kip lhok
Beranda / Berita / Nasional / Vibrant Minds, Menyuarakan Sudut Pandang dan Isu yang Kurang Terwakili

Vibrant Minds, Menyuarakan Sudut Pandang dan Isu yang Kurang Terwakili

Jum`at, 14 Agustus 2020 16:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Visual  Vibrant Minds. [Foto: Groupe Dejour]


DIALEKSIS.COM | Jakarta - Goethe-Institut meluncurkan proyek digital Vibrant Minds, sebuah inisiatif di Instagram yang menyuarakan sudut pandang dan isu yang kurang terwakili. Proyek ini ditampilkan jurnalis dan aktivis muda dari Asia Tenggara dan Selandia Baru.

Hal ini disampaikan Dr. Ingo Schöningh, Kepala Bagian Program Budaya di Goethe-Institut Indonesien, melalui keterangan pers yang diterima oleh Dialeksis.com, Jum'at (14/8/2020) siang. 

"Melalui kanal @vibrantminds.official, publik akan dapat mengakses kisah memikat yang selama ini masih jarang terdengar atau terlihat di Instagram. Kanal ini akan diperbarui secara berkala setiap hari sampai Desember 2020 oleh 12 peserta terpilih (jurnalis dan aktivis muda) dari Indonesia, Malaysia, Myanmar, Thailand, dan Selandia Baru," tuturnya.

Para peserta akan bekerja berpasangan untuk menghasilkan kisah dan postingan dengan fokus pada tiga topik yang dapat memicu diskusi lebih lanjut di kanal Instagram, yaitu: 1) kehidupan minoritas, penduduk asli, dan imigran; 2) kesenjangan digital antara kota dan desa, tua dan muda, kaya dan miskin; serta 3) praktik-praktik kultural. 

"Salah satu sasaran Goethe-Institut adalah menciptakan ruang terbuka untuk masyarakat sipil. Kami meyakini bahwa keterlibatan beragam pemangku kepentingan,pendapat, dan sudut pandang akan menghasilkan wacana yang lebih representatif di tengah masyarakat terbuka. Secara umum, Goethe-Institut berupaya menstimulasi kehidupan dengan mendukung perjumpaan di antara berbagai orang dan pendirian. Vibrant Minds menawarkan pertukaran internasional, kebebasan berekspresi, pendidikan kultural, dan mudah-mudahan juga rasa ingin tahu dan keberanian kepada para pemirsanya,” ujar Dr. Ingo Schöningh. 

Vibrant Minds diprakarsai oleh Goethe-Institut Indonesien dan bermitra dengan Kooperative W (sebuah kolektif Jerman yang beranggotakan profesional media-sosial 

dan jurnalis muda dengan pendekatan feminis) dan Proud Project (sebuah gerakan berbasis media-sosial dari Indonesia yang hendak menginspirasi orang untuk meruntuhkan batas-batas personal dan sosial). Kooperative W yang terdiri dari Verena Lammert, Tina Srowig, Franziska Hilfenhaus beserta Trivet Sembel dan Rakha Adiyoga dari Proud Project bertindak sebagai konsultan untuk para peserta. 

Sejak akhir Juni 2020, para peserta mengikuti serangkaian lokakarya dan diskusi virtual yang memberi mereka bekal pengetahuan mengenai kekuatan bercerita serta cara penyampaian yang efektif. Mereka juga mendapat bimbingan mengenai elemenelemen pendukung, seperti desain, pilihan kata, dan penentuan waktu yang tepat untuk memposting cerita di media-sosial. Melalui rangkaian lokakarya dan diskusi, para peserta mampu mengenali formula menghasilkan kisah berdampak yang dapat menyentuh sisi kemanusiaan audiens. 

Kanal Instagram Vibrant Minds juga mencoba untuk secara kreatif menyajikan kisah-kisah yang tidak lazim dibahas oleh media arus utama. "Audiens dari Asia Tenggara dan Selandia Baru mendapat kesempatan memperluas wawasan dan belajar sesuatu yang baru tentang orang, negara, dan kenyataan hidup yang tidak banyak mereka ketahui sebelumnya. Karena itu, kanal ini bertujuan menawarkan pemahaman yang lebih baik mengenai sebuah kawasan yang kompleks, kaya, dan penuh gairah di dunia ini beserta orang-orang yang hidup di dalamnya," kata Verena Lammert. 

Rakha Adiyoga menambahkan, "Dampak paling penting yang ingin kami capai adalah agar audiens mendapat kesadaran penuh terkait isu-isu yang kami angkat dan selanjutnya memilih untuk menjadi bagian dari solusi dengan mengambil tindakan." (rls)

Keyword:


Editor :
Indri

Berita Terkait
    riset-JSI
    Komentar Anda