Sabtu, 15 Maret 2025
Beranda / Kolom / Puasa Ramadan: Harmonisasi Sains dan Spiritualitas untuk Kesehatan Holistik

Puasa Ramadan: Harmonisasi Sains dan Spiritualitas untuk Kesehatan Holistik

Jum`at, 14 Maret 2025 15:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Taruna Ikrar

Kepala BPOM Taruna Ikrar. [Foto: dok. BPOM]


DIALEKSIS.COM | Kolom - Setiap Ramadan, jutaan umat Muslim di dunia menahan lapar, dahaga, dan hawa nafsu dari terbit fajar hingga terbenam matahari. Namun, di balik ritual ibadah yang sarat makna spiritual ini, tersimpan rahasia ilmiah yang mengagumkan. 

Kepala BPOM RI dan pakar neurosains, Taruna Ikrar, dalam kajian terbarunya, membuktikan bahwa puasa bukan sekadar kewajiban agama, tetapi juga resep kesehatan holistik yang disokong sains modern. Dari detoksifikasi tubuh hingga regenerasi otak, puasa Ramadan ternyata adalah “laboratorium alami” yang mengajak manusia menyelaraskan kebutuhan fisik, mental, dan spiritual.

Puasa: Terapi Medis yang Diabadikan Al-Quran

Dalam Surat Al-Baqarah ayat 183, Allah SWT mewajibkan puasa sebagai jalan mencapai ketakwaan. Namun, perintah ini tidak datang tanpa hikmah. 

Selama 16 jam berpuasa, tubuh manusia mengalami tiga fase fisiologis kritis: glikolisis (pemecahan glukosa dari makanan sahur), metabolisme lemak (pembersihan simpanan lemak penyebab penyakit), dan autofagi (recycling sel rusak). Proses ini adalah mekanisme alamiah untuk mencegah penyakit degeneratif seperti diabetes, obesitas, bahkan kanker. 

Jika selama 11 bulan manusia “mengotori” tubuh dengan pola makan tak seimbang, Ramadan menjadi momentum reset: tubuh dibersihkan, sel-sel diremajakan, dan metabolisme diperbaiki.

Fakta ini sejalan dengan tren medis global. Di Barat, intermittent fasting (puasa intermiten) kini digadang-gadang sebagai terapi anti-penuaan dan pencegah sindrom metabolik. 

Bedanya, puasa Ramadan tidak sekadar “diet”, tetapi dibingkai dalam disiplin spiritual. Umat Islam tidak hanya menahan lapar, tetapi juga mengontrol emosi, meningkatkan ibadah, dan memelihara niat ikhlas. Kombinasi inilah yang membuat puasa Ramadan unik: ia adalah formula multidimensi yang menyatukan keajaiban biologis dan kekuatan psikospiritual.

Neurosains Membuktikan: Puasa Mencerdaskan Otak dan Menenangkan Jiwa

Lebih menarik lagi, dampak puasa tidak berhenti di tingkat fisik. Dari perspektif neurosains, Ramadan adalah “bulan pelatihan otak”. Taruna Ikrar menyebut tiga fenomena kunci: neuroplastisitas (otak mereorganisasi koneksi saraf), neurogenesis (pertumbuhan neuron baru), dan neurokompensasi (adaptasi fungsi otak). 

Selama 4 minggu, struktur otak manusia bisa berubah drastis. Pikiran negatif dan kebiasaan buruk yang mengakar selama 11 bulan pelan-pelan tergantikan dengan pola pikir positif, fokus, dan emosi terkendali.

Ini menjelaskan mengapa di akhir Ramadan, banyak orang merasa “lahir kembali", lebih sabar, optimis, dan produktif. Puasa juga merangsang produksi hormon BDNF (Brain-Derived Neurotrophic Factor) yang melindungi otak dari Alzheimer dan Parkinson. 

Dari sudut psikologi, ritual sahur, tarawih, dan tadarus Al-Quran menciptakan ritme hidup teratur yang mengurangi stres dan meningkatkan kualitas tidur. Singkatnya, Ramadan adalah program “upgrade” otak gratis yang dikemas dalam ibadah.

Dari Ketaatan Menuju Ketakwaan: Di Mana Peran BPOM?

Di tengah bukti ilmiah ini, peran BPOM dalam mengedukasi masyarakat tentang konsumsi obat dan pangan sehat selama Ramadan patut diapresiasi. Saat berpuasa, tubuh rentan dehidrasi dan hipoglikemia. Makanan tinggi gula, garam, dan lemak berlebihan, seperti kolak atau gorengan, bisa menggagalkan manfaat puasa. 

Di sinilah pentingnya memilih produk pangan bersertifikasi BPOM dan mengutamakan gizi seimbang. Sebab, puasa yang sehat bukan sekadar menahan lapar, tetapi juga memberi tubuh asupan berkualitas saat berbuka dan sahur.

Maka, mari jadikan Ramadan sebagai momentum transformasi. Kalau mau jadi manusia yang sehat, berbahagia, punya pemikiran yang bagus, maka berpuasalah. 

Semoga kita menjadi hamba-hamba yang bertakwa dan nantinya kembali menjadi manusia yang fitri di akhir bulan Ramadan.[**]

Keyword:


Editor :
Indri

riset-JSI
ultah dialektis
bank Aceh
dpra
bank Aceh pelantikan
pers