DIALEKSIS.COM | Jakarta - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) akan menggandeng Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemdikdasmen) untuk meluncurkan program Cek Kesehatan Gratis (CKG) di sekolah-sekolah mulai tahun ajaran baru ini. Program ini menjadi salah satu dari tiga prioritas utama Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, selain percepatan penanggulangan tuberkulosis dan peningkatan kelas rumah sakit dari D ke C.
“Kita akan meluncurkan program CKG. Ini merupakan satu dari tiga tugas ke saya satu, pemeriksaan gratis, dua, TBC, tiga, bangun rumah sakit kelas dari D ke C,” ujar Menkes Budi dalam keterangan resmi yang dilansir pada Kamis (12/6/2025).
Menkes menekankan bahwa CKG memiliki cakupan paling luas, yakni 280 juta penduduk, dan akan dilakukan setiap tahun. Ia mengakui bahwa eksekusi program ini sangat kompleks, namun memiliki dampak paling besar terhadap kesehatan masyarakat. Program ini tidak akan berhasil tanpa dukungan kepala daerah.
“Di daerah, kalau bupati dan gubernurnya tidak mendukung akan sulit. Setiap kali saya bertemu bupati, wali kota, gubernur, saya bilang bahwa Pak Prabowo tinggi ratingnya karena soal kesehatan berdasarkan survei Litbang Kompas. Jadi mesti mendukung program kesehatan,” ujarnya.
Menurut Budi, selama ini pemeriksaan kesehatan dilakukan di Puskesmas. Namun, pendekatan ini dinilai belum optimal karena keterbatasan kapasitas.
“Kita ada 280 juta (penduduk), Puskesmas 10 ribu. Ini akan jadi terpusat ke Puskesmas. Namun dirasa belum maksimal jika hanya mengandalkan Puskesmas,” ujarnya.
Oleh karena itu, Kemenkes mengimbau agar Cek Kesehatan Gratis (CKG) juga dilaksanakan di sekolah-sekolah guna menjangkau anak-anak usia sekolah. Momen tahun ajaran baru dianggap sebagai titik awal yang tepat untuk implementasi program ini.
“Saat ini mendekati tahun ajaran baru menjadi momentum baik untuk berkoordinasi dengan Kemendikdasmen terkait CKG di sekolah,” kata Budi.
Direktur Jenderal Kesehatan Primer dan Komunitas Kemenkes, dr. Maria Endang Sumiwi, menjelaskan bahwa program CKG sudah menjangkau 8 juta peserta, dengan 7,5 juta di antaranya telah diperiksa. Dalam pelaksanaannya, jumlah pemeriksaan pernah mencapai 97 ribu dalam sehari, meskipun sempat mengalami penurunan karena libur nasional.
Ia menyebut rendahnya aktivitas fisik sebagai salah satu masalah kesehatan utama yang ditemukan pada orang dewasa dan lansia.
“Ini yang kami harap pada tenaga pendidik di sekolah agar melakukan CKG ke Puskesmas untuk CKG ulang tahunan,” kata dr. Endang.
Kemenkes juga telah melakukan simulasi CKG di beberapa sekolah, seperti Penabur dan Assidiqiyah, pada Maret“April lalu. Hasilnya menunjukkan berbagai masalah kesehatan pada siswa, mulai dari gangguan penglihatan, karies gigi, hingga risiko diabetes karena riwayat keluarga.
“Masalah kesehatan selalu ketemu di setiap anak, entah itu diabetes, gangguan mata, karies. Semuanya kita rujuk ke Puskesmas untuk penanganan lebih lanjut,” ujarnya.
Pemeriksaan CKG akan disesuaikan dengan jenjang pendidikan. Siswa SD akan menjalani 13 jenis pemeriksaan, SMP 15 jenis, dan SMA kembali 13 jenis. Pemeriksaan darah akan dilakukan pada remaja putri di tingkat SMP dan SMA, serta remaja putra di tingkat SMA.
Persiapan teknis dimulai tujuh hari sebelum pemeriksaan, termasuk distribusi tautan kuesioner kepada orang tua. Dua hari sebelum pelaksanaan, tenaga kesehatan akan memastikan kesiapan alat medis dan bahan habis pakai (BMHP).
Pemeriksaan akan dilakukan di dua ruang terpisah, termasuk ruang khusus minimal 6 meter untuk pemeriksaan mata. Guru UKS dan guru PJOK akan dilibatkan dalam pengukuran fisik dan kebugaran siswa.
Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Prof. Abdul Mu’ti, menyambut baik inisiatif ini. Ia bahkan mengusulkan agar pelaksanaan CKG meniru skema tes Covid-19, yakni dilakukan di lokasi terdekat dari tempat tinggal siswa dengan bantuan mahasiswa kedokteran.
“Kemungkinan akan banyak yang melakukan tes CKG. Ini sekitar bayangan saja nanti silakan diputuskan mana yang terbaik,” ujarnya.
Menkes Budi menegaskan bahwa CKG tidak hanya bertujuan untuk skrining kesehatan, tetapi juga untuk membangun kebiasaan hidup sehat sejak usia sekolah. Ia juga menekankan pentingnya revitalisasi Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) sebagai garda terdepan layanan kesehatan di lingkungan pendidikan.
“Mengenai UKS, itu karunia luar biasa. Kalau kita bisa revitalisasi UKS, itu akan bagus sekali. Ini butuh bantuan Bapak Mendikdasmen dan juga Pemda-nya. Saya sangat menghargai kalau ada bantuan dari Bapak untuk sama-sama revitalisasi UKS,” kata Budi. [*]