Sabtu, 02 Agustus 2025
Beranda / Berita / Nasional / Masalah Gigi dan Kecemasan Akibat Gadget Dominasi Hasil Awal Cek Kesehatan Siswa

Masalah Gigi dan Kecemasan Akibat Gadget Dominasi Hasil Awal Cek Kesehatan Siswa

Jum`at, 01 Agustus 2025 17:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Redaksi

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan, pelaksanaan program Cek Kesehatan Gratis (CKG) Sekolah ini telah dimulai secara bertahap, salah satunya di 72 sekolah rakyat berasrama. [Foto: Humas Kemenkes]


DIALEKSIS.COM | Jakarta - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menargetkan sebanyak 53 juta peserta didik dari SD hingga SMA/SMK di seluruh Indonesia akan mengikuti program Cek Kesehatan Gratis (CKG) Sekolah pada tahun 2025. 

Program ini menjadi bagian dari agenda prioritas Presiden dan Wakil Presiden sebagai bentuk komitmen memperkuat layanan kesehatan preventif sejak usia dini.

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan, pelaksanaan program ini telah dimulai secara bertahap, salah satunya di 72 sekolah rakyat berasrama. Hasil awal menunjukkan bahwa masalah gigi menjadi keluhan paling umum yang dialami siswa, disusul gangguan penglihatan, anemia, dan kesehatan jiwa.

“Saya juga terkejut, ternyata banyak anak kita memiliki masalah gigi, mata, dan kecemasan akibat penggunaan gadget,” ucap Budi dalam pernyataan resmi yang diterima pada Jumat (1/8/2025).

Pemeriksaan Jiwa Jadi Inovasi Baru

Salah satu inovasi penting dalam program CKG Sekolah adalah dimasukkannya skrining kesehatan jiwa. Menurut Budi, pemeriksaan ini penting mengingat deteksi dini gangguan mental pada anak-anak masih belum optimal.

“Kita mulai ukur (tingkat) kecemasan, depresi, agar bisa ditindaklanjuti lebih awal,” jelasnya.

Direktur Jenderal Kesehatan Primer dan Komunitas, dr. Maria Endang Sumiwi, menambahkan bahwa program ini menyasar anak-anak usia 7 hingga 17 tahun. Mereka dinilai sebagai kelompok yang tengah menghadapi berbagai tantangan kesehatan.

“Data menunjukkan 1 dari 6 anak usia 13“15 tahun mengalami kelebihan berat badan, dan 1 dari 6 anak usia 5“14 tahun menderita anemia,” ungkap Maria.

Pemeriksaan Disesuaikan dengan Jenjang Sekolah

Jenis pemeriksaan akan disesuaikan dengan jenjang pendidikan. Untuk tingkat SD/sederajat, ada 13 jenis pemeriksaan, seperti status gizi, tekanan darah, kebugaran fisik, gigi, mata, telinga, dan kesehatan mental.

“Untuk SD tidak ada pengambilan darah, jadi tidak perlu takut. Tidak ada suntik,” tegas Maria.

Sementara itu, untuk siswa SMP/sederajat, terdapat 15 jenis pemeriksaan, termasuk skrining talasemia dan tes kadar hemoglobin melalui pengambilan darah di ujung jari. Di tingkat SMA/sederajat, ada 14 jenis pemeriksaan, ditambah aspek kesehatan reproduksi.

“Pelaksanaan dilakukan dengan dua ruangan: satu untuk pemeriksaan fisik seperti gizi dan gigi, dan satu lagi untuk mata dan telinga. Tambahan di lapangan digunakan untuk cek kebugaran oleh guru PJOK,” jelasnya.

Kolaborasi Sekolah dan Puskesmas

Pelaksanaan CKG akan dilakukan di 282.317 satuan pendidikan, termasuk madrasah, pesantren, dan sekolah rakyat di bawah binaan Kementerian Sosial.

Program ini melibatkan kolaborasi antara tenaga kesehatan dari Puskesmas dan tenaga pendidik di sekolah. Persiapan dilakukan tujuh hari sebelumnya, termasuk penyebaran kuisioner kepada siswa dan orang tua.

“Anak-anak SMP dan SMA bisa isi sendiri, SD dibantu orang tua. Ini jadi logistik dan personel yang akan disiapkan,” ujar Maria.

Hasil pemeriksaan akan ditindaklanjuti baik secara individu maupun kolektif. Anak dengan keluhan kesehatan akan dirujuk ke Puskesmas.

Jika ditemukan tren gangguan secara kelompok, seperti obesitas atau kurang bugar, maka sekolah dan Puskesmas akan menyusun program edukasi bersama. [red]

Keyword:


Editor :
Indri

riset-JSI