Kamis, 18 September 2025
Beranda / Gaya Hidup / Seni - Budaya / Arkeolog IAAI Aceh Ingatkan Pentingnya Kepedulian Kolektif Jaga Warisan Budaya

Arkeolog IAAI Aceh Ingatkan Pentingnya Kepedulian Kolektif Jaga Warisan Budaya

Kamis, 18 September 2025 14:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Arn

Ketua Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia (IAAI) Komisariat Aceh, Ambo Asse, S.S., M.Si., menyerukan agar seluruh elemen masyarakat, pemerintah, hingga kalangan akademisi, mengambil peran aktif dalam menjaga dan melestarikan situs cagar budaya di Aceh. [Foto: Dokpri]


DIALEKSIS.COM | Aceh - Ketua Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia (IAAI) Komisariat Aceh, Ambo Asse, S.S., M.Si., menyerukan agar seluruh elemen masyarakat, pemerintah, hingga kalangan akademisi, mengambil peran aktif dalam menjaga dan melestarikan situs cagar budaya di Aceh. 

Menurutnya, pelestarian warisan budaya bukan sekadar soal melindungi benda bersejarah, melainkan juga menjaga identitas dan keberlangsungan peradaban.

“Warisan budaya adalah jejak peradaban yang memberi kita jati diri. Jika itu hilang, maka kita kehilangan memori kolektif sebagai bangsa,” ujar Ambo Asse kepada Dialeksis di Banda Aceh, Kamis (18/9/2025) saat diskusi di Polem Coffee Peunayong.

Ia menegaskan, banyak situs bersejarah di Aceh yang saat ini berada dalam kondisi rentan, baik akibat faktor alam, alih fungsi lahan, maupun minimnya kesadaran publik. Padahal, situs-situs tersebut menyimpan nilai pengetahuan, spiritualitas, serta simbol keberagaman yang penting bagi generasi mendatang.

Menurut Ambo, beberapa situs purbakala dan bangunan bersejarah di Aceh menghadapi tekanan serius. Mulai dari abrasi pantai yang mengancam situs arkeologi pesisir, perusakan tak bertanggung jawab, hingga proyek pembangunan yang kerap mengabaikan aspek pelestarian.

“Setiap kali ada pembangunan, sering kali aspek arkeologi dan cagar budaya tidak dijadikan pertimbangan utama. Padahal, undang-undang sudah jelas mengamanatkan perlindungan,” tuturnya.

Ia menambahkan, peran pemerintah daerah sangat vital dalam memastikan regulasi berjalan. Namun, tanggung jawab itu tidak bisa dipikul pemerintah semata. 

“Masyarakat, akademisi, media, dan komunitas lokal harus turut serta. Kepedulian kolektif adalah kunci,” kata Ambo.

Selain aspek identitas, Ambo menekankan bahwa pelestarian warisan budaya juga memiliki nilai ekonomi. Situs sejarah dan budaya bisa menjadi destinasi wisata yang berkelanjutan, sekaligus membuka peluang bagi masyarakat sekitar.

“Cagar budaya yang dirawat dengan baik bisa menjadi motor penggerak ekonomi lokal, terutama lewat pariwisata berbasis sejarah dan budaya. Namun, harus dikelola secara serius dan tidak sekadar mengejar komersialisasi,” jelasnya.

Ambo mengajak generasi muda Aceh untuk ikut terlibat melalui pendidikan, penelitian, maupun gerakan komunitas. Ia percaya, keterlibatan anak muda akan menjadi energi baru dalam melanjutkan estafet kepedulian terhadap warisan budaya.

“Jangan sampai situs bersejarah hanya kita kenal lewat foto hitam putih di buku pelajaran. Generasi sekarang harus bisa melihat, merasakan, dan menjaga langsung,” pungkasnya. [arn]

Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI
bpka - maulid