kip lhok
Beranda / Berita / Nasional / Produksi Beras RI Menurun Sejak 2018, Pengamat: Hati-hati Krisis Pangan

Produksi Beras RI Menurun Sejak 2018, Pengamat: Hati-hati Krisis Pangan

Selasa, 12 Mei 2020 12:22 WIB

Font: Ukuran: - +

Pengamat pertanian IPB, Dwi Andreas Santosa. [Foto: Muhammad Fadli Rizal/kumparan]


DIALEKSIS.COM | Jakarta - Pandemi virus corona (COVID-19) bisa menyebabkan krisis pangan dunia. Hal ini telah diingatkan oleh Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (Food and Agriculture Organization atau FAO) beberapa waktu lalu.

Menurut FAO, krisis pangan ini bisa disebabkan oleh terbatasnya jumlah pekerja di sektor pertanian akibat kebijakan karantina hingga produksi ternak yang menurun karena gangguan logistik pangan.

Untuk itu FAO mengimbau agar setiap negara untuk menjaga kelancaran rantai pasok pangan. Menanggapi pernyataan FAO tersebut, Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB) Dwi Andreas Santosa berpendapat bahwa kondisi dunia saat ini tidak mencerminkan adanya ancaman krisis pangan.

Menurutnya krisis pangan akan terjadi apabila produksi pangan terus menurun sedangkan harga pangan terus naik. Namun yang terjadi di dunia saat ini produksi pangan naik dan harga pangan cenderung turun.

Namun menariknya, kondisi dunia tersebut sedikit berbeda dengan fakta yang terjadi di Indonesia. Andreas mengatakan produksi beras pada 2019 lebih rendah dibandingkan pada 2018. Penurunan produksi beras ini bahkan diperkirakan masih akan berlanjut di tahun ini saat Indonesia juga menghadapi pandemi COVID-19.

“Sekarang bagaimana dengan beras? Gambaran produksi beras di Indonesia pada 2019 lebih rendah dibanding 2018. Di 2020 data grafik belum bisa saya sajikan karena masih confidential dari BPS. Kita ada khawatir, kemungkinan besar perkiraan saya, di 2020 produksi beras kita akan turun lagi. Kalau ini terjadi berarti produksi beras kita turun terus dalam tiga tahun terakhir,” ungkap Andreas dalam diskusi daring, Minggu (3/5/2020).

Menurut Andreas, sejak 2017 produsen utama beras secara nasional berasal dari tiga provinsi besar yaitu Jawa Tengah, Jawa Timur dan Jawa Barat. Sayangnya produksi beras dari tiga besar produsen ini juga mengalami penurunan dalam dua tahun terakhir.

Di 2018 misalnya, produksi beras di Jawa Tengah mencapai 10,4 juta ton. Angka ini turun pada 2019 menjadi hanya 9,6 juta ton. Kemudian di Jawa Timur, produksi beras pada 2018 mencapai 10,2 juta ton. Jumlah ini juga turun di 2019 menjadi 9,5 juta ton. Begitu juga produksi beras di Jawa Barat pada 2018 mencapai 9,6 juta ton juga turun menjadi 9 juta ton saja.

“Produsen utama beras yaitu Jateng, Jatim, Jabar. Ini tiga besar produksi beras. Padahal ini juga tiga besar konversi lahan pertanian. Sekarang tersisa Sulawesi Selatan, Sumatera Selatan dan Lampung,” ujarnya.

Bahkan Andreas membeberkan pada periode Januari hingga Mei 2020 dibanding periode yang sama pada 2019, sudah terjadi penurunan produksi beras sebesar 1,8 juta ton. Untuk itu menurut Andreas, meski krisis pangan dunia hampir tidak mungkin terjadi, namun belum tentu Indonesia bisa luput dari ancaman tersebut.

“Krisis pangan dunia menurut saya tidak mungkin terjadi. Lalu bagaimana dengan Indonesia? Jadi bukan berarti Indonesia tidak mengalami krisis pangan. Karena data produksi beras tiga tahun berturut-turut menurun. Kita relatif perlu hati-hati,” ujarnya.

Apalagi ketergantungan impor Indonesia cukup tinggi. Misalnya 60 persen dari kebutuhan gula secara nasional masih berasal dari impor, 100 persen kebutuhan gandum masih impor, sekitar 20 persen kebutuhan jagung juga dipenuhi dari impor bahkan bawang putih juga masih 100 persen impor.

Menurut Andreas, jika pandemi ini menyebabkan rantai pasok pangan dunia terhambat, maka komoditas-komoditas pangan Indonesia yang masih bergantung pada impor akan sangat terdampak.

“Sudah barang tentu kalau terjadi disrupsi di perdagangan internasional, kita enggak bisa lagi impor dari mana-mana. Kalau enggak bisa lagi impor nah di situ barangkali nanti krisis pangan bisa terjadi di Indonesia,” ujarnya. (Kumparan)

Keyword:


Editor :
Sara Masroni

riset-JSI
Komentar Anda