kip lhok
Beranda / Opini / Milad GAM “Jaga Aceh"

Milad GAM “Jaga Aceh"

Minggu, 19 November 2023 21:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Penulis: Fauza Andriyadi (Dosen Sekolah Tinggi Agama Islam Al Wasliyah)


DIALEKSIS.COM | Opini - Dalam konteks peringatan milad Gerakan Aceh Merdeka (GAM) yang bertepatan dengan tahapan kampanye pemilu, masyarakat harus waspada terhadap segala upaya provokasi yang bertujuan memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa. Tokoh masyarakat, adat, dan agama memiliki peran penting dalam memandu dan melindungi masyarakat dari pengaruh negatif yang dapat mengganggu stabilitas dan keharmonisan yang telah lama dibangun di Aceh.

Masyarakat perlu diingatkan bahwa peringatan milad GAM seharusnya menjadi momen untuk merenungkan kemajuan yang telah dicapai sejak penandatanganan MoU Helsinki pada tahun 2005. Peristiwa ini harus dijadikan sebagai simbol dari transisi Aceh dari konflik ke perdamaian, bukan sebagai alat untuk menghidupkan kembali sentimen separatisme atau ketidakharmonisan.

Tokoh masyarakat, adat, dan agama harus aktif dalam menyebarkan pesan-pesan yang mengedukasi masyarakat tentang pentingnya menjaga keutuhan NKRI. Mereka harus menggarisbawahi bahwa perbedaan pendapat dan keberagaman politik adalah hal yang alami dalam demokrasi, tetapi ini tidak boleh dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu untuk menciptakan perpecahan.

Pendidikan politik yang diselenggarakan oleh tokoh-tokoh ini harus mencakup informasi tentang bagaimana masyarakat dapat mengidentifikasi dan menghindari propaganda yang menyesatkan atau berita palsu. Mereka harus memotivasi masyarakat untuk mencari informasi yang akurat dan terpercaya sebelum membuat keputusan atau menarik kesimpulan.

Selama tahapan kampanye pemilu, penting untuk menggarisbawahi bahwa memperingati milad GAM tidak boleh dijadikan ajang untuk kampanye politik yang memanfaatkan emosi atau memicu ketegangan. Kampanye harus dijalankan dengan mengutamakan prinsip-prinsip demokrasi, seperti transparansi, keadilan, dan menghormati hak setiap orang untuk memilih.

Tokoh masyarakat, adat, dan agama juga harus menekankan pada pentingnya partisipasi masyarakat dalam pemilu yang damai dan demokratis. Mereka harus menjadi contoh dalam mengutamakan dialog dan konsensus daripada konfrontasi dan perpecahan. Ini termasuk menolak politik identitas yang sempit dan menghindari retorika yang dapat memicu perpecahan antarkelompok atau antarkomunitas.

Mereka juga perlu mengingatkan masyarakat bahwa kebebasan berekspresi dan berkumpul adalah hak yang dijamin oleh konstitusi, tetapi harus dilaksanakan dengan cara yang tidak mengganggu keamanan dan ketertiban umum. Penggunaan simbol atau tindakan yang mengarah pada separatisme harus ditangani dengan sensitivitas tinggi, dan tokoh-tokoh ini harus menjelaskan bahwa simbol-simbol tersebut harus dipandang dalam konteks baru yang reflektif terhadap komitmen Aceh terhadap perdamaian dan kemajuan bersama dalam kerangka NKRI.

Di era digital saat ini, penting juga bagi tokoh-tokoh masyarakat, adat, dan agama untuk memanfaatkan platform media sosial dan digital untuk menyebarkan pesan-pesan positif dan konstruktif. Mereka harus aktif dalam memerangi penyebaran berita palsu dan informasi menyesatkan yang dapat mempengaruhi opini publik.

Kesadaran akan potensi provokasi ini harus terus ditanamkan tidak hanya selama kampanye pemilu, tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari. Melalui pendidikan, dialog, dan tindakan yang konstruktif, masyarakat Aceh dapat terlindungi dari upaya-upaya yang ingin memecah belah keutuhan dan kesatuan bangsa.

Akhirnya, peran tokoh masyarakat, adat, dan agama dalam membangun dan menjaga ketahanan masyarakat terhadap provokasi adalah kunci untuk memastikan bahwa Aceh dan Indonesia tetap kuat sebagai satu bangsa. Mereka harus berkomitmen untuk terus bekerja sama dalam membangun Aceh, dengan menggunakan setiap kesempatan untuk memperkuat nilai-nilai demokrasi, persatuan, dan keharmonisan sosial. Ini meliputi mengadvokasi keterbukaan dalam berkomunikasi, menghormati perbedaan, dan mencari kesepahaman yang bisa memajukan kepentingan bersama.

Keterlibatan aktif masyarakat dalam pemilu dan proses politik merupakan aspek penting dari demokrasi yang sehat. Oleh karena itu, tokoh masyarakat, adat, dan agama harus mendorong partisipasi yang tinggi dengan memastikan bahwa proses pemilu dijelaskan dengan jelas dan transparan. Mereka harus memastikan bahwa masyarakat memiliki pemahaman yang baik tentang cara kerja pemilu dan pentingnya memberikan suara mereka.

Dalam upaya melawan provokasi yang memecah belah, penting bagi tokoh-tokoh ini untuk bekerja sama dengan pemerintah lokal dan nasional serta lembaga pengawas pemilu. Kerjasama ini akan memastikan bahwa setiap bentuk provokasi atau pelanggaran dapat ditangani dengan cepat dan efektif, meminimalkan dampaknya terhadap masyarakat.

Selain itu, para tokoh ini juga harus memperkuat kerjasama dengan media massa untuk memastikan bahwa narasi yang disampaikan kepada masyarakat adalah narasi yang mendukung persatuan dan kesatuan. Media massa memiliki peran penting dalam membentuk persepsi publik, dan kerjasama ini dapat memastikan bahwa informasi yang disampaikan adalah informasi yang benar dan membangun.

Peringatan milad GAM dan tahapan kampanye pemilu adalah kesempatan untuk menunjukkan kepada dunia bahwa Aceh, meskipun memiliki sejarah konflik, kini telah berkembang menjadi masyarakat yang matang secara politik dan berkomitmen terhadap perdamaian. Ini adalah peluang untuk menggarisbawahi bahwa masyarakat Aceh telah memilih jalur demokrasi dan pembangunan yang inklusif untuk menyelesaikan perbedaan dan memajukan daerah mereka.

Pendidikan tentang pentingnya menjaga persatuan dan kesatuan harus menjadi prioritas, terutama untuk generasi muda Aceh. Mereka adalah generasi yang akan membawa Aceh ke masa depan, dan penting bagi mereka untuk memahami nilai-nilai seperti toleransi, kerjasama, dan pentingnya menjadi bagian dari bangsa Indonesia yang lebih besar.

Di akhir, tokoh masyarakat, adat, dan agama harus terus menekankan bahwa Aceh adalah bagian integral dari Indonesia, dan masa depan Aceh akan lebih cerah jika bergerak bersama sebagai bagian dari bangsa Indonesia yang bersatu. Mereka harus menjadi pelopor dalam menyebarkan pesan ini dan menjadi contoh dalam mengamalkan prinsip-prinsip persatuan dan kesatuan.

Menghadapi setiap tantangan dengan kebijaksanaan dan keteguhan hati, tokoh-tokoh ini dapat memastikan bahwa Aceh terus bergerak maju dengan semangat yang kuat dan terjaga dari upaya apa pun yang ingin merusak persatuan dan kesatuan bangsa. Dengan demikian, peringatan milad GAM dan kampanye pemilu dapat dijadikan sebagai momentum untuk memperkuat ikatan Aceh dengan Indonesia, membangun masa depan yang damai, sejahtera, dan demokratis. 

Penulis: Fauza Andriyadi (Dosen Sekolah Tinggi Agama Islam Al Wasliyah)

Keyword:


Editor :
redaksi

riset-JSI
Komentar Anda