Pilkada Aceh 2024 Berjalan Sukses dan Damai, Pengamat: Keamanan Politik Terjaga dengan Baik
Font: Ukuran: - +
Reporter : Nora
Pengamat politik dan keamanan Aceh, Aryos Nivada. Foto: for Dialeksis
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Pengamat politik dan keamanan Aceh, Aryos Nivada, memberikan apresiasi terhadap kelancaran Pilkada Aceh 2024 yang dinilai berjalan sukses dan damai tanpa ada gangguan keamanan yang signifikan.
Menurutnya, meskipun terdapat riak-riak kecil dan gesekan itu biasa terjadi dalam proses demokrasi, secara keseluruhan, Pilkada kali ini dapat dikatakan aman dan terkendali.
"Secara keseluruhan, Pilkada 2024 di Aceh berjalan dengan sukses dan damai. Meskipun ada beberapa riak kecil atau gesekan, hal itu adalah bagian dari dinamika dalam berdemokrasi. Tidak ada goncangan besar yang dapat mengganggu jalannya Pilkada," ujar Aryos dalam siaran RRI Menyapa “Dinamika Pilkada Aceh 2024”, Selasa (3/12/2024).
Aryos menambahkan bahwa jika ada penolakan terhadap hasil pleno, hal itu sudah diatur dalam mekanisme hukum yang berlaku. Artinya, semua pihak harus mengikuti prosedur yang ada untuk menyelesaikan setiap masalah dengan cara yang sah sesuai aturan yang berlaku.
Ia menegaskan bahwa Pilkada 2024 tidak memunculkan gejolak politik besar, dan hal-hal yang muncul lebih bersifat lokal dan dapat diselesaikan tanpa merusak stabilitas keamanan.
Terkait dengan peran aparat keamanan, Aryos juga mengapresiasi keberhasilan aparat dalam menjaga situasi kondusif selama proses Pilkada.
Menurutnya, meskipun ada beberapa tindakan kriminal seperti perusakan alat peraga kampanye (APK) dan intimidasi, hal tersebut lebih terkait dengan kriminalitas biasa, bukan terkait dengan politik secara langsung.
"Tindakan kriminal seperti itu harus ditangani sebagai pelanggaran hukum, bukan dipolitisasi," tegasnya.
Di sisi lain, dalam hal gerakan mobilisasi massa, Aryos berpendapat bahwa itu adalah hal yang wajar dalam proses demokrasi dan tidak seharusnya dipandang sebagai ancaman terhadap keamanan.
"Mobilisasi massa itu adalah bagian dari demokrasi, sebuah cara bagi masyarakat untuk menunjukkan dukungannya. Itu tidak mengganggu keamanan jika dikelola dengan baik."
Dosen Ilmu Politik Universitas Syiah Kuala (USK) ini juga menyoroti tantangan besar yang dihadapi oleh Gubernur terpilih Aceh setelah Pilkada, mulai dari masalah stunting, kemiskinan, pengangguran, serta keterbatasan anggaran yang semakin menipis karena berkurangnya dana Otonomi Khusus (Otsus) yang tinggal 1 persen hingga 2027.
Menurutnya, gubernur yang terpilih harus mampu mengakselerasi pembangunan di Aceh, dengan fokus pada pemerataan dan pemecahan masalah-masalah mendasar yang selama ini dihadapi masyarakat.
"Masalah Aceh masih sangat kompleks. Gubernur terpilih harus memiliki akselerasi yang kuat untuk menyelesaikan isu-isu seperti stunting, kemiskinan, dan pengangguran, serta distribusi pembangunan yang adil. Otsus tinggal 1 persen, ini PR besar bagi pemerintah daerah," ungkapnya.
Selanjutnya, Aryos mengimbau masyarakat untuk menerima hasil Pilkada dengan lapang dada. Menurutnya, apapun hasilnya sudah ditentukan oleh Allah, dan jika ada pihak yang tidak puas, mereka bisa menempuh jalur hukum yang tersedia tanpa menciptakan narasi yang mengarah pada kecurangan.
"Kalau tidak siap kalah, jangan ikut mencalonkan diri, mending zikir saja di mesjid,” pungkasnya.