DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry Banda Aceh, Prof. Dr. Mujiburrahman, M.Ag, menyatakan kekaguman dan penghormatan terhadap sikap bijaksana Menteri Agama RI, Prof. Dr. Nasaruddin Umar. Menurutnya, tindakan Menag dalam memaafkan para pengunjuk rasa yang sebelumnya menuduhnya tanpa dasar layak menjadi teladan.
“Apa yang dilakukan Bapak Menteri Agama, Prof. Nasaruddin Umar, merupakan keteladanan yang patut diikuti,” ujar Prof. Mujiburrahman kepada Dialeksis, Minggu (30/3/2025).
Sebelumnya, seperti dilaporkan sejumlah media lokal dan nasional, koordinator aksi unjuk rasa yang menuding Menag tanpa bukti akhirnya meminta maaf langsung di Kantor Kementerian Agama, Jakarta, Kamis (27/3). Mereka mengakui aksinya didasari informasi keliru dan tidak faktual.
Syahril, salah satu koordinator aksi, menyatakan penyesalan setelah mengetahui fakta sebenarnya. “Kami menyesal atas tindakan tidak berdasar ini. Semoga Pak Menteri memaafkan kami dengan lapang hati,” katanya. Koordinator lain juga menyampaikan penyesalan serupa, mengakui keterlibatan mereka dalam upaya mendiskreditkan Menag tanpa memahami fakta.
Alih-alih mengambil langkah hukum, Prof. Nasaruddin Umar justru menerima para pengunjuk rasa di kantornya. Pertemuan itu berujung pada permintaan maaf terbuka dari kelompok tersebut atas tuduhan tidak berdasar yang mereka lontarkan. Menag pun memaafkan mereka dengan tulus.
Prof. Mujiburrahman menegaskan, sikap Menag tersebut mencerminkan ajaran Islam tentang memaafkan. “Dalam Islam, pemaaf adalah akhlak mulia yang diajarkan Rasulullah. Seorang muslim sejati harus memiliki akhlaq mahmudah (karakter terpuji), termasuk mudah memberi maaf,” paparnya.
Ia mengutip Surat Ali Imran ayat 133-135 yang menyebut surga disediakan bagi orang bertakwa, termasuk mereka yang menahan amarah dan memaafkan kesalahan. “Kedua sikap ini menunjukkan kedewasaan dan kematangan spiritual,” tegasnya.
Menurut Rektor UIN Ar-Raniry, kematangan inilah yang ditunjukkan Menag saat merespons unjuk rasa tidak berdasar tersebut. “Beliau tidak sekadar pejabat, tetapi ulama kharismatik yang menguasai tafsir Alquran. Kapasitasnya sebagai Imam Besar Masjid Istiqlal juga patut dijadikan contoh,” ujarnya.
Prof. Mujiburrahman berharap teladan Menag ini diikuti pemimpin nasional, mulai dari gubernur, bupati, hingga rektor Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI).
“Sebagai bawahan Menag, para rektor PTKI harus meneladani sikap beliau dalam memimpin dengan bijak dan mempraktikkan nilai-nilai Islam,” pungkasnya.