Hamdanil: Mualem Sosok Peduli Disabilitas dan Kearifan Lokal, Harapan Besar untuk Aceh
Font: Ukuran: - +
Reporter : Naufal Habibi
Ketua Persatuan Penyandang Disabilitas Indonesia (PPDI) Provinsi Aceh, Hamdanil. Foto: Zulkarnaini/ dialeksis.com.
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Ketua Persatuan Penyandang Disabilitas Indonesia (PPDI) Provinsi Aceh, Hamdanil, menyampaikan pandangannya mengenai sosok Mualem (Muzakir Manaf) di tengah masyarakat Aceh.
Hamdanil menyoroti bahwa Mualem, sebagai mantan Panglima Gerakan Aceh Merdeka (GAM), memiliki perhatian besar terhadap masyarakat dan nilai-nilai kearifan lokal yang kian memudar.
Baginya, Mualem adalah figur yang pantas didukung dalam upayanya membangun Aceh yang lebih baik, terutama dalam hal memperjuangkan hak-hak masyarakat, termasuk kelompok disabilitas.
"Saya melihat Mualem sebagai seseorang yang masih peduli terhadap kearifan lokal. Ia mudah dijumpai, tidak terlalu protokoler, dan selalu terbuka untuk bersilaturahmi. Itu yang membuatnya dekat dengan masyarakat, termasuk dengan kami, para penyandang disabilitas," ujar Hamdanil kepada Dialeksis.com, Minggu, 20 Oktober 2024.
Menurut Hamdanil, perhatian Mualem terhadap berbagai kelompok masyarakat termasuk anak yatim, fakir miskin, dan penyandang disabilitas membuatnya layak mendapatkan kesempatan untuk membuktikan kemampuannya dalam memimpin Aceh ke depan.
"Mualem selalu menunjukkan kepedulian kepada kami. Dia tidak pernah membeda-bedakan. Bagi kami, ini lebih penting daripada melihat kekurangannya," lanjutnya.
Sebagai pemimpin organisasi yang mewakili penyandang disabilitas di Aceh, Hamdanil menekankan bahwa Mualem telah menunjukkan komitmen nyata dalam mendukung kelompok rentan seperti disabilitas.
"Kami tidak hanya berharap pemimpin yang cerdas, tetapi juga pemimpin yang peduli dan dekat dengan masyarakat. Mualem adalah sosok yang memperhatikan kebutuhan kami dan tidak pernah menjadikan kami sekadar alat politik. Ini adalah bukti nyata dari kepemimpinannya yang inklusif," jelasnya.
Hamdanil menambahkan bahwa keberpihakan Mualem kepada kelompok disabilitas bukan hanya retorika semata.
Ia mengingatkan bahwa Mualem pernah terlibat dalam berbagai program yang mendukung kesejahteraan penyandang disabilitas di Aceh.
"Dia memperjuangkan hak-hak kami agar diakui dan mendapatkan perlakuan yang adil. Di masa lalu, kami tidak selalu merasakan perhatian dari pemimpin, tapi Mualem berbeda. Ia memahami kebutuhan kami dan berkomitmen untuk memperjuangkan hak-hak yang sering terabaikan," tutur Hamdanil.
Mualem, yang juga pernah menjabat sebagai Wakil Gubernur Aceh, menurut Hamdanil, belum sepenuhnya mendapatkan kesempatan untuk menunjukkan kebijakannya.
“Selama menjadi Wakil Gubernur bersama Pak Zaini, beliau tidak memegang kendali penuh atas keputusan dan kebijakan. Hari ini, kita ingin melihat apakah Mualem bisa menjalankan poin-poin penting dalam Nota Kesepahaman (MoU) Helsinki yang belum terealisasi, terutama dalam hal hak-hak masyarakat Aceh,” katanya.
MoU Helsinki merupakan kesepakatan damai antara pemerintah Indonesia dan Gerakan Aceh Merdeka pada tahun 2005, yang menjadi tonggak penting bagi perdamaian di Aceh.
Namun, Hamdanil menilai masih ada hal-hal dalam kesepakatan tersebut yang belum sepenuhnya terwujud.
Ia berharap Mualem dapat memperjuangkan hak-hak yang sudah disepakati, termasuk memberikan kebebasan berpendapat dan kebebasan usaha bagi seluruh masyarakat Aceh, tanpa terkecuali.
"Bukan berarti kita menginginkan kemerdekaan secara politik, tapi lebih kepada kemerdekaan rakyat untuk mendapatkan hak yang sama di daerahnya sendiri, tanpa diskriminasi. Kemerdekaan yang kami inginkan adalah kemerdekaan untuk hidup lebih baik, untuk berusaha, dan menyuarakan pendapat," ujarnya dengan penuh harap.
Selain itu, Hamdanil melihat Mualem sebagai sosok yang mampu merangkul dan mempersatukan berbagai kelompok masyarakat di Aceh.
Dalam situasi politik yang seringkali terpecah, Hamdanil yakin Mualem bisa menjadi figur yang mempersatukan dan menjaga stabilitas di Aceh.
"Dia sudah pernah berjuang, dan saat ini kita harus memberinya kesempatan untuk memimpin Aceh kembali. Kita lihat saja nanti, apakah dia mampu mewujudkan mimpi kita semua," tegasnya.
Dalam pandangan Hamdanil, Mualem adalah pemimpin yang dekat dengan masyarakat dan memiliki kemampuan untuk menggerakkan perubahan di Aceh.
Sosoknya yang mudah ditemui dan sikapnya yang tidak protokoler dianggap menjadi nilai tambah yang membuat masyarakat, terutama kelompok disabilitas, merasa didengarkan dan diperhatikan.
"Saya yakin jika Mualem diberi kesempatan, ia akan memperjuangkan hak-hak kami yang selama ini mungkin terabaikan. Dia memahami Aceh, memahami rakyatnya, dan peduli dengan keberlangsungan kearifan lokal yang semakin tergerus zaman," tutup Hamdanil