kip lhok
Beranda / Opini / Dampak Perang Rusia Ukraina Bagi Indonesia, Berikut Sisi Positif dan Negatifnya

Dampak Perang Rusia Ukraina Bagi Indonesia, Berikut Sisi Positif dan Negatifnya

Sabtu, 26 Februari 2022 10:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Sekretaris Umum DPD IKAL Aceh, Yusri Kasim, SE, M.Si. [Foto: For Dialeksis]


Dampak perang Rusia Ukraina tidak hanya terlihat secara fisik saja, namun juga berpengaruh ke perekonomian global termasuk bagi Indonesia. Hal ini terjadi lantaran ekonomi global antara satu dengan yang lainnya saling terhubung. Kemudian invasi Rusia terhadap Ukraina ini berpotensi menghambat pemulihan ekonomi di kawasan Eropa dan global.

Deretan Dampak Perang Rusia Ukraina Bagi Indonesia

Konflik yang terjadi antara negara Rusia vs Ukraina ini memberikan dampak positif dan negatif bagi Indonesia. Berikut ini beberapa dampak perang Rusia Ukraina bagi perekonomian di Indonesia.

Nilai Tukar Rupiah

Mata uang rupiah menguat 8 poin atau turun 0,06 persen apabila dibandingkan dengan perdagangan sebelumnya, yaitu Rp14.391 per dolar AS. Nilai rupiah berada di posisi Rp14.383 per dolar AS pada jumat pagi (25/2) di perdagangan market spot. 

Sementara itu, untuk mata uang di Asia yang lain pergerakannya bervariasi. Tercatat, dolar Hongkong stagnan, dolar baru Taiwan mengalami penurunan 0,11 persen, dan yuan China tumbuh hingga 0,12 persen. Kemudian untuk yen Jepang naik 0,05 persen, dolar Singapura naik 0,05 persen, dan peso Filipina turun 0,46 persen.

Akan tetapi disisi lain kebanyakan mata uang negara maju justru menguat. Terpantau poundsterling Inggris menguat 0,03 persen dan dolar Kanada naik 0,1 persen. 

Ariston Tjendra, analis Pasar Uang memproyeksikan jika nilai tukar rupiah terhadap dolar AS kemungkinan akan menguat hari ini, yakni berada di kisaran Rp 14.330 hingga Rp 14.350 per dolar AS. Dengan catatan resisten di kisaran Rp 14.400 per dolar AS. Penguatan rupiah ini dikarenakan terdapat sentimen positif pasar terkait aset berisiko. 

Harga Minyak

Harga minyak dunia telah dipengaruhi oleh dampak perang Rusia ke Ukraina. Diketahui, Rusia mampu memproduksi hingga 9,7 juta barel minyak setiap hari. Bahkan menjadi negara penghasil minyak terbesar kedua setelah AS. 

Apabila sampai terjadi gangguan aliran minyak Rusia, maka harga minyak dapat melonjak menjadi US$120 per barel. Kenaikan harga minyak internasional ini tentu saja akan berdampak pada harga BBM di Indonesia, karena mayoritas pasokan minyak di Tanah Air berasal dari impor. 

Pasar Saham Melemah

Sekarang ini banyak investor lebih fokus pada konflik yang terjadi antara Rusia dan Ukraina. Mereka menahan diri untuk bertransaksi di pasar saham, bahkan berpotensi untuk melakukan penjualan secara besar-besaran. Naiknya harga minyak dunia dan inflasi akibat militer Rusia cukup mengkhawatirkan investor. 

Pasar saham melemah, termasuk di Indonesia. Bursa saham RI atau IHSG terpantau menurun hingga 2,04 persen, Kamis kemarin (24/2).

Ekspor dan Impor

Arus perdagangan Indonesia ikut terkena dampak perang Rusia Ukraina. Ekspor Indonesia ke Rusia dan Ukraina menjadi terhambat akibat eskalasi yang kian memanas. 

Pasalnya, nilai ekspor Indonesia ke Rusia mencapai Rp 2,52 triliun per Januari 2022. Bahkan angka tersebut akan tumbuh mencapai 58,69 persen daripada nilai ekspor per Desember tahun lalu. 

Komoditas ekspor Indonesia ke Rusia diantaranya adalah lemak dan minyak hewan yang mencapai US$102,4 juta. Kemudian karet dan produksi olahan dari karet juga ikut berkontribusi sebesar US$11,1 juta. 

Di sisi lain ekspor yang dilakukan Indonesia ke Ukraina justru menurun signifikan pada Januari 2022. Bahkan hingga mencapai 83,78 persen daripada bulan Desember 2021. Untuk komoditas ekspor Indonesia ke Ukraina antara lain lemak, minyak hewan, alas kaki, kertas dan barang sejenisnya, kakao dan olahannya, serta barang lainnya. 

Dampak perang Rusia Ukraina membuat harga minyak dunia naik dan meningkatkan inflasi. Sehingga ikut memberikan dampak ekonomi bagi Indonesia yang membuat biaya pengiriman jadi semakin mahal. Efeknya berupa meningkatnya harga kebutuhan pokok, daya beli masyarakat menurun, dan kemungkinan akan terjadi subsidi energi yang membengkak cukup signifikan. []


Penulis: Sekretaris Umum DPD IKAL Aceh, Yusri Kasim, SE, M.Si.

Keyword:


Editor :
Alfatur

riset-JSI
Komentar Anda