kip lhok
Beranda / Berita / Nasional / Yudi Latif: Menyingkap Cahaya Lewat Visi Spiritualitas

Yudi Latif: Menyingkap Cahaya Lewat Visi Spiritualitas

Selasa, 16 Januari 2024 08:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Biyu

Yudi Latif, Ph.D adalah seorang aktivis dan cendekiawan. Foto: Tangkapan layar IG yudilatif_official. 


DIALEKSIS.COM | Nasional - Di tengah kelamnya krisis yang melanda, muncul suara bijak seorang aktivis dan cendekiawan, Yudi Latif, Ph.D. melalui Instagramnya "yudilatif_official" menulis pemikiran  dalam menyoroti urgensi visi spiritualitas sebagai pilar penting dalam melewati masa sulit ini.

"Saudaraku, untuk bisa keluar dari kelamnya krisis menuju jalan cahaya, diperlukan penyingkapan kabut penghalang. Kita tak bisa menerobosnya hanya berbekal galib penglihatan dengan mengunduh kebiasaan pengalaman. Butuh mata spiritualitas yang dapat menembus tabir gelap," ungkap Yudi Latif dengan penuh makna.

Inti dari daya spiritualitas, menurutnya, terletak pada kemampuan mengenali diri dan menyatukannya dengan yang Ilahi, insani, dan alami. Ini menciptakan intensi untuk memenuhi panggilan moral purpose, menjadikan visi spiritualitas sebagai pemandu di tengah kekacauan.

"Mengenali jatidiri sangat esensial karena aspek paling mendalam dan diabaikan orang dalam melihat kebenaran dan kenyataan adalah kemampuan kita untuk mengakses 'titik tak terlihat' dalam diri sebagai sumber kesadaran, perhatian, dan kehendak," tegasnya.

Yudi Latif memberikan analogi menarik dengan melihat lukisan. Banyak orang dapat memperhatikan produk (objek) lukisan atau bahkan memperhatikan proses pembuatannya. Namun, sedikit yang dapat membayangkan saat seniman berdiri di depan kanvas putih sebagai sumber awal perhatian, kehendak, dan imajinasi penciptaan.

Menurutnya hal terpenting dalam perjalanan transformasi diri dan kehidupan kolektif, Yudi Latif menekankan pentingnya melihat kebenaran dan kenyataan dari sisi terdalam jiwa manusia. Hal ini melibatkan penguatan kapasitas intuitif yang terkait dengan kemampuan nurani untuk mengakses sumber kesadaran dan intensi di kedalaman batin (nous).

"Pada tahap ini, kita tak dapat mengekspresikan pengalaman kita dalam kata-kata. Kita menyatu dengan diri dan semesta raya. Segala sesuatu seakan bergerak lambat. Kita merasakan kesunyian seraya hadir dan mengalir dalam sejatinya kedirian. Kita terhubung dengan sesuatu yang lebih besar dari diri sendiri," paparnya.

Dengan membiarkan kedirian mengalir dalam kekinian, manusia dapat bergerak dari aliran masa lalu dan terhubung dengan arus kehadiran kebaruan. Hal ini memungkinkan aktivasi kemampuan generative listening, yang mampu mendengar dan belajar memahami masa depan.

Melalui pengalaman ini, manusia dapat mengatasi kecemasan dan ketakutan sambil bersedia mengucapkan "selamat tinggal" terhadap kebiasaan dan pengetahuan masa lalu, serta menyambut "selamat datang" bagi pengetahuan, kebenaran, dan kesadaran baru. Ini adalah momen keterbukaan kehendak.

Dengan mengolah kecerdasan spiritual ini, Yudi Latif yakin kita bisa mendengar dan melihat hal-hal yang tak tampak di permukaan, membawa kita pada kemampuan menggagas visi masa depan yang penuh harapan dan inspirasi. 

Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI
Komentar Anda