kip lhok
Beranda / Politik dan Hukum / Survei Bravo Fanta Dinilai Menyesatkan, Tim Mualem Desak Media Lebih Cermat

Survei Bravo Fanta Dinilai Menyesatkan, Tim Mualem Desak Media Lebih Cermat

Minggu, 06 Oktober 2024 22:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Naufal Habibi

Tgk. Muhammad Nur, M.Si., Juru Bicara Tim Pemenangan Mualem-Dek Fadh. Dokumen untuk dialeksis.com.


DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Pemilu Aceh kian mendekat, namun berbagai polemik terus menyelimuti kontestasi politik. 

Baru-baru ini, hasil survei dari Bravo Fanta Institut menuai kontroversi setelah dituding menaikkan elektabilitas salah satu pasangan calon gubernur dan wakil gubernur Aceh, sementara pasangan rival Mualem (Muzakir Manaf) dan Dek Fadh (T. Fadhil Rahmi) terlihat menurun dalam hasil survei tersebut. 

Menurut Tgk. Muhammad Nur, M.Si., Juru Bicara Tim Pemenangan Mualem-Dek Fadh, hasil survei ini tak lebih dari sebuah upaya untuk menggiring opini publik. 

“Harus kita maklumi, berbagai macam cara dilakukan untuk membentuk opini masyarakat. Hasil survei ini adalah salah satunya, agar masyarakat terpengaruh,” ujarnya kepada Dialeksis.com, pada Minggu (6/10/2024).

Muhammad Nur menekankan bahwa masyarakat Aceh, khususnya para pemilih, harus lebih jeli dan cerdas dalam menganalisa hasil-hasil survei.

 “Jangan langsung percaya pada lembaga survei yang tidak kredibel, apalagi yang jelas-jelas dibayar. Kita harus mempertanyakan bagaimana metode yang digunakan, apakah datanya akurat, dan apakah pemetaan politik dilakukan secara detil," ujarnya.

Ia juga menyoroti fenomena kemunculan lembaga survei yang tumbuh bak jamur di musim hujan menjelang pemilu. 

Menurutnya, hanya lembaga survei yang diakui oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang patut dijadikan rujukan dalam memahami elektabilitas para calon.

 “Ada tujuh lembaga survei yang diakui oleh KPU, seperti Indikator, LSI, Poltracking, Charta Politika, SMRC, CSIS, dan Voxpol Center. Namun, Bravo Fanta Institut tidak termasuk di dalamnya," ujarnya. 

Muhammad Nur memperingatkan, jika hasil survei dari lembaga yang tidak diakui dipublikasikan oleh media, maka kredibilitas media tersebut juga patut dipertanyakan. 

Media harus lebih cermat dalam mempublikasikan informasi, jangan sampai karena ada imbalan atau kepentingan politik, media justru ikut menyebarkan hasil survei abal-abal.

Tak bisa dipungkiri, hasil survei menjadi salah satu alat penting dalam menggambarkan elektabilitas seorang kandidat. 

Namun, menurut Muhammad Nur, tidak semua survei mampu menangkap dinamika politik secara mendalam. 

“Apakah lembaga survei tersebut sudah memetakan secara detil berbagai aspek politik yang ada? Fenomena politik tidak hanya dipengaruhi oleh satu atau dua faktor, tetapi oleh aktor-aktor yang kompleks di belakangnya,” ujarnya.

Terkait hasil survei Bravo Fanta yang terkesan menurunkan elektabilitas Mualem-Dek Fadh, Muhammad Nur menyebut bahwa masyarakat Aceh saat ini sudah lebih cerdas dalam menyaring informasi. 

“Hari ini, masyarakat Aceh tidak bisa lagi dibodohi dengan cara-cara seperti ini. Ketika mereka gagal mengkondisikan isu dukungan ulama, mereka membuat survei tidak kredibel,” katanya.

Lebih lanjut, ia juga menilai argumen-argumen yang mendukung hasil survei tersebut terlalu naif, terutama jika hanya melihat dari perspektif musibah atau upaya penjegalan politik. 

"Kalau hanya dilihat dari aspek-aspek itu, siapa yang menjegal? Bisa saja semua ini adalah cipta kondisi untuk meraih simpati secara cepat," jelasnya.

Di tengah maraknya klaim terkait hasil survei, Muhammad Nur juga menekankan pentingnya transparansi dalam proses pengumpulan data. 

Lembaga survei yang kredibel, menurutnya, harus bisa menjelaskan secara terbuka bagaimana mereka melakukan pengambilan sampel, pemetaan wilayah, serta memetakan berbagai variabel politik yang mempengaruhi hasil survei.

Sebagai catatan, survei elektabilitas merupakan cerminan dari realitas politik yang dinamis. Namun, jika lembaga survei tersebut tidak memiliki standar yang diakui secara nasional, kredibilitas data yang dihasilkan pun patut diragukan. 

"Jika metode yang digunakan tidak jelas, bagaimana bisa kita mempercayai hasilnya? Apalagi kalau tujuannya hanya untuk menggiring opini,” ujar Muhammad Nur.

Sementara itu, di kalangan masyarakat Aceh, isu hasil survei yang dipublikasikan Bravo Fanta Institut memicu perdebatan. Beberapa kalangan menyatakan bahwa mereka tetap mempercayai pasangan calon berdasarkan rekam jejak dan program kerja yang ditawarkan, bukan semata-mata dari hasil survei.

Namun, bagi tim pemenangan Mualem-Dek Fadh, hasil survei yang beredar ini justru bisa menjadi motivasi bagi masyarakat Aceh untuk lebih teliti dalam menyaring informasi.

 “Masyarakat sudah semakin pintar, dan mereka akan lebih kritis dalam melihat data-data seperti ini. Kita berharap pemilih dapat menggunakan akal sehat dan informasi yang kredibel saat memutuskan pilihan mereka di pemilu nanti,” tutup Muhammad Nur.***

Keyword:


Editor :
Alfi Nora

riset-JSI
Komentar Anda