DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry, Prof Dr Mujiburrahman MAg menilai Menteri Agama sebagai sosok yang paling konsisten dalam membangun citra positif di mata publik.
Hal itu terlihat dari hasil survei terbaru Indo Survey & Consulting (ISC) yang menempatkan Kementerian Agama dengan tingkat kepuasan publik mencapai 75 persen.
Menurut Mujiburrahman, capaian tersebut tidak muncul secara instan, melainkan lahir dari sejumlah kebijakan yang langsung menyentuh kebutuhan masyarakat. Ia menyebut, konsistensi dan integritas dalam mengelola pelayanan publik menjadi faktor utama meningkatnya kepercayaan terhadap Kementerian Agama.
“Angka survei itu bukan sekadar statistik. Ia mencerminkan kepercayaan rakyat terhadap institusi agama yang mampu berinovasi, beradaptasi, dan tetap dekat dengan masyarakat,” ujar Mujiburrahman, Jumat (3/10/2025).
Rektor UIN Ar-Raniry menilai digitalisasi layanan haji dan umrah menjadi salah satu terobosan penting. Sistem layanan berbasis daring memungkinkan calon jemaah mendapatkan informasi dan pelayanan dengan lebih cepat, transparan, dan efisien.
“Digitalisasi menutup ruang praktik tidak adil, sekaligus memberi rasa aman bagi masyarakat yang hendak menunaikan ibadah. Transparansi ini memperkuat kepercayaan publik,” katanya.
Selain itu, kebijakan penguatan moderasi beragama dinilai efektif untuk meredam potensi konflik berbasis agama. Program ini juga memperluas ruang dialog di pesantren, sekolah, dan komunitas lintas iman.
Menurut Mujiburrahman, semangat toleransi yang terus ditanamkan Kementerian Agama telah menjadikan masyarakat lebih siap menghadapi dinamika kebangsaan.
“Moderasi beragama bukan hanya slogan, tapi strategi nyata agar keberagaman menjadi kekuatan, bukan sumber perpecahan,” ujarnya.
Dalam pandangan Mujiburrahman, pesantren memiliki peran penting sebagai pusat pemberdayaan umat. Ia menekankan, pesantren perlu bertransformasi agar tidak hanya menjadi lembaga pendidikan tradisional, tetapi juga motor penggerak ekonomi umat.
“Pesantren harus beradaptasi dengan teknologi, mengembangkan keterampilan kewirausahaan, dan memiliki akses permodalan. Dengan begitu, pesantren bisa menjadi lokomotif kemandirian ekonomi masyarakat,” tutur Mujiburrahman.
Meski hasil survei menempatkan Menteri Agama dalam citra positif, Mujiburrahman mengingatkan pentingnya menjaga konsistensi. Ia menilai, kepercayaan publik dapat hilang bila institusi keagamaan tidak peka terhadap persoalan yang dihadapi masyarakat.
“Momentum positif ini harus dijaga dengan kerja nyata dan integritas. Bila tidak, kekecewaan publik bisa berdampak luas, apalagi di ranah keagamaan yang sangat sensitif,” kata dia.
Sebagai penutup, Mujiburrahman menegaskan bahwa keberhasilan Kementerian Agama dalam menjaga citra positif tidak hanya menguntungkan lembaga, tetapi juga bangsa secara keseluruhan.
“Kementerian Agama dengan pemimpin yang konsisten akan memperkuat perannya sebagai pilar kohesi sosial bangsa. Kami sebagai institusi keagamaan siap mendukung dan bersinergi demi kemaslahatan umat,” ujarnya. []