kip lhok
Beranda / Opini / Memindai Cakrawala Kota Lhokseumawe menuju Smart Economy

Memindai Cakrawala Kota Lhokseumawe menuju Smart Economy

Senin, 13 Mei 2024 08:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Penulis :
Busra


Penulis: Dr. Busra, SE. M.Si. CPISC. Ka. Prodi S2 Keuangan Islam Terapan Politeknik Negeri Lhokseumawe 


DIALEKSIS.COM | Opini - Smart ekonomi atau ekonomi cerdas menjadi topik yang banyak diperbincangkan saat ini, setelah beberapa tokoh yang akan maju menjadi bacalon pemimpin daerah menjadikan smart economy bahkan smart city menjadi jargon yang akan diperjuangkan ketika terpilih. 

Smart ekonomi merupakan salah satu pilar dalam konsep yang lebih luas dari pembangunan perkotaan yaitu smart city. Konsep smart city berupaya memadukan sumber daya manusia dan teknologi informasi untuk menciptakan keselarasan dan kemudahan bagi penduduk kota, menyelesaikan persoalan dengan memadukan konsep inovasi, terintegrasi dan efisien. 

Smart city dibangun dalam enam pilar, yaitu: smart governance, smart people, smart economy, smart branding, smart society, terakhir smart environment, yaitu menciptakan lingkungan yang nyaman untuk dihuni, bebas dari limbah dan energi yang bersih.

Smart economy merupakan tata kelola ekonomi untuk menciptakan peluang bisnis baru, berkonsep kreatif dan digital untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dan mampu menjawab tantangan di-era digital. Smart economy di tandai dengan berkembangnya ekonomi berbasis teknologi informasi untuk menciptakan inovasi dan peluang agar dapat bersaing dimasa yang akan datang. 

Smart economy memerlukan beberapa kondisi yang dapat menciptakan ekosistem yang mendorong ekonomi convensional menuju smart economy.

1. Kondisi makro ekonomi Kota Lhokseumawe

Kondisi makro ekonomi Kota Lhokseumawe di lihat dari beberapa indikator seperti laju pertumbuhan ekonomi, kontribusi beberapa sektor unggulan terhadap perekonomian, pengangguran terbuka, kemiskinan dan inflasi. Kondisi capaian indikator makro ini dapat memberikan gambaran kesiapan Kota Lhokseumawe menuju smart economy.  

Sebagai gambaran dari laporan BPS, tingkat inflasi sebesar 5,7 persen pada tahun 2022, tingkat pengangguran terbuka 8,78 persen pada tahun 2023. Angka sebesar itu terbilang tinggi dan menjadi hambatan dalam mencapai pertumbuhan ekonomi. Sementara kontribusi sektor perdangangan dan sektor industri manufaktur dalam perekonomian Kota Lhokseumawe terbilang cukup baik berada pada angka masing-masing 22,93 dan 18,12 persen pada tahun 2023. 

Laju pertumbuhan sektor perdagangan juga cukup baik sebesar 9,44 persen. Hal ini, menandakan bahwa sektor perdagangan cukup berekembang dan memegang peranan dalam perekonomian. Smart economy perlu didukung oleh pertumbuhan kedua sektor tersebut. Dari sisi kebutuhan kapital, Kota Lhokseumawe membutuhkan investasi yang tinggi dari PMDN maupun PMA. Namun sayang jumlah investasi belum menggembirakan.  

2. Ekosistem transaksi keuangan. 

Smart economy ditandai dengan smart transaction yaitu kegiatan transaksi yang memanfaatkan teknologi informasi seperti less cash atau transaksi digital. Smart economy juga harus didukung oleh munculnya UMKM berbasis digital yang memanfaatkan IT dalam setiap kegiatan bisnisnya.  

Diperlukan kerja sama berbagai pihak, pemerintah, perbankan dan masayarakat untuk membangun literasi keuangan bagi masyarakat umum supaya terbiasa dengan transaksi less cash, penggunaan IT dalam transaksi dan lainnya. Selain literasi, l pemerintah juga erlu menyediakan fasilitas dasar perkotaan yang dapat meningkatkan sarana ekonomi berbasis IT. Sebagai contoh, internet gratis di tempat-tempat pelayanan umum untuk mendukung masyarakat yang smart transaction dan peremajaan pusat-pusat bisnis dan pasar.

3. Regulasi

Diperlukan regulasi yang cukup dan kuat untuk mendorong tumbuhnya perekonomian dan infrastruktur perkotaan. Ada dua jenis regulasi secara garis besar. Pertama regulasi yang mengatur Kota Lhokseumawe sebagai kota smart economy, kedua, regulasi yang dapat mendorong tumbuhnya ekosistem yang mendukung lhokseumawe menuju smart economy.

Penulis: Dr. Busra, SE. M.Si. CPISC. Ka. Prodi S2 Keuangan Islam Terapan Politeknik Negeri Lhokseumawe yang juga Tim Program Penguatan Ekosistem Kemitraan untuk Pengembangan Inovasi berbasis Potensi Daerah Aceh

Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI
Komentar Anda