DIALEKSIS.COM | Jakarta - Ketua Umum Partai Golkar Bahlil Lahadalia kembali menjadi sasaran kritik pedas dari kalangan netizen setelah mengaku belum memperoleh kabar mengenai penangkapan Bupati Lampung Tengah Ardito Wijaya oleh Komisi Pemberantasan Korupsi.
Kasus ini menambah daftar kontroversi Bahlil, terutama setelah insiden pelaporan palsu terkait pemulihan kelistrikan di Aceh yang sempat mengecoh Presiden Prabowo Subianto dan masyarakat setempat.
Dalam rekaman wawancara yang diunggah akun Instagram RMOL pada Kamis, 11 Desember 2025, Bahlil menyatakan bahwa partainya menghormati proses hukum dengan prinsip praduga tak bersalah terhadap Ardito Wijaya.
"Saya belum dapat info sampai sekarang. Kita hormati semua proses hukum dengan mengedepankan asas praduga tak bersalah," ucapnya.
Ucapannya tersebut langsung memicu gelombang reaksi sinis dari para pengguna internet yang merasa Bahlil sengaja menghindari tanggung jawab atas kadernya sendiri.
Sak karepmu, tulis akun @masnafa_new dalam komentarnya yang menunjukkan rasa frustrasi mendalam terhadap ketidaktahuan Bahlil.
Ngemeng aja loh, timpal akun @hazqiilhazqiil, menyiratkan bahwa Bahlil hanya berpura-pura tidak tahu untuk menjaga citra pribadi.
Klo urusan ini dia gak tau, tandas akun @dodimareza yang disertai emoticon menangis, menyoroti inkonsistensi Bahlil yang sering kali tampak cuek terhadap isu krusial di partainya.
Sejumlah netizen bahkan tak segan menyerukan pemecatan Bahlil dari posisi menterinya di tengah-tengah sorotan publik yang semakin memanas.
Pecat Bahlil ini dari menteri. Mudah sekali Cangkeme Bahlil ngeprank pak Prabowo dan warga Aceh, tulis akun @ghoz_ak72, merujuk pada kebohongan sebelumnya soal listrik Aceh.
Ngawur lagi kau bahlil,presiden saja di bohongi apalagi media, timpal akun @fanditakezi, menekankan bahwa kepercayaan terhadap Bahlil sudah hilang total di mata masyarakat.
Hingga kini, unggahan video wawancara tersebut telah mengumpulkan 82 suka dan 14 komentar yang sebagian besar bernada kritis terhadap sikap Bahlil yang dinilai tidak profesional.(Repelita Jakarta)