kip lhok
Beranda / Berita / Nasional / Ini Kata Jokowi Terkait Kritikan Desain Istana Negara Garuda Ibukota Baru

Ini Kata Jokowi Terkait Kritikan Desain Istana Negara Garuda Ibukota Baru

Sabtu, 03 April 2021 18:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Pradesain Istana Negara berbentuk burung Garuda / CNBC Indonesia


DIALEKSIS.COM | Jakarta - Presiden Joko Widodo menanggapi kontroversi seputar ready viewed desain Garuda pada rancangan Istana Presiden di Ibu Kota Baru, Kalimantan Timur. Melalui akun Instagramnya, Jumat (2/4/2021), Jokowi menjelaskan duduk perkara soal desain garuda di calon Istana Negara nanti.

Menurut Jokowi, pada 2020 Kementerian PUPR mengundang beberapa arsitek dan seniman untuk memberikan masukan dan gagasan mengenai bangunan ikonik di ibu kota negara yang baru.

Ia mengatakan, sejumlah usulan pun masuk. Salah satunya adalah pradesain Istana Negara karya seniman patung kenamaan Nyoman Nuarta berbentuk burung Garuda. Jokowi mengatakan usulan itu sarat dengan filosofi lambang Burung Garuda sebagai pemersatu bangsa sesuai semboyan Bhinneka Tunggal Ika.

"Usulan ini, sekali lagi, masih pada tahap pradesain. Karena itu, saya sangat mengharapkan masukan dari bapak, ibu, dan saudara-saudara semua tentang pradesain Istana Negara ini," kata Jokowi seperti dikutip CNBC Indonesia.

"Saya menginginkan Istana Negara tidak hanya dikenang sebagai tempat Presiden bekerja atau menjadi simbol kebanggaan bangsa, tapi juga mencerminkan kemajuan bangsa," kata Jokowi.

Ia mengatakan, dengan masukan-masukan itu nantinya, ia akan mengundang kembali para arsitek dan para ahli lainnya untuk melakukan pengkayaan pradesain menjadi dasar desain Istana Negara.

Sebelumnya sejumlah arsitek dan pemerhati bangunan sempat memprotes desain bangunan Istana tersebut. Salah satu tuntutan mereka ialah adanya dialog atau forum diskusi mengenai perencanaan ibukota negara secara terbuka dan transparan.

Asosiasi Profesi Ikan Arsitek Indonesia, Green Council Indonesia (GBCI), Ikatan Ahli Rancang Kota Indonesia (IARKI), Ikatan Arsitek Lanskap Indonesia (IALI), dan Ikatan Ahli Perencanaan Wilayah dan Kota (IAP) termasuk di antara yang protes.

Ketua Ikatan Arsitek Indonesia, I Ketut Rana Wiarcha, menjelaskan perlunya melibatkan masyarakat dalam proses perencanaan, agar menciptakan rasa kepemilikan masyarakat terhadap keberadaan IKN baru.

"Bangunan istana negara berbentuk burung Garuda atau menyerupai Garuda merupakan simbol di dalam bidang arsitektur tidaklah mencirikan kemajuan peradaban bangsa Indonesia di era digital," katanya dalam keterangan resmi,

Secara arti yang direpresentasikan melalui gedung patung burung tersebut tidak mencerminkan upaya pemerintah dalam mengutamakan forest city atau kota yang berwawasan lingkungan.

Sebab itu, pihaknya dalam lintas asosiasi ini merekomendasikan bentuk Garuda disesuaikan untuk menjadi monumen atau tugu yang menjadi landmark.

Ketut menjelaskan terkait kepentingan awal pembangunan IKN, memulai pembangunan tidak harus melalui bangunan gedung. Bisa dimulai melalui tugu nol yang data ditandai dengan membangun kembali lanskap hutan hujan tropis seperti penanaman pohon endemik Kalimantan.

Selain itu dia mengusulkan untuk desain bangunan istana agar disayembarakan dengan prinsip dan ketentuan desain yang disepakati. Dalam hal perancangan kawasan maupun tata ruang termasuk target menjadi model bangunan sehat beremisi nol [CNBC Indonesia/lokadata.id].

Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI
Komentar Anda