DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Kepemimpinan baru Ketua Badan Reintegrasi Aceh (BRA) Periode 2025-2030, Jamaluddin, SH, M.Kn, mulai mendapat respons positif dari berbagai elemen eks kombatan dan mantan tahanan politik.
Salah satu dukungan datang dari Nasruddin, yang dikenal luas dengan sebutan Nyak Dhien Gajah, mantan kombatan dan tapol yang selama ini aktif dalam isu-isu reintegrasi dan pemberdayaan korban konflik.
Nasruddin menilai sosok Jamaluddin memiliki modal sosial dan kapasitas birokratik yang kuat untuk membenahi BRA sebagai lembaga yang selama ini dinilai belum bekerja optimal dalam mengonsolidasikan agenda reintegrasi dan pemulihan sosial pascakonflik.
“Kita berharap kepemimpinan Bang Jamal membawa arah baru bagi BRA. Ini momentum untuk mengembalikan marwah lembaga yang menjadi amanat perdamaian Aceh. Saya melihat beliau punya pendekatan yang tenang, rasional, dan terbuka terhadap kritik. Itu modal penting untuk memimpin lembaga yang menangani isu sensitif seperti reintegrasi, korban konflik, hingga pemberdayaan mantan kombatan,” ujar Nasruddin kepada Dialeksis 25 November 2025.
Menurutnya, BRA di tangan Jamaluddin harus menjadi “rumah besar rekonsiliasi” yang mampu merangkul seluruh eks kombatan, tapol-napol, janda korban konflik, hingga masyarakat terdampak konflik lainnya tanpa sekat kelompok atau kepentingan.
“Reintegrasi bukan hanya soal bantuan. Ini tentang membangun keadilan sosial, ruang penyembuhan, dan memastikan tidak ada pihak yang terpinggirkan. BRA harus kembali pada prinsip itu, dan kami percaya Bang Jamal memahami esensi tersebut,” tambah Nasruddin.
Ia juga mendorong agar BRA memperkuat basis data korban konflik secara terpadu. Menurutnya, selama bertahun-tahun persoalan data menjadi hambatan utama penyaluran program yang tepat sasaran.
“Ke depan, BRA harus memiliki data tunggal. Tidak boleh lagi ada tumpang tindih, apalagi silang klaim. Dengan data yang baik, kebijakan akan lebih tepat, anggaran lebih efisien, dan kepercayaan publik meningkat. Ini pekerjaan besar, tapi saya yakin Bang Jamal bisa memulainya,” kata mantan kombatan itu.
Nasruddin menegaskan bahwa dukungan yang ia berikan bukan sekadar apresiasi, tetapi juga bentuk harapan agar kepemimpinan BRA menciptakan ruang baru bagi penyelesaian banyak persoalan reintegrasi yang belum tuntas.
“Kami siap bekerja sama, memberi masukan, bahkan mengkritik jika perlu. Yang penting BRA berjalan pada rel yang benar dan benar-benar hadir untuk masyarakat korban konflik. Ini amanah perdamaian, bukan sekadar struktur kelembagaan,” ujar mantan juru bicara Relawan Garda Muda Mualem-Dek Fad menutup komentarnya.
Dengan dukungan moral dari berbagai pihak, Jamaluddin diharapkan mampu membawa BRA memasuki fase baru lebih profesional, inklusif, dan berorientasi pada keberlanjutan reintegrasi Aceh yang berkeadilan.