kip lhok
Beranda / Politik dan Hukum / Ramai Ketua Partai Nasional Daftarkan Diri Dampingi Mualem, Pengamat: Memalukan

Ramai Ketua Partai Nasional Daftarkan Diri Dampingi Mualem, Pengamat: Memalukan

Senin, 06 Mei 2024 15:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Nora

Nasrul Zaman. Foto: net


DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Pengamat Kebijakan Publik Aceh Nasrul Zaman mengatakan fenomena berebutnya Ketua Partai Nasional wilayah Aceh untuk menjadi Calon Wakil Gubernur dari Muzakir Manaf alias Mualem ini mencemaskan sekaligus memalukan.

Diketahui, hingga saat ini sudah muncul beberapa nama ketua Partai Nasional di Aceh yang didaftarkan menjadi pendamping Mualem pada Pilgub 2024 mendatang. Diantaranya, Ketua DPD Partai Gerindra Aceh Fadhlullah alias Dek Fad, Ketua DPD Demokrat Muslim. Selain ketua partai nasional, kader terbaik PKS Nasir Djamil juga ikut ditawarkan untuk mendampingi sang eks kombatan itu.

"Fenomena ini mengindikasikan bahwasanya para Ketua Partai Nasional itu tidak pantas menjadi ketua partai sekalipun," kata Nasrul Zaman kepada Dialeksis.com, Senin (6/5/2024).

Menurutnya, masyarakat perlu bertanya bagaimana mekanisme rekrutmen mereka sebelumnya, karena sudah selayaknya menjadi ketua partai atau pimpinan partai politik maka jabatan politik tertinggi itu harus menjadi tujuan bukan menjadi pengikut yang menawarkan diri.

"Ini memalukan menurut saya dan ini juga kalau kita cermat telah terjadi proses pengkaderan pimpinan partai politik yang berlangsung kurang baik atau jauh dari sikap fair," katanya.

Lebih lanjut, Nasrul Zaman menyoroti bahwa belum ditemukan ada pemuda-pemuda yang didorong oleh kader partai politik menjadi pimpinannya, tidak ada yang di bawah umur 40 tahun semua di atas 50.

"Ini sebenarnya mencemaskan Aceh juga mencemaskan Indonesia secara keseluruhan. Jika petinggi partai menyatakan dia bersiap menjadi wakil ini sebenarnya pengumuman dan mempublikasikan bahwasanya dia memang tidak pantas menjadi gubernur sekaligus menjadi wakil gubernur," jelasnya.

Karena, bagi dia, tidak pantas seorang politisi mendowngrade dirinya sendiri. Harusnya mereka berebut menjadi gubernur, jika kemudian posisi terakhir hanya menjadi wakil gubernur itu sesuatu yang wajar dan lumrah, bukan tiba-tiba datang meminta jadi wakil. Ini memalukan.

Keyword:


Editor :
Alfi Nora

riset-JSI
Komentar Anda