Beranda / Opini / Ramai Berobat ke Seberang, Quo Vadis Kesehatan Aceh

Ramai Berobat ke Seberang, Quo Vadis Kesehatan Aceh

Kamis, 02 Januari 2025 13:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Penulis :
Masry

dr. Masry, SpAn-TI, Praktisi Kesehatan Aceh. [Foto: dokumen untuk dialeksis.com]


DIALEKSIS.COM | Opini - Judul ini merupakan sebuah artikel yang sempat ditulis oleh Almarhum Prof. Andalas, Sp.OG di sekitar tahun 2008. Dan kembali tergelitik untuk ditulis kembali hari ini.

Kita mulai dengan sebuah Hadih maja:

Meurajah di Aceh

Meuubat di Malaya

Mita peng bak APBA

Meuseunoh belanja di Singapura

Beberapa hari belakangan ini sedang tren beberapa opini tentang ramainya orang berobat ke seberang. Sebenarnya perkara ini bukan hal yang baru. Dari sejak lama sudah lazim dilakukan. Akan tetapi seiring berjalannya waktu dan semakin mudahnya konektivitas, maka hal ini semakin meningkat trennya sekarang ini.

Berobat ke luar negeri saat ini lebih kepada mencari second opinion dari keluhan penyakit yang diderita. Selain itu juga rata-rata masyarakat Aceh yang berobat ke Malaysia juga sekalian berwisata sebagai paket medical tourism yang ditawarkan oleh negeri seberang.

Pertanyaannya apakah fasilitas kesehatan kita buruk? Tentu tidak. Malah kalau kita lihat dari segi fasilitas, kita tidak kalah dari mereka, kalau kita tidak mau mengatakan lebih baik. Akan tetapi, kualitas pelayanan yang memang masih tertinggal dari luar negeri. 

Peningkatan fasilitas modern dan canggih yang dilakukan bukan solusi yang efektif. Namun, bagaimana melayani sepenuh hati, bagaimana membuat sistem rujukan yang efektif, efisien, dan cepat itu merupakan hal esensial yang harus dilakukan saat ini.

Sebagai sebuah pengalaman yang baru minggu lalu kami kerjakan,  dimana ada 1 pasien kritis yang kita transfer dari salah satu ICU di Banda Aceh ke Penang dengan menggunakan ambulance udara hanya dalam waktu kurang dari 8 jam sejak sudah selesai dilakukan tindakan medis. Dengan koordinasi yang baik dilakukan semua yang selama ini dianggap sebagai “mission impossible” ternyata bisa dilakukan dengan hasil yang sangat baik.

Transfer pasien dari ICU di RS Banda Aceh ke Penang dengan menggunakan Ambulance udara. [Foto: for dialeksis.com]

Hal ini merupakan iklan yang sangat menarik bagi warga Aceh melalui testimoni pasien dan keluarga yang dimanfaatkan oleh negeri tetangga untuk mencetak devisa dari sektor kesehatan mereka.

Jaminan Kesehatan Aceh dan Jaminan Kesehatan Nasional, Akreditasi Rumah sakit yang hampir semuanya Paripurna belum mampu mendongkrak image kesehatan Aceh yang masih terpuruk di papan bawah indikator kesehatan Indonesia. 

Ada yang salah, tapi apa? Mari kita bertanya dan evaluasi. Mungkin jawabannya akan ada di masa kepemimpinan Gubernur ke depan. [**]

Penulis: dr. Masry, SpAn-TI [Praktisi Kesehatan Aceh]

Keyword:


Editor :
Indri

riset-JSI