Senin, 25 Agustus 2025
Beranda / Berita / Nasional / Dr. Amin Tohari: Metodologi adalah Fondasi, Tanpa Itu Ilmu Hanya Retorika

Dr. Amin Tohari: Metodologi adalah Fondasi, Tanpa Itu Ilmu Hanya Retorika

Senin, 25 Agustus 2025 11:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Arn

Flyer pelatihan metodelogi Sekolah riset Satukata. Foto: for Dialeksis


DIALEKSIS.COM | Yogyakarta - Di tengah derasnya arus informasi dan budaya instan, Dr. Amin Tohari, M.A., mengingatkan kembali pentingnya membangun tradisi metodologi yang kuat. Aktivis, peneliti, penulis sekaligus pendiri Sekolah Riset Satukata ini menilai, metodologi bukan sekadar prosedur teknis, melainkan pondasi yang menentukan kualitas ilmu pengetahuan.

“Metodologi itu fondasi. Tanpa fondasi yang kokoh, rumah ilmu akan runtuh. Begitu juga seorang peneliti atau penulis, ia akan kehilangan arah bila tak berpijak pada metodologi yang jelas,” ujar Amin kepada Dialeksis, Senin (25/08/2025).

Ia menyoroti kecenderungan generasi muda akademisi yang kerap tergoda hasil instan. Penelitian dikejar sekadar memenuhi kewajiban, menulis cukup bermodal kutipan seadanya, sementara pengajaran sering kali terjebak rutinitas.

“Menulis tanpa metodologi hanya melahirkan opini. Mengajar tanpa metodologi hanya jadi rutinitas. Meneliti tanpa metodologi hanya menghasilkan data mentah, bukan pengetahuan,” tegasnya.

Menurut Amin, yang krusial bukan hanya teknik metodologi, tetapi juga sikap mental. Dunia akademik membutuhkan keberanian untuk kritis, konsisten dalam berpikir, dan jujur menyampaikan hasil penelitian. “Budaya metodologi mengajarkan kita rendah hati terhadap data, disiplin berpikir, dan jujur pada fakta. Nilai-nilai ini yang sering kita abaikan,” ujarnya.

Ia menilai absennya budaya metodologi melahirkan problem serius: penelitian asal jadi, karya tulis yang dangkal, hingga maraknya plagiarisme. Akibatnya, dunia akademik kehilangan wibawa dan tak mampu menjawab tantangan zaman.

“Ilmu yang lahir tanpa metodologi hanya berumur pendek. Ia tidak akan diakui di ruang akademik global,” kata Amin.

Melalui Sekolah Riset Satukata, Amin mencoba membangun tradisi baru: mengajarkan metodologi sebagai seni berpikir, bukan sekadar mata kuliah yang membosankan. Ia menitipkan pesan berbeda untuk tiap kalangan.

Amin mulai memberikan pesan ke kalangan mahasiswa diminta berhenti melihat metodologi sebagai beban, melainkan bekal hidup. Sedangkan untuk para pengajar, ia menyarankan perlu menghadirkan metodologi dalam praktik mengajar sehari-hari, bukan hanya teori di kelas. Tidak luput pesan khusus untuk penulis dan aktivis harus memandang metodologi sebagai penguat argumen, bukan belenggu kreativitas.

“Kalau kita ingin Aceh dan Indonesia melahirkan pengetahuan yang diakui dunia, mulailah dengan membangun budaya metodologi. Tanpa itu, ilmu hanya akan berhenti pada retorika,” pungkasnya.

Keyword:


Editor :
Redaksi

perkim, bpka, Sekwan
riset-JSI
17 Augustus - depot
sekwan - polda
bpka