kip lhok
Beranda / Berita / Nasional / INDEF: Kinerja Jokowi-JK lebih rendah dari SBY-Boediono

INDEF: Kinerja Jokowi-JK lebih rendah dari SBY-Boediono

Selasa, 20 Februari 2018 19:06 WIB

Font: Ukuran: - +


Ilustrasi pekerja Indonesia. (Liputan6)

DIALEKSIS.COM | Jakarta - Ekonom Senior institute for development of economics & finance (INDEF), Dradjad H. Wibowo mengatakan kinerja pemerintahan Jokowi-JK lebih rendah dari SBY-Boediono, tapi lebih baik dari SBY-JK. Jika tahun 2005 dikeluarkan, era Jokowi-JK lebih lemah dibanding SBY-JK.

Dradjad H. Wibowo menyebut penciptaan kerja adalah peubah ekonomi-politik yang sangat krusial karena menjadi kunci pengentasan kemiskinan dan ketimpangan ekonomi.

Dua indikator penciptaan kerja rata-rata pertambahan penduduk bekerja di era Jokowi-JK sebesar 2.127.211 penduduk per tahun, lebih rendah dari era SBY-Boediono sebesar 2.868.457. Rasio penciptaan kerja (RPK) era Jokowi-JK sebesar 426,297 penduduk per 1% pertumbuhan ekonomi, lebih rendah dari era SBY-Boediono sebesar 467.082 penduduk.

Sementara Menurut Nailul Huda, Peneliti INDEF, pada era Jokowi-JK, dua sektor ekonomi justru minus penciptaan kerjanya. Di sektor pertanian, perkebunan, kehutanan, perburuan dan perikanan, jumlah penduduk bekerja berkurang 700.624 penduduk. "Ini melanjutkan tren minus pada era SBY-Boediono." Sebut Nailul

Sektor pertambangan dan penggalian juga kehilangan hampir 50 ribu penduduk bekerja, Kata Nailul.

RPK di pertanian, perkebunan, kehutanan, perburuan, dan perikanan serta sektor pertambangan dan penggalian mengalami kondisi minus di 3 tahun awal pemerintahan Jokowi-JK. Artinya, pertumbuhan output sektor ini justru diikuti pengurangan jumlah penduduk bekerja.

Sedangkan di sektor industri pengolahan, meskipun RPKnya positif, namun lebih rendah dari 3 tahun awal SBY-Boediono.

Menurut Andry Satrio Nugroho, Peneliti INDEF, rata-rata pertambahan penduduk bekerja pada era pemerintahan Jokowi-JK ditopang oleh sektor jasa perdagangan dan transportasi.

Sektor perdagangan, restoran, jasa akomodasi merupakan sektor yang paling tinggi kinerja penciptaan kerja, baik dilihat dari sisi tambahan penduduk bekerja maupun dari RPK. Sektor ini mampu menghasilkan rata-rata pertambahan penduduk bekerja sebesar 1.106.590 penduduk per tahun. Hal ini disebabkan oleh masifnya pertumbuhan e-commerce di Indonesia.

Transportasi online terbukti mampu menyelamatkan penciptaan kerja era Jokowi-JK. Hal ini terlihat dari sektor transportasi, pergudangan dan komunikasi yang berhasil memberikan tambahan 169,137 penduduk bekerja per tahun, setelah sebelumnya minus hampir 300 ribu orang pada era SBY-Boediono.  

Sayangnya, pemerintah justru mempersulit pelaku usaha transportasi online dengan berbagai regulasi. Hal ini perlu dikoreksi oleh pemerintahan Jokowi-JK jika ingin menciptakan lebih banyak pekerjaan.

Menurut Izzudin Al Farras Adha, Peneliti INDEF, tahun 2017, ada keanehan dengan angka rata-rata tambahan jumlah penduduk bekerja  naik tajam ke 3,25 juta. 

Dilihat secara sektoral, tambahan terbesar diperoleh dari Sektor Jasa Kemasyarakatan, Sosial, dan Perorangan yang jumlahnya adalah 1,09 juta pekerja baru. Faktor penyebabnya, diindikasikan, adalah karena adanya kucuran dana desa sebesar Rp 60 triliun pada tahun 2017. Dana desa banyak digunakan untuk pembangunan infrastruktur desa dengan partisipasi masyarakat desa, tanpa menggunakan pihak ketiga. Seharusnya, sektor ini bukan menjadi penopang penciptaan lapangan kerja.

Sektor Lembaga Keuangan, Real Estate, Usaha Persewaan, dan Jasa Perusahaan  menunjukkan kelesuan dalam hal Real Estate atau properti. Sektor ini menunjukkan angka yang anjlok nyaris 50 persen dibandingkan 3 Tahun Pertama SBY-Boediono. Salah satu penyebab terjadinya anjlok tersebut, patut diduga kuat, adalah karena lesunya bisnis properti sejak pertengahan tahun 2016 sampai akhir 2017. (rel)

Keyword:


Editor :
Sammy

riset-JSI
Komentar Anda