DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Polemik pengalihan empat pulau di perbatasan Aceh dan Sumatera Utara kembali memicu gelombang kekecewaan dan keprihatinan, bukan hanya dari kalangan elit politik dan pemerintahan, namun juga dari suara rakyat Aceh.
Keempat pulau tersebut Pulau Panjang, Pulau Lipan, Pulau Mangkir Gadang, dan Pulau Mangkir Ketek yang selama ini diyakini masuk wilayah Kabupaten Aceh Singkil, Provinsi Aceh, justru kini secara resmi ditetapkan menjadi bagian dari Kabupaten Tapanuli Tengah, Provinsi Sumatera Utara.
Kepmendagri ini ditetapkan pada 25 April 2025 dan sontak menimbulkan reaksi berantai dari berbagai kalangan di Aceh.
Pengamat Media sosial dari kalangan rakyat jelata Aceh, Syakya Meirizal mengatakan kini rakyat Aceh menghadapi perkembangan yang berat. Ini seharusnya menjadi tanggung jawab moral dan politik para stakeholder Aceh, Pemerintah Aceh, DPRA, para anggota DPR RI asal Aceh, dan semua pihak yang mengaku peduli terhadap martabat wilayah Aceh.
Menurutnya, kini bukan lagi waktu untuk berpangku tangan atau berdebat di atas kertas. Pemerintah Sumut, kata Syakya, telah lebih dahulu bergerak cepat bahkan melampaui batas simbolik.
“Kita dengar dari media, Pemerintah Sumut melalui Gubernur Bobby Nasution akan membangun prasasti dan Bupati Tapanuli Tengah, Masinton bakal membangun fasilitas di empat pulau itu. Ini bukan sekadar klaim di atas dokumen, tapi bentuk penguasaan fisik dan simbolis yang jelas-jelas menunjukkan bahwa kita sedang menghadapi lawan,” ungkapnya dalam video diakui Facebook @syakyameirizal yang dilansir media dialeksis.com, Jumat (30/5/2025).
Syakya juga menyoroti aspek kekuatan politik yang menyelimuti persoalan ini. Dengan posisi Bobby Nasution sebagai Gubernur Sumut sekaligus kader partai penguasa di tingkat nasional, dinamika politik menjadi lebih kompleks.
“Secara politik, kekuatan mereka tidak main-main. Gubernur Sumut Bobby itu kader Prabowo, dan ini artinya mereka punya jaringan yang kuat secara vertikal. Pertanyaannya: Siapa yang akan menang dalam konflik administrasi ini? Wallahu a’lam, tapi kita harus waspada dan bersatu,” ujar Syakya.
Namun, ia tidak hanya menyampaikan kritik, Syakya mengajak seluruh rakyat Aceh untuk tidak putus asa dan terus memberikan dukungan kepada para pemimpin Aceh agar bersungguh-sungguh memperjuangkan wilayahnya.
“Sebagai rakyat Aceh, kita hanya bisa mendoakan dan mendorong. Kita ingin para pemimpin dan elit Aceh jangan tinggal diam. Ini bukan hanya soal wilayah, tapi soal harga diri Aceh. Empat pulau itu harus kembali ke pangkuan Tanah Rencong," pungkasnya. [nh]