat dengan silih berganti dengan cepatnya, entah apa yang sebenarnya difikirkan, dikhawatirkan, ditakuti. Seolah-olah Malaikat Izrail sudah tampak di ujung mata, karena melihat banyaknya orang mengantri, yang menanti namanya dipanggil satu-persatu untuk di periksa, dan tidak tau apa yang akan terjadi setelah itu.

Setelah melakukan Test Swab, pulang kerumah dengan hati yang tak menentu. Setiap gerakkan jarum jam, pergantian hari, menanti dengan gelisah, hasil apa yang akan diperoleh dari Test Swab tersebut. Keseharian dirumah diisi dengan kegiatan pola hidup sehat, sholat tilawah, dan do’a lebih dikencangkan dari biasanya.

Berfikir bahwa saat-saat itu adalah kesempatan terakhir di dunia ini. Hingga akhirnya lelah bergerilya dengan fikiran sendiri, sehingga mampu menumbuhkan rasa ikhlas untuk menyerahkan apapun hasilnya, adalah hak yang Maha Kuasa.

Dan disini adalah titik kulminasi pasrah yang dirasakan, berserah diri pada Sang Pemilik Master Piece. Sehingga Allah menggerakkan teman-teman, rekan kerja dan pihak manajemen dari tempat kerja, untuk meberikan dukungan dan semangat. 

Juga mereka mengirimkan doa kesembuhan, dan sampai mengantarkan sembako, supplement, buah-buahan, makanan ringan, dan lainnnya, untuk membantu memenuhi asupan nutrisi sehari-hari, guna menaikkan imunitas tubuh. Dan mereka menjadi teman bercerita tentang apapun yang dirasa dan perihal perkembangan apa yang sedang terjadi.

Namun begitu, berita dikantor sudah santer tersiar dikalangan tertentu-dari sekian karyawan yang melakukan Test Swab-ada 5 orang karyawan terkonfirmasi positif Covid-19 (pagi hari, 15 Juli 2020), walaupun nama-namanya belum diperoleh dengan jelas dan resmi. Karena itu merupakan cluster baru di kantor dan sifatnya local transmission. 

Sehingga, berita tersebut dengan cepat menyebar, membuat heboh dan panik sesama rekan kerja lainnya. Padahal pasien sendiri belum mendapatkan kabar apa pun terkait hasil Swab tersebut.

Dirumah, posisi ponsel tidak pernah jauh dari jangkauan dan pandangan mata, bermaksud jika ponsel berdering, maka dengan segera bisa dijawab. Dan siang hari itu (siang hari, 15 Juli 2020), ada panggilan masuk dari nomer yang tidak kenal. 

Ternyata itu adalah dari tim Satgas Covid-19 Rumah Sakit Rujukan Provinsi. Mereka memberitahukan bahwa hasil Test Swab nya adalah positif Covid-19 (suami dan istri dan 3 rekan kantor lainnya). Dan tim memberitahukan bahwa untuk segera bersiap-siap karena akan dilakukan penjemputan untuk dilakukan rawatan intensif di Rumah Sakit rujukan Provinsi tersebut

Dengan perasaan yang campur aduk, antara sedih, takut, dan fikiran buruk lainnya, bergelayut dalam fikiran setelah mendengar berita positif Covid-19 tersebut. Sembari menyiapkan segala kebutuhan untuk selama perawatan di Rumah Sakit, dan tak menunggu lama, ambulance penjemputan tiba, dengan segera mereka menaiki ambulance dengan harapan tidak akan mendapat perhatian dari tetangga sekitar rumah.

Dalam perjalanan, istri beliau terus menangis karena memikirkan kondisi bayi yang dibawa serta (bayi belum dilakukan pemeriksaan apapun).

Selepas Ashar, YN mengirimkan kabar bahwa dia sudah menempati kamar rawatan namun terpisah dengan istri dan bayi mereka. Ada rasa sesak bergemuruh di dada dan ada riak air disudut mata yang ingin keluar karena mendengar kabar tersebut. Karena tidak sanggup membayangkan bagaimana keadaan si bayi yang dikelilingi oleh orang & lingkungan yang terpapar (wallahu ‘alam).

Pada malam harinya, si bayi dilakukan Test Swab, dan Pukul 23.48 mereka diberi kabar bahwa hasil Swab bayi sudah diperoleh dan hasilnya adalah negatif (Alhamdulillah). Dengan adanya koordinasi antara pihak manajemen instansi tempat YN bertugas dengan tim gugus Covid-19 Rumah Sakit tersebut, dan karena mempertimbangkan si bayi, dan juga kamar rawatan bisa dimanfaatkan untuk pasien yang lebih membutuhkan, maka mereka diperbolehkan pulang kerumah untuk melakukan isolasi mandiri.

Ada syaratanya, tidak boleh melakukan kegiatan apapun diluar rumah, karena dikhawatirkan bisa menularkan bagi tetangga sekitar. Malam hari itu juga mereka diantar pulang kerumah menggunakan ambulance.

Semenjak melakukan perawatan di Rumah Sakit rujukan tersebut, mereka (pasien rawatan) tergabung dalam group Whatsapp yang bernama “C19” guna berbagi pengalaman dan saling support antar anggota group, demi kesembuhan dan kesehatan bersama, dan berbagi info apapun itu yang diperlukan.

Hari-hari mereka lalui dengan menggunakan waktu sebaik mungkin dengan melakukan kegiatan: berjemur pagi hari (dengan memanfaatkan sinar matahari yang masuk melalui jendela rumah), mengkonsumsi makanan yang sehat, perbanyak asupan serat (buah dan sayur) yang kaya akan kandungan Vit.C-D-E, dan minum supplement yang dibekali oleh tim medis Rumah Sakit.

Menjauhi rokok (sebelum terkonfirmasi positif Covid-19, YN adalah perokok- semoga setelah lepas dari status pasien Covid-19, YN bisa lepas total dan bersih dari benda putih lonjong kecil tersebut, Aamiin).

Setiap hari mereka dipantau oleh tim medis dan satgas dengan melakukan video call untuk memastikan kondisi kesehatan terkini. Dan teman-teman kantor juga tim Manajemen rutin menanyakan kabar mereka via telepon, whatsapp, juga tak ketinggalan adalah mereka secara sukarela juga masih mengirimkan makanan sehat dan multivitamint.

Pada tanggal 17 Juli 2020 mereka berdua melakukan Test Swab kedua guna melihat perkembangan. Dan hasil Swab kedua mereka tersebut adalah negatif.

Walaupun begitu, mereka tetap harus melakukan isolasi mandiri dirumah sampai dilakukan Swab ketiga pada tanggal 19 juli 2020 guna untuk memastikan bahwa mereka sudah bebas. Setelah keluarga kecil ini melaksanakan Swab ketiga kalinya.

Alhamdulillah, hasilnya adalah negatif, sehingga tanggal 22 Juli 2020 terbitlah surat pernyataan sehat pada pasien Konfirmasi Covid-19, yang menyebutkan bahwa dinyatakan sehat namun masih tetap harus melakukan istirahat dirumah terhitung selama 14 (empat belas) hari (22 Juli s/d 5 Agustus 2020). Dia menyebut Surat itu adalah Ijazah kelulusan, dari kampus yang bernama Universitas Covid-19. 

Sejak selesai masa isolasi mandiri tersebut (5 Agustus 2020), mereka mulai kembali bisa beraktifitas, dan masuk kantor seperti biasanya. Namun begitu, keluarga kecil tersebut masih menjaga kondisi tetap stabil dan berusaha tetap membiasakan untuk hidup bersih dan sehat sesuai protokol kesehatan .

Tentunnya dengan menggunakan masker, face shield, rajin cuci tangan, dan  bila batuk-bersin, selain tetap menutup mulut dan hidung, juga menghindari agar bersin tidak menyebar ke orang lain. memperhatikan jarak dengan lawan bicara). 

Dari ajaran Agama Islam kita yang mengajarkan untuk berwudhu’ dengan Istinsyaq/Nassal Irrigation (menghirup air kedalam ronggaa hidung) yang bermaksud untuk mencuci ronga hidung dari segala kotoran yang bersarang didalamnya.

Dan diharapkan juga pasangan ini bisa dan mampu mengedukasi orang-orang terdekat dan sekitar tentang Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), belajar dari pengalaman mereka. Juga tak ketinggalan adalah memberikan informasi yang sebenarnya tentang wabah ini. 

Dengan tujuan, masyarakat sekitar mampu menahan diri untuk tidak keluar rumah jika tidak terlalu mendesak, menjauhi keramaian, memperhatikan jarak bicara, dan aturan kesehatan lainnya.

Pelajaran yang sangat berharga dari sekilas kisah ini diantaranya, kita akan mampu mengalahkan virus ini dengan kerja sama, kerja keras, kerja cerdas, sikap peduli, semangat gotong royong, tidak egois, tidak panik/stress, ditambah dengan tetap terus positive thinking. 

Dan juga sikap toleransi yang tinggi terhadap tenaga kesehatan, yang saat ini sudah dan terus mengalami pengurangan jumlah demi menyelamatkan nyawa lainnya, meskipun dia mengorbankan raga sendiri.

Pesan disini yang lebih ditekankan adalah, kita sebagai makhluk berakal yang saling membutuhkan satu sama lain. Adalah tetangga rumah, orang yang menjadi saudara terdekat kita, yang tak lain menjadi orang yang terlebih dahulu tau jika kita mengalami sesuatu, dan orang yang bisa menjadi penolong utama saat dibutuhkan.

Bukan malah menjauhi, menutup diri dari bantuan dan perhatian yang bisa kita berikan dan meringankan beban saudara tersebut. Juga malah jangan mengambil peran untuk memprovokasi orang lain jika tidak faham akan hal tersebut.

Berbicara pahala dan balasan kebaikan, biarkanlah itu hak prerogatifnya Allah untuk membalas semua kebaikan dari teman-teman, rekan kerja dan pihak menajamen kantor semua atas kemurahan hati yang sudah mau berbagi (dengan berbagai bentuk bantuan yng sudah diberikan).

Pesan cinta ini  untuk teman-teman yang masih dengan hasil Swab positif, tetap harus lebih semangat dan jauhkan fikiran negatif apapun itu dan tak lupa terus mendekatkan diri dan bermunajat kepada-Nya (ini menjadi wasilah penggugur dosa kita) Wallahu ‘alam. (Wulandari)


catatan: Wulandari *Bersahabat dengan pejuang–pejuang Covid-19. penulis salah seorang ASN di salah satu RS di Banda Aceh.



Keyword:


Editor :
Redaksi

Berita Terkait
    riset-JSI
    Komentar Anda