kip lhok
Beranda / Berita / Nasional / Nadiem Mundurkan Vaksinasi Guru ke Agustus

Nadiem Mundurkan Vaksinasi Guru ke Agustus

Selasa, 01 Juni 2021 09:30 WIB

Font: Ukuran: - +


DIALEKSIS.COM | Jakarta - Target vaksinasi guru dan tenaga kependidikan yang ditetapkan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) molor dari target. Semula, Mendikbudristek Nadiem Makarim menargetkan vaksinasi guru rampung pada pekan kedua Juni hingga jenjang pendidikan tinggi. Namun kini Nadiem menetapkan vaksinasi paling telat selesai Agustus 2021.

"Insyaallah kita masih capai target vaksinasi. Diharapkannya di akhir bulan Juli, paling telat akhir bulan Agustus," katanya dalam Rapat Kerja bersama Komisi X DPR, Senin (31/5).

Nadiem mengungkap sampai hari ini vaksinasi dosis pertama baru dilakukan terhadap 28 persen guru dan tenaga kependidikan secara nasional. Sementara, vaksinasi sudah dilakukan sejak lebih dari tiga bulan lalu. Ia pun mengakui sebaran pelaksanaan vaksinasi terhadap guru dan tenaga kependidikan tidak merata di setiap provinsi. Laju vaksinasi didapati berjalan dengan cepat di DKI Jakarta (78 persen) dan D.I.Yogyakarta (75 persen).

Namun di Jawa Timur (35 persen) dan Jawa Barat (34 persen) capaian vaksinasi belum maksimal. Bahkan di Maluku Utara baru 3.000 guru dan tenaga kependidikan (3 persen) dan tenaga kependidikan yang divaksin. Di Aceh, hanya seribu guru dan tenaga kependidikan (2 persen) yang sudah divaksin. Merespons molornya laju vaksinasi dibanding target, Nadiem mengatakan Kemendikbudristek akan turun tangan menghadirkan lokasi vaksinasi dan vaksinator yang mekanismenya bakal diatur Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP).

"Dari fakultas kesehatan [perguruan tinggi] negeri 28 fakultas. Fakultas kesehatan swasta ada 21 [fakultas] terlibat. Ini vaksinator kita kerahkan khusus untuk akselerasi vaksinasi guru," tuturnya.

Berdasarkan data yang disampaikan dalam paparan, saat ini pemerintah baru berhasil memvaksin 1,54 juta guru dan tenaga kependidikan. Total guru dan tenaga kependidikan yang jadi target vaksinasi mencapai 5,6 juta. Sementara, pemerintah menginginkan semua sekolah sudah dibuka pada Juli 2021. Nadiem pun mewajibkan sekolah yang guru dan tenaga kependidikannya sudah divaksin membuka opsi belajar tatap muka.

Vaksinasi Siswa

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) hingga saat ini masih belum memutuskan untuk melakukan vaksinasi terhadap anak di bawah usia 18 tahun, kendati proses pembelajaran tatap muka di sekolah dibuka mulai semester ini atau Juli 2021.

Juru Bicara Vaksinasi dari Kemenkes Siti Nadia Tarmizi mengatakan saat ini masih ada tiga hal yang menjadi pertimbangan pemerintah dalam memutuskan untuk melakukan vaksinasi terhadap anak di bawah usia 18 tahun.

"Yang pertama, untuk anak-anak kita tunggu ya rekomendasi dari IDAI, organisasi profesi lainnya, juga dari ITAGI. Karena mereka akan melihat vaksin mana yang akan digunakan untuk anak-anak," kata Nadia dalam acara daring yang disiarkan melalui kanal YouTube Antara TV Indonesia, Senin (31/5).

Pertimbangan yang kedua yakni soal kecocokan sejumlah merek vaksin yang sudah ada di Indonesia dengan anak-anak.

Untuk program vaksinasi nasional sejauh ini pemerintah menetapkan empat merek vaksin yang akan dipakai. Yakni vaksin Sinovac, AstraZeneca, Pfizer dan Novavax.

Sementara untuk vaksin Gotong Royong sejauh ini wacana merek vaksin yang akan dipakai Sinopharm, CanSino, Sputnik V, dan Anhui Zhifei Longcom.



Sumber : cnnindonesia.com


"Kalau harus mencari vaksin baru, berarti harus nego lagi kan pemerintah. Belum tentu produsen punya stok vaksin," kata dia.

Pertimbangan yang ketiga, strategi penambahan stok vaksin jika sudah ada merek yang dianggap cocok digunakan oleh anak-anak.

Sementara saat ini, pemerintah masih berkomitmen mengamankan sekitar 362 lebih dosis vaksin untuk program vaksinasi nasional yang menyasar 60-70 persen penduduk Indonesia atau sekitar 181.554.465 penduduk berusia di atas 18 tahun.

"Jadi proses itu nanti kita tunggu dan rekomendasi dari BPOM dan ITAGI dan IDAI terkait pemilihan vaksinnya," pungkas Nadia.

Perusahaan farmasi Pfizer/BioNTech pada awal April lalu menyatakan hasil uji klinis vaksin virus corona buatannya menunjukkan kemanjuran 100 persen dan aman digunakan remaja berusia 12-15 tahun.

Perusahaan asal China, Sinovac, juga sebelumnya yang mengklaim vaksin Covid-19 buatannya aman digunakan untuk anak usia 3 tahun hingga 17 tahun.

Baru-baru ini, Eropa untuk pertama kalinya memberikan lampu hijau vaksinasi Covid-19 untuk anak usia 12-15 tahun menggunakan produk vaksin buatan Pfizer/BioNTech. Vaksinasi buat kelompok usia ini sebelumnya sudah disetujui Amerika Serikat dan Kanada.

(khr/fey/arh)


Keyword:


Editor :
Alfatur

riset-JSI
Komentar Anda