Anggota DPR Mileneal Kalah Pamor
Font: Ukuran: - +
DIALEKSIS.COM | Jakarta - Riset media monitoring Institut Riset Indonesia (Insis) menyebut anggota DPR muda berusia 31-40 tahun lebih moncer di media massa ketimbang dewan milenial yang berusia 21-30 tahun. Riset simultan ini dilakukan sebagai potret kiprah anggota DPR setelah dilantik awal Oktober 2019.
Peneliti Insis Wildan Hakim menjelaskan ada 32 politikus muda dan sembilan kaum milenial di DPR yang menjadi unit analisis. Mereka kerap menjadi narasumber dalam pemberitaan di enam media massa yang jadi bahan rujukan Insis.
"Kita temukan ada politikus berusia 31 hingga 40 tahun ini dikutip sebagai narasumber di 533 tema publikasi. Sementara itu ada sembilan politikus milenial yang dikutip namanya sebagai narasumber di 42 tema publikasi," kata Wildan di Jakarta, Senin, 27 Februari 2020.
Wildan membeberkan, nama-nama politikus muda yang cukup mendominasi pemberitaan yaitu politikus Gerindra Andre Rosiade dan politikus Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Achmad Baidowi. Andre tercatat 138 kali muncul di pemberitaan media massa, sedangkan Baidowi, 128 kali.
Menyusul di belakang keduanya yakni legislator Partai Amanat Nasional (PAN) Saleh Partaonan Daulay sebanyak 36 kali. Lalu, anggota DPR Gerindra Mulan Jameela dikutip sebanyak 32 kali.
"Kemunculan istri musisi Ahmad Dhani sebagai narasumber berita ini tidak bisa dilepaskan dari faktor profesinya sebagai penyanyi dan juga selebriti," lanjut Wildan.
Kategori legislator milenial ada nama Hillary Brigita Lasut dari NasDem. Hillary menjadi sosok dewan milenial paling banyak disebut dalam pemberitaan, yakni sebanyak 21 kali.
Setelahnya, ada nama Dyah Roro Esti Widya Puteri dari Partai Golkar yang dikutip media sebanyak lima kali. Puteri Anetta Komaruddin dari Golkar, Arkanata Akram dari Partai NasDem, dan Farah Puteri Nahlia dari PAN hanya muncul tiga kali dalam pemberitaan.
"Dari pendataan media massa ini, INSIS ingin membuktikan bahwa komunikasi politik para politikus milenial belum menunjukkan tren positif," ucap Wildan.
Akademisi di Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Al Azhar Indonesia Jakarta itu juga menilai kemampuan politikus milenial dalam merespons isu publik di media massa masih perlu diasah. Politikus milenial kalah moncer dengan politikus muda yang lebih lihai merespons isu kepublikan. "Dan menjadikan sosok mereka terkenal di mata para jurnalis," ujarnya.
Riset ini juga mendapati data kalau amendemen UUD 1945 menjadi isu politik yang paling banyak diberitakan, mencapai 326 kali. Disusul isu musyawarah nasional Golkar sebanyak 199 kali, serta perebutan kursi pimpinan MPR sebanyak 164 kali pemberitaan.
Berita seputar permintaan kepada Menteri Agama Fachrul Razi untuk tidak mengomentari isu-isu seputar hukum Islam berada di urutan selanjutnya. Sepanjang Oktober hingga Desember 2019, isu seputar peran Kementerian Agama ini muncul 113 kali dalam pemberitaan.
Insis mencatat hanya 307 anggota DPR yang disebut dalam pemberitaan dari beragam isu yang menjadi tema berita media massa. Artinya, dari 575 anggota DPR aktif saat ini, baru 53 persen yang punya relasi baik dengan pekerja media. Sebanyak 47 persen sisanya belum muncul ke publik sebagai narasumber berita. (Im/mediaindonesia)