Minggu, 15 Juni 2025
Beranda / Parlemen Kita / Bunda Salma Tinjau Bank Aceh Takengon dan Bener Meriah, Soroti Pelayanan dan Akses Kredit

Bunda Salma Tinjau Bank Aceh Takengon dan Bener Meriah, Soroti Pelayanan dan Akses Kredit

Sabtu, 14 Juni 2025 17:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Naufal Habibi

Anggota Komisi III Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA), Hj. Salmawati, S.E., M.M., yang akrab disapa Bunda Salma, melakukan kunjungan kerja ke Bank Aceh Syariah Cabang Bener Meriah dan Cabang Takengon, Jumat 913/6/2025). [Foto: Dokumen untuk dialeksis.com]


DIALEKSIS.COM | Aceh - Dalam rangka pengawasan dan penguatan peran sektor perbankan daerah, anggota Komisi III Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA), Hj. Salmawati, S.E., M.M., yang akrab disapa Bunda Salma, melakukan kunjungan kerja ke Bank Aceh Syariah Cabang Bener Meriah dan Cabang Takengon, Jumat (13/6/2025).

Kunjungan ini menjadi bagian dari agenda strategis DPRA dalam memantau langsung kinerja lembaga keuangan daerah dan dampaknya terhadap ekonomi masyarakat, khususnya di wilayah dataran tinggi Gayo.

Dalam pertemuan dengan pimpinan dan jajaran Bank Aceh di kedua kabupaten tersebut, Bunda Salma menyoroti pentingnya penguatan fungsi intermediasi Bank Aceh terhadap pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM), serta peningkatan kualitas layanan perbankan yang ramah, profesional, dan inklusif.

“Bank Aceh tidak hanya menjadi tulang punggung fiskal daerah, tetapi juga harus menjadi penggerak ekonomi rakyat. Apalagi di wilayah seperti Gayo, potensi UMKM sangat besar, mulai dari pertanian, kopi, hingga pariwisata. Ini harus dijemput dengan strategi yang berpihak dan terukur,” ujar Bunda Salma di hadapan pimpinan cabang dan manajemen Bank Aceh.

Bunda Salma juga menyampaikan apresiasinya terhadap langkah-langkah Bank Aceh Syariah dalam menjaga kinerja di tengah tantangan ekonomi global.

Namun, ia menegaskan bahwa kehadiran Bank Aceh di daerah harus benar-benar dirasakan manfaatnya oleh masyarakat kecil, bukan hanya oleh pelaku usaha besar atau birokrasi.

Menurutnya, transformasi Bank Aceh dari sistem konvensional ke sistem syariah beberapa tahun lalu harus terus dikawal agar sesuai dengan nilai-nilai keadilan, transparansi, dan keberpihakan kepada sektor produktif rakyat.

“Kita berharap Bank Aceh di Takengon dan Bener Meriah dapat menjadi mitra utama bagi petani kopi Gayo, pelaku industri kreatif, serta usaha keluarga. Jangan sampai masyarakat kecil kesulitan mengakses pembiayaan hanya karena prosedur yang rumit dan tidak ramah,” tegasnya.

Selain mendesak perbaikan akses dan dukungan terhadap UMKM, Bunda Salma juga menekankan pentingnya percepatan digitalisasi layanan Bank Aceh untuk menjangkau masyarakat luas, terutama generasi muda dan pelaku usaha milenial di dataran tinggi.

Ia menilai, kecepatan transformasi digital Bank Aceh masih tertinggal dibandingkan bank nasional maupun startup keuangan.

Oleh karena itu, ia meminta pihak manajemen agar inovatif dalam menciptakan produk dan layanan digital, seperti aplikasi perbankan yang user-friendly, layanan QRIS untuk pasar tradisional, serta program literasi keuangan digital bagi pelaku UMKM dan petani.

“Anak-anak muda Gayo banyak yang bergerak di sektor ekonomi kreatif. Mereka perlu dukungan finansial yang adaptif dan teknologi yang memudahkan. Bank Aceh harus hadir dalam kehidupan mereka,” ujar Bunda Salma.

Dalam dialog hangat bersama para pimpinan cabang dan staf, Bunda Salma juga berpesan agar seluruh jajaran Bank Aceh tetap mengedepankan integritas dan pelayanan prima kepada masyarakat.

Ia berharap Bank Aceh tidak terjebak dalam zona nyaman sebagai bank daerah yang hanya mengandalkan dana dari pemerintah, melainkan benar-benar tumbuh sebagai lembaga keuangan yang mandiri, inovatif, dan profesional.

“Kepercayaan publik terhadap Bank Aceh adalah aset yang sangat mahal. Jangan nodai itu dengan pelayanan buruk atau birokrasi yang menyulitkan. Jadilah bank yang membanggakan rakyat Aceh,” pesan Bunda Salma. [nh]

Keyword:


Editor :
Indri

riset-JSI