Prediksi Bankir Hingga Akhir Tahun Kredit Bermasalah Akan Naik
Font: Ukuran: - +
[Foto: Ilustrasi Permasalahan Kredit Macet di Indonesia - Duitpintar.com]
DIALEKSIS.COM | Jakarta - Kalangan perbankan memprediksi kenaikan kredit bermasalah (non performing loan/ NPL) masih akan membayangi industri hingga akhir tahun. Ini merupakan dampak dari pandemi covid-19 yang menghantam dunia usaha.
Head of Investor Relations PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI Roekma Hariadji mengungkapkan posisi NPL perseroan pada Juli yakni 3,1 persen. Angka itu naik dari Juni sekitar 3,1 persen. Tren kenaikan NPL diproyeksi masih berlanjut hingga penghujung tahun ini.
"Ke atasnya kemungkinan akan mengalami kenaikan seperti kami proyeksikan sampai mencapai 4,5 persen yang harus kami antisipasi," ujarnya dalam paparan bersama PT Bursa Efek Indonesia, Jumat (28/8).
Tak berdiam diri, ia mengatakan perseroan melakukan strategi dengan mengerek naik cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) guna mengantisipasi risiko kredit. Pada Juni, besaran pencadangan mencapai Rp7 triliun. Sejalan dengan tingginya risiko, kredit maka jumlah pencadangan pun diproyeksi bertambah menjadi Rp18 triliun-Rp19 triliun.
"Melakukan penambahan pencadangan, merupakan bentuk antisipasi dari kualitas kredit yang kami antisipasi ada yang mengalami pemburukan," ujarnya.
Senada, Direktur Keuangan PT BCA Tbk Vera Eve Lim juga memperkirakan tren peningkatan NPL masih berlanjut hingga akhir tahun. Per Juni lalu, posisi NPL bank swasta itu sebesar 2,1 persen atau lebih tinggi dari Juni 2019 di kisaran 1,4 persen.
"Kalau lihat akhir tahun pasti meningkat, estimasi kami NPL akhir tahun kami jaga di bawah 2,83 persen, kami masih jaga di bawah itu. Saya pikir sekarang agak sulit prediksi NPL akhir tahun," tuturnya.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat rasio NPL industri bank secara gross meningkat dari 3,13 persen pada Juni menjadi 3,22 persen pada Juli 2020. Sementara NPL net turun tipis dari 1,13 persen menjadi 1,12 persen pada periode yang sama.
Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso mengatakan peningkatan NPL menjadi hal yang tidak bisa terelakkan karena bank tengah menjalani program restrukturisasi kredit. Namun, tidak semua kredit bisa diberikan restrukturisasi dan tercatat menjadi NPL.
"Ini situasi yang tidak bisa kita hindari, justru jadi pertanyaan besar kalau NPL tidak meningkat, karena kenyataan di lapangan ini, para pengusaha ini ternyata banyak yang usahanya terhenti," ujar Wimboh belum lama ini [CNN].