kip lhok
Beranda / Berita / Nasional / Berikut Nama-Nama Pahlawan Asal Aceh Yang Namanya Diabadikan di Jakarta

Berikut Nama-Nama Pahlawan Asal Aceh Yang Namanya Diabadikan di Jakarta

Rabu, 24 November 2021 11:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Masjid Cut Meutia. [Foto: Indonesia.go.id/ist]


DIALEKSIS.COM | Jakarta - Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan mengubah nama Jalan Inspeksi Kalimalang sisi utara menjadi Jalan Laksamana Malahayati, pahlawan nasional dari Aceh.

Anies Sebut peran Laksamana Malahayati dalam menghadapi penjajah patut diapresiasi dan didedikasikan namanya.

Pergantian nama jalan tersebut berdasarkan Keputusan Gubernur No. 1242 Tahun 2021 tentang Penetapan Nama Jalan Laksamana Malahayati menggantikan Nama Jalan Inspeksi Kalimalang Sisi Sebelah Utara.

Selain Laksamana Malahayati, ternyata ada banyak nama pahlawan asal Aceh yang diabadikan namanya di DKI Jakarta, berikut daftarnya:

1. Cut Mutia

Cut Nyak Meutia merupakan pahlawan wanita asal Aceh. Dikenal kegigihannya melawan penjajah Belanda dan juga kisah asmaranya yang tragis. Nama Cut Meutia diabadikan sebagai nama jalan dan nama masjid di daerah Jakarta Pusat.

Masjid Cut Meutia diresmikan oleh Gubernur Ali Sadikin pada 1987, Sbelumnya masjid ini bernama Yayasan Masjid Al-Jihad yang didirikan oleh eksponen '66 seperti Akbar Tanjung dan Fahmi Idris.

Masjid ini merupakan peninggalan sejarah pada zaman penjajahan kolonial Belanda.

2. Cut Nyak Dhien

Cut Nyak Dhien lahir pada 1848 di kampung Lam Padang Peukan Bada. Ia merupakan keluarga bangsawan. Ayah dan ibunya keturunan kepala pemerintahan di Aceh saat itu.

Menikah dua kali, pertama Teuku Chik Ibrahim dan kedua dengan Teuku Umar. Keduanya bernasib sama, gugur di pertempuran melawan penjajah. Kemudian meneruskan perjuangan suaminya, hingga akhirnya tertangkap pada November 1905.

Di DKI Jakarta, nama Cut Meutia diabadikan sebagai nama jalan dan nama masjid di daerah Jakarta Pusat.

3. Teuku Umar

Teuku Umar dikenal karena cara perlawananya terhadap Belanda yang berbeda dari para pejuang Aceh lainnya, termasuk istrinya sendiri, Cut Nyak Dhien.

Dengan cara bekerjasama dengan Belanda hingga akhirnya diangkat sebagai panglima perang dan mendapat segala fasilitas seperti senjata dan uang.

Mengutip laman resmi Pemprov Aceh, apa yang dilakukan Teuku Umar merupakan sandiwara. Setelah mengumpulkan banyak uang dan senjata, ia berbalik melawan Belanda hingga akhirnya tewas dalam pertempuran di Meulaboh.

Nama Teuku Umar di abadikan dikawasan elit di Jakarta Pusat.

4. Panglima Polim

Panglima Polim atau Teuku Panglima Polem Muhammad Daud merupakan seorang pemimpin wilayah XXII Mukim atau pedalaman Aceh Besar di bawah pemerintahan Kesultanan Aceh.

Panglima Polim dan pasukannya ikut bergabung dengan Teuku Umar dan pernah terlibat pertempuran besar melawan penjajahan Belanda pada April 1896.

Nama Panglima Polim diabadikan sebagai salah satu jalan di kawasan Blok M, Jakarta Selatan.

5. Teuku Cik Di Tiro

Teuku Chik Di Tiro merupakan seorang ulama dan pahlawan nasional dari daerah Pidie, Aceh. Ia dikenal karena menggelorakan semangat perang Sabil pada masyarakat Aceh untuk melawan penjajahan Belanda.

Nama Teuku Chik Di Tiro diabadikan sebagai nama jalan di kawasan Menteng, Jakarta Pusat.

6. Laksamana Malahayati

Menurut sejarah, Laksamana Malahayati memimpin 2 ribu orang dalam pasukan Inong Balee (janda-janda pahlawan yang telah syahid) berperang melawan kapal-kapal dan benteng-benteng Belanda pada 11 September 1599 sekaligus membunuh Cornelis de Houtman dalam pertempuran satu lawan satu di geladak kapal.

Kini nama Laksamana Malayati telah resmi menggantikan Jalan Inspeksi Kalimalang sisi utara yang memiliki Panjang sekitar 7,6 kilometer dan melintasi Kelurahan Pondok Kelapa, Kelurahan Duren Sawit, Kelurahan Pondok Bambu, Kecamatan Duren Sawit dan Kelurahan Cipinang Muara, Kelurahan Cipinang Besar Selatan, Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur. 

7. Sultan Iskandar Muda

Sultan Iskandar Muda merupakan sultan yang paling besar dalam masa Kesultanan Aceh, yang berkuasa dari tahun 1607 sampai 1636. Sultan Iskandar Muda masih merupakan garis keturunan laki-laki dari pendiri Kesultanan Aceh Darussalam yaitu Sultan Ali Mughayat Syah sekaligus keturunan laki-laki terakhir dari Dinasti Meukuta Alam yang bertakhta sebagai Sultan Aceh. 

Aceh mencapai kejayaannya pada masa kepemimpinan Iskandar Muda, di mana daerah kekuasaannya yang semakin besar dan reputasi internasional sebagai pusat dari perdagangan dan pembelajaran tentang Islam. Beliau juga pernah melakukan serangan terhadap Portugis, tetapi serangan tersebut tidak berhasil, meskipun begitu Aceh tetap merupakan kerajaan yang merdeka. 

Nama Sultan Iskandar Muda diabadikan di daerah Pondok Indah Jakarta Selatan sebagai nama jalan.

8. Teuku Nyak Arief

Teuku Nyak Arif adalah Pahlawan Nasional Indonesia. Ia juga merupakan Residen/gubernur Aceh yang pertama periode 1945-1946. Pada masa perjuangan kemerdekaan Indonesia, saat Volksraad (parlemen) dibentuk, Teuku Nyak Arif terpilih sebagai wakil pertama dari Aceh.

Nama Teuku Nyak Arief diabadikan di daerah Kebayoran Lama, Jakarta Selatan sebagai nama jalan. []

Keyword:


Editor :
Alfatur

riset-JSI
Komentar Anda