Awan Arcus Menyerupai Ombak Terjadi di Aceh, Sekarang Terjadi di Yogya
Font: Ukuran: - +
Ilustrasi awan Arcus di Yogyakarta. (Foto: CNN Indonesia/Dani Randi)
Fenomena awan Arcus atau gelombang awan menyerupai ombak terjadi di sekitar Bandara Internasional Yogyakarta pada Jumat(15/1) siang.
Dalam beberapa tahun terakhir, awan Arcus terjadi di sejumlah wilayah Indonesia. Kemunculan awan itu cukup membuat kaget sejumlah masyarakat karena bentuknya yang tidak biasa.
Pendapat pun bermuncula dari sejumlah ahli fenomena alam, salah satunya dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) yang menjelaskan awan arcus memunculkan bahaya.
Berikut fakta-fakta awan Arcus yang membahayakan dikutip dari BMKG.
Bahaya untuk pesawat bisa tersambar petir
Peneliti Petir dan Atmosfer BMKG, Deni Septiadi mengatakan fenomena awan Arcus berbahaya bagi dunia penerbangan. Pesawat yang menerjang awan Arcus saat hendak mendarat atau lepas landas bisa mengalami turbulensi yang kuat. Bahkan, pesawat itu berpotensi tersambar petir.
Sebab, awan Arcus yang merupakan jenis awan Cumuliform memiliki ciri pertumbuhan yang cepat, serta dapat menghasilkan angin puting beliung, petir, hujan ekstrem, hingga hujan es.
Meski berbahaya, pesawat Boeing maupun Airbus sudah tidak menggunakan bahan metal, namun menggunakan komposit dan memiliki static discharge yang terpasang di moncong, sayap, serta ekor.
Berpotensi membahayakan penerbangan
Kemunculan Arcus yang disertai angin dapat membahayakan aktivitas take off atau landing pesawat, karena awan Arcus muncul akibat adanya golakan (ketidakstabilan) udara di atmosfer rendah.
Bila terjadi sekitar bandara maka perlu mendapat perhatian khusus bagi aktivitas penerbangan.
Awan Cumulonimbus (CB) bisa memproduksi downburst (hempasan angin ke bawah dari dasar awan ke permukaan tanah), atau juga angin yang tidak stabil arahnya yang bisa menjadi crosswind, tailwind, dan headwind yg umumnya pilot sudah memahami situasinya sesuai runway bandara.
Diketahui Crosswind, Tailwind dan Headwind adalah proses angin berhembus dari pesawat untuk bantuan landing dan take off.
Berpotensi hujan badai
Awan Arcus adalah awan tambahan yang berkembang dan mati tergantung kepada awan induknya.
Awan Arcus memiliki struktur horizontal yang biasanya terlihat sepanjang front bersama awan Cumulonimbus. Awan Arcus tidak berhubungan dengan kemunculan tornado tetapi dapat mendatangkan hujan atau hujan badai.
Fenomena ini terbentuk jika udara dingin dari dalam sistem badai turun dan menyebar. Udara dingin ini menghambat kenaikan massa udara panas. Ketika udara dingin naik bersamaan dengan udara panas yang lembab, mengalami kondensasi.
Gulungan awan terbentuk karena shear angin, dan bagian luar awan nampak halus sementara bagian dalam awan terlihat kasar karena angin yang kuat. Kemunculan awan Arcus menjadi tanda adanya angin yang kuat akan segera muncul.
Baik Arcus berbentuk gulungan maupun Arcus datar merupakan sebuah peringatan akan adanya hujan badai.
Pernah terjadi di Meulaboh, Aceh
Fenomena serupa pernah terjadi di Kabupaten Aceh barat dan Nagan Raya, Meulaboh, Aceh pada 10 Agustus 2020 lalu.
Menurut Kepala Subbidang Informasi Iklim dan Kualitas Udara BMKG Siswanto mengatakan bahwa fenomena tersebut merupakan awan Arcus, yang merupakan awan rendah dalam formasi horizontal.
Kemunculan awan Arcus di perairan sekitar Aceh biasanya berkaitan dengan proses terjadinya squall line. Awan Arcus sudah banyak penelitian yang mengkaji, tetapi umumnya yang terjadi di Selat Malaka, timur Aceh.
Dalam beberapa pengkajian iklim, awan tebal itu berkembang paling sering antara bulan April dan November, serta mengarah ke timur menuju pantai barat Semenanjung Malaysia sesuai arah aliran angin muson barat daya [cnnindonesia].