kip lhok
Beranda / Politik dan Hukum / Politik Angka Kemiskinan Aceh

Politik Angka Kemiskinan Aceh

Jum`at, 05 Juli 2024 10:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Arn

Risman Rachman, pemerhati politik dan pemerintahan. Foto: for Dialeksis.com


DIALEKSIS.COM | Aceh - Rilis Badan Pusat Statistik (BPS) yang menyatakan ada penurunan jumlah penduduk miskin di Aceh sebanyak 2.200 orang masih bagian dari kerja bersama Pemerintah Aceh saat dipimpin oleh Pj Gubernur Aceh, Achmad Marzuki. 

“Beliau kan dicopot pada 13 Maret 2024. Jadi, penurunan angka kemiskinan itu masih buah dari kepemimpinan Achmad Marzuki,” sebut Risman Rachman kepada Dialeksis.com, Jumat (5/7).

Sayangnya, pada periode rilis BPS itu pula mantan Panglima Kodam Iskandar Muda itu dicopot, tepatnya pada Rabu, 13 Maret 2024. Jadi, banyak yang mengira itu buah dari kerja Pj Gubernur Aceh yang menggantikan Achmad Marzuki. 

“Jika mau lihat kinerja Pj Gubernur Aceh sekarang tinggal menunggu rilis BPS pada September 2024,” ujar pemerhati politik dan pemerintahan. 

Pertanyaannya, seandainya Achmad Marzuki tidak dicopot apakah akan muncul apresiasi dan angle berita media yang seragam? 

Berkaca pada laporan BPS sebelumnya, pada masa Achmad Marzuki masih sebagai Pj Gubernur Aceh, apresiasi itu tidak muncul. 

“Padahal, saat itu penurunan angka kemiskinan mencapai 11.700 orang dalam enam bulan (September 2022 - Maret 2023),” tambahnya. 

Risman membeberkan bukti. Pada awal November 2023, DPRA malah meminta Presiden untuk mencopot Marzuki karena dinilai tidak serius membangun Aceh. 

Menurut Risman hal yang sama juga pernah berlaku terhadap Nova Iriansyah. Padahal, ikhtiarnya dalam menurunkan angka kemiskinan juga ada. Pada Maret 2020 malah sempat menyalip Bengkulu. 

“Jangankan apresiasi, berbagai pihak ramai-ramai menempatkan angle provinsi termiskin di Sumatera. Bukan hanya berita, tekanan politik juga disampaikan lewat spanduk, papan bunga dan aksi,” sebut Risman. 

Disampaikannya, Nova masih beruntung. Sebagai politisi senior, dia cukup tahu bagaimana menari ditengah seudati tunang politik keacehan. 

“Meski sempat menghadapi dua kali pengalaman interpelasi, Nova selamat. Dia menjadi gubernur difinitif dan selamat hingga ke ujung masa tugas,” ujar Risman. 

Sebaliknya, Achmad Marzuki yang lebih kaya pengalaman di dunia militer gagal menari di panggung politik Aceh. Sebagai orang yang sudah biasa mendapat penugasan atau ditugaskan, beliau tidak terbiasa bermain silat politik. 

Peristiwa yang menimpa Achmad Marzuki dan sebelumnya dirasakan oleh Nova Iriansyah mengindikasikan adanya permainan politik angka kemiskinan. 

Saat Aceh dipimpin oleh orang yang diposisikan sebagai “awak gob” maka api kritis dinyalakan hingga membakar. 

Namun, saat Aceh ditangan sosok yang diposisikan sebagai “awak droe” api kritis justru menjadi “lilin kecil.” 

Risman berharap politik Aceh ke depan tidak seperti yang disinggung dalam al maidah ayat 8: “Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap suatu kaum, membuatmu berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa.“[]

Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI
Komentar Anda