kip lhok
Beranda / Berita / Nasional / Ada Kelebihan Bayar Pembelian Gas Air Mata, Polri: Salah Input

Ada Kelebihan Bayar Pembelian Gas Air Mata, Polri: Salah Input

Sabtu, 15 Juli 2023 10:30 WIB

Font: Ukuran: - +


Karo Penmas Divisi Humas Polri Brigjen Ahmad Ramadhan


DIALEKSIS.COM | Jakarta - Polri menjelaskan isu kelebihan bayar dalam pembelian pepper projectile launcher (perangkat untuk kebutuhan gas air mata) pada 2022. Pembelian senjata seakan mahal karena kesalahan dalam proses memasukkan data terkait volume pengadaan alat pada laman LPSE Polri.

"Kelebihan bayar itu ada kesalahan input, kesalahan input mestinya 1.857 terinput 187. Nah itu ya sehingga ada pemberitaan kelebihan bayar," kata Karo Penmas Divisi Humas Polri Brigjen Ahmad Ramadhan kepada wartawan dikutip Sabtu, 15 Juli 2023. 

Menurut Ramadhan, kesalahan input pengadaan dari seharusnya 1.857 unit menjadi hanya 187 unit Pepper Projectile Launcher membuat ada selisih angka yang besar. Kesalahan input tersebut, kata Ramadhan, terjadi di Sistem Informasi Rencana Umum Pengadaan (SIRUP) Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP). Namun, dia memastikan kesalahan itu sudah diperbaiki.

"Ini kesalahan input di SIRUP ya, di Sistem Informasi rencana umum pengadaan SIRUP LKPP. Jadi kesalahan input yang mestinya ada 187, tapi itu telah diperbaiki ya. Ini bisa dilihat di aplikasi LKPP," jelas jenderal bintang satu itu. 

Polri membeli 1.857 senjata Pepper Projectile Launcher dengan total uang yang dikeluarkan Rp49.900.660.763. Rinciannya, Rp17,46 miliar untuk 1.857 senjata dan untuk kelengkapan lainnya seperti extra magazine, kantong holder, amunisi, bubuk lada dan gas air mata senilai Rp32,39 miliar.

Pembelian senjata itu bersumber dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) 2022. Senjata ini bakal digunakan untuk kebutuhan polisi dalam hal tindakan represif. 

Isu kelebihan bayar dalam pembelian senjata ini diungkap Penelitian Indonesia Corruption Watch (ICW) dan Trend Asia. Disebutkan bahwa rencana pengadaan 187 pepper projectile launcher oleh Polri pada 2022 terlalu mahal karena mencapai Rp49.860.450.000 (Rp49,8 miliar). 

Peneliti ICW Wana Alamsyah mengatakan, pihaknya menemukan rencana pengadaan dari sistem informasi umum pengadaan pada 2022. Nilai kontrak pembelian senjata Rp49 miliar dan dimenangkan oleh PT Tri Manunggal Daya Cipta.

ICW dan Trend Asia kemudian melakukan perhitungan sederhana dan mendapati harga satu unit pepper projectile launcher Rp l266,6 juta. Ketika melakukan verifikasi, didapati PT Tri Manunggal Daya Cipta itu benar menyediakan barang pepper projectile launcher bernama Byrna Le Launcher-Pepper. 

"Yang mana kami asumsikan ketika PT Tri Manunggal Daya Cipta ini menang (tender) artinya dia akan menyediakan barang tersebut ke kepolisian," kata Wana dalam konferensi pers yang disiarkan di YouTube ICW, Minggu, 9 Juli 2023.

ICW dan Trend Asia mengecek website produsen pepper projectile launcher dengan harga 479.99 dollar Amerika Serikat. Pihak peneliti mengasumsikan bahwa pemenang kontrak menyediakan barang pada 24 Februari 2022 atau satu bulan setelah masa penandatanganan kontrak berakhir pada 24 Januari 2022. 

Mereka mengonversi harga satuan pepper projectile launcher itu dengan kurs dollar 24 Februari 2022 menjadi Rp 6,9 juta per unit. ICW menilai PT Tri Manunggal Daya Cipta menawarkan harga yang sangat besar yaitu Rp266,6 juta.

Wana menyadari biaya lain seperti administrasi 5 persen, pengiriman 10 persen, dan keuntungan 10 persen juga harus dihitung mengingat perusahaan memiliki tujuan keuntungan. Namun, ICW menemukan asumsi nilai kontrak pengadaan pepper projectil launcher Rp1.294.920.795 miliar. 

Jika ditambah biaya lain-lain, yakni 25 persen dari nilai kontrak seharusnya, sebesar Rp323.730.199. Mereka memperkirakan jumlah pembelian 187 unit pepper projectile launcher hanya membutuhkan Rp1.618.650.993 miliar. Jumlah itu sangat jauh dengan nilai kontrak yang tertera, yakni Rp49.860.450.000 atau membuat pemborosan mencapai sekitar Rp48.241.799.007.

"Dan hal ini tentu akan berdampak pada potensi pemborosan dan dugaan kemahalan harga sekitar 30 kali lipat. Jadi ada gape (selisih) sekitar Rp48 miliar yang sebenarnya bisa di-saving oleh pemerintah tapi kemudian itu diduga diabaikan oleh kepolisian," beber dia.

Keyword:


Editor :
Zulkarnaini

riset-JSI
Komentar Anda