kip lhok
Beranda / Politik dan Hukum / Dinamika Pilpres 2024 dari Perspektif Sosiologis

Dinamika Pilpres 2024 dari Perspektif Sosiologis

Kamis, 08 Februari 2024 15:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Nora

Sosiolog dari Universitas Syiah Kuala (USK), Otto Syamsuddin Ishak. [Foto: for Dialeksis]


DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Sosiolog dari Universitas Syiah Kuala (USK), Otto Syamsuddin Ishak, memberikan pandangan dalam memahami dinamika Pilpres 2024 dari perspektif sosiologis. 

"Yang penting dalam secara sosiologis itu anatomi, karena anatomi sosial masyarakat Indonesia ini bisa berbeda antara elit yang berada di atas dengan masyarakat yang berada di akar rumput," kata Otto Syamsuddin kepada Dialeksis.com, Kamis (8/2/2024). 

Otto menggarisbawahi perbedaan signifikan dalam anatomi sosial antara lapisan elit dan masyarakat akar rumput di Indonesia, bahwa ada pemahaman akan perbedaan ini merupakan kunci dalam menganalisis dinamika Pilpres.

Dalam konteks sistem demokrasi, Ishak mengungkapkan bahwa perubahan dinamika politik selama 5-10 tahun terakhir tidak selalu sesuai dengan harapan, memberikan potensi munculnya perbedaan yang dapat memicu konflik berbahaya. 

Saat ditanya terkait fenomena arus deras dari universitas yang mengambil sikap merespons satu keadaan dalam mewarnai dinamika Pilpres ini.

Otto mencermati fenomena arus deras dari universitas yang merespons situasi politik, menggambarkan bagaimana kebijakan kampus dapat membentuk warna baru dalam dinamika Pilpres. 

"Sikap kampus ini akademisi ini kan dilihat di mata publik sebagai barometer yang normatif. Artinya publik melihat Jokowi dengan kacamata sikap politik akademisi. Jokowi sendiri juga melihat bagaimana perilaku politiknya dari apa yang dikatakan atau disikapi elemen akademisi. Namun Jokowi tidak reaktif merespons dinamika tersebut," ungkapnya.

Di sisi lain, Otto membuat prediksi menarik mengenai kemungkinan kekacauan berdasarkan hasil Pilpres, dengan mencoba merumuskan reaksi masyarakat terhadap kemenangan setiap kandidat.

"Jadi artinya apakah kalau nomor 1 menang misalnya maka kekacauan akan terjadi. Atau kalau paslon 2 dan 3 menang apakah kekacauan itu semakin terpantik atau tersebar luas," tuturnya.

Keyword:


Editor :
Alfi Nora

riset-JSI
Komentar Anda