Senin, 01 September 2025
Beranda / Pemerintahan / KLB Campak Kembali Terjadi, Kemenkes: Ini Alarm Bahaya!

KLB Campak Kembali Terjadi, Kemenkes: Ini Alarm Bahaya!

Senin, 01 September 2025 09:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Redaksi

Direktur Imunisasi Kemenkes, dr. Prima Yosephine, menyebutkan bahwa tren peningkatan kasus campak ini berkaitan langsung dengan turunnya cakupan imunisasi rutin lengkap dalam beberapa tahun terakhir. [Foto: dok. Kemenkes]


DIALEKSIS.COM | Jakarta - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) kembali menyoroti peningkatan kasus campak di sejumlah daerah di Indonesia. Salah satu daerah yang saat ini mengalami Kejadian Luar Biasa (KLB) yaitu Kabupaten Sumenep, Jawa Timur, dengan lebih dari 2.100 kasus suspek campak tercatat hingga Agustus 2025.

Direktur Imunisasi Kemenkes, dr. Prima Yosephine, menyebutkan bahwa tren peningkatan kasus campak ini berkaitan langsung dengan turunnya cakupan imunisasi rutin lengkap dalam beberapa tahun terakhir.

“Cakupan imunisasi kita sempat mencapai 92 persen pada tahun 2018, tapi menurun menjadi 87,8 persen pada 2023. Ini berdampak langsung terhadap peningkatan kasus campak,” kata dr Prima, Senin (1/9/2025).

Berdasarkan data Kemenkes, pada tahun 2022 terdapat lebih dari 4.800 kasus campak terkonfirmasi. Angka ini melonjak lebih dari dua kali lipat pada 2023 menjadi 10.600 kasus. Sempat menurun di 2024, namun pada 2025, hingga Agustus, lebih dari 3.400 kasus campak kembali dilaporkan.

Tak hanya itu, jumlah KLB campak juga mengalami fluktuasi. Tahun 2022 tercatat 64 KLB, lalu meningkat menjadi 95 KLB pada 2023. Di 2024 sempat menurun menjadi 53 KLB, tetapi sampai Agustus 2025, sudah tercatat 46 KLB.

Imunisasi Masih di Bawah Target

Menurut dr. Prima, cakupan imunisasi campak-rubella (MR) di Indonesia saat ini masih belum ideal untuk membentuk kekebalan kelompok (herd immunity).

“Target kita 95 persen, tapi pada 2024 cakupan MR1 baru 92 persen dan MR2 hanya 82,3 persen. Ini belum cukup untuk menghentikan penularan,” jelasnya.

Ia menegaskan bahwa pencegahan hanya bisa dilakukan melalui imunisasi yang merata dan tepat waktu.

“Kalau cakupan imunisasi bisa dijaga di atas 95 persen, rantai penularan bisa kita putus. Ini butuh komitmen semua pihak,” tegasnya.

Masyarakat Diminta Tidak Takut Imunisasi

Untuk mencegah penularan lebih luas, dr. Prima meminta masyarakat tidak menunda imunisasi, terlebih dalam situasi KLB.

“Vaksin campak aman, bermutu, dan diberikan gratis oleh pemerintah. Jangan takut imunisasi. Ini langkah perlindungan terbaik bagi anak,” katanya.

Ia juga mengingatkan, jika ada anak yang mengalami demam, bercak merah, batuk, pilek, dan mata merah, agar segera dibawa ke fasilitas kesehatan.

“Campak sangat menular, jadi pasien sebaiknya diisolasi sementara dan diberikan gizi yang cukup untuk mendukung pemulihan.”

Selain itu, masyarakat diimbau menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) serta menggunakan masker bila berinteraksi dengan penderita.

“Campak menular lewat droplet. Jadi sangat penting menjaga kebersihan dan memakai masker jika ada kasus di rumah,” pungkas dr. Prima.

Sebagai informasi, campak bukan penyakit ringan. Campak bisa menyebabkan pneumonia, diare berat, radang otak (ensefalitis), bahkan SSPE -- penyakit saraf fatal yang muncul bertahun-tahun setelah infeksi masa kecil, dan belum ada obatnya. [red]

Keyword:


Editor :
Indri

perkim, bpka, Sekwan
riset-JSI
pelantikan padam
17 Augustus - depot
sekwan - polda
damai -esdm
bpka