Sabtu, 25 Oktober 2025
Beranda / Parlemen Kita / Komisi VII DPR Minta PT SBA Benahi Distribusi dan Harga Semen di Pasaran

Komisi VII DPR Minta PT SBA Benahi Distribusi dan Harga Semen di Pasaran

Sabtu, 25 Oktober 2025 14:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Ketua Komisi VII DPR RI Dr Saleh Partaonan Daulay MAg MHum MA, menyampaikan sambutannya saat kunjungan kerja (reses) Komisi VII DPR RI, ke PT Solusi Bangun Andalas (SBA) di Kecamatan Lhoknga, Kabupaten Aceh Besar, Jumat (24/10/2025). [Foto: Prokopim AB]


DIALEKSIS.COM | Jantho - Komisi VII DPR RI menyoroti kejanggalan distribusi dan harga semen Andalas yang dinilai tidak wajar di pasaran. Dalam kunjungan reses ke PT Solusi Bangun Andalas (SBA) di Kecamatan Lhoknga, Aceh Besar, Jumat (24/10/2025).

Ketua Komisi VII DPR RI, Dr. Saleh Partaonan Daulay MAg MHum MA, mempertanyakan fenomena harga semen Andalas yang justru lebih murah di Medan, Sumatera Utara, dibandingkan di Aceh sebagai daerah produksi.

“Semen yang dikirim ke Medan dan kembali lagi ke Aceh justru lebih murah harganya. Ini sangat tidak masuk akal. Kenapa bisa lebih murah di luar daerah?” tegas Saleh Daulay dalam pertemuan tersebut.

Komisi VII meminta pihak manajemen PT SBA dan induk perusahaan untuk segera menertibkan tata distribusi semen yang dinilai tidak berpihak pada masyarakat Aceh.

Selain itu, PT SBA juga diminta meningkatkan kontrol pasar agar tidak terjadi permainan harga oleh distributor atau pihak tertentu.

Komisi VII DPR RI turut menyoroti persoalan CSR ini dan meminta PT SBA lebih transparan serta memprioritaskan penyerapan tenaga kerja lokal.

Dari hasil kunjungan tersebut, Komisi VII menyimpulkan beberapa poin penting, antara lain PT SBA dinilai belum maksimal mengontrol pasar.Induk perusahaan diminta menertibkan distribusi dan tata niaga semen. mendesak transparansi dan penegasan alokasi CSR bagi masyarakat harus diperbaiki.

Kedua, Memprioritaskan rekrutmen tenaga kerja lokal di Aceh. serta memaksimalkan mesin produksi yang belum beroperasi dan menertibkan aktivitas penggerukan klinker di pelabuhan agar produksi lebih efisien.

Komisi VII juga mendesak Kementerian Perindustrian menindaklanjuti temuan lapangan ini. “Kami minta ini ditindaklanjuti secara serius. Persoalan harga hingga produksi harus diperbaiki,” ujar Saleh Daulay.

Dalam kesempatan yang sama, Bupati Aceh Besar, H. Muharram Idris atau Syech Muharram, menegaskan Aceh Besar memiliki sumber daya alam (SDA) yang sangat kaya untuk menopang industri semen nasional.

“Aceh Besar ini sangat kaya. Kita punya batu kapur, kita punya pozzolan, semuanya bahan baku utama semen. Bahkan kita juga memiliki biji besi atau pasir besi,” ujarnya.

Namun ia menyayangkan kapasitas pabrik semen di Aceh yang masih relatif kecil dibandingkan daerah lain. “Pabrik semen seperti di Padang itu besar dan produksinya juga tinggi, sementara di Aceh semua bahan bakunya ada, tapi pabriknya kecil. Kami juga ingin maju seperti provinsi dan kabupaten lain,” tegasnya.

Bupati berharap PT SBA memperluas kapasitas produksi agar kontribusi ekonomi terhadap daerah meningkat. Ia juga menegaskan pentingnya komitmen perusahaan terhadap perjanjian awal dengan masyarakat sejak berdirinya pabrik semen di Lhoknga pada 1980-an.

Bupati juga meminta program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) PT SBA dibagikan secara merata kepada masyarakat di Kecamatan Lhoknga dan Leupung.

“Jika menunggu proposal, ada desa yang aktif dan ada yang tidak. Akibatnya pembagiannya tidak merata. CSR itu harus dirasakan adil oleh seluruh masyarakat,” ujarnya. [*]

Keyword:


Editor :
Indri

riset-JSI