kip lhok
Beranda / Sosok Kita / Kisah Menjadi Mahasiswa Jurusan Sipil, Adakah Anda Rasakan?

Kisah Menjadi Mahasiswa Jurusan Sipil, Adakah Anda Rasakan?

Sabtu, 04 Mei 2024 16:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Ratnalia

DIALEKSIS.COM | Soki - Jurusan teknik dipandang keren karena memiliki ciri khas tersendiri dibandingkan jurusan lain, mulai dari gaya berpakaian, sikap, hingga kebiasaan untuk bergerombol. Setiap jurusan di fakultas teknik memiliki jargon masing-masing yang membuat mahasiswa teknik terlihat gagah dan lantang. Namun di balik kerennya, mahasiswa teknik juga menghadapi dilema dalam kehidupan perkuliahannya.

Kisah itu terurai dari pengalaman Muhammad Fathin Kurnia (20), seorang mahasiswa teknik sipil di Universitas Syiah Kuala. Ketika ditanya Dialeksis.com (04/05/2024) tentang suka duka kuliah di teknik sipil, Fathin bercerita bahwa untuk masuk jurusan teknik sipil dan sejenisnya bukanlah hal yang mudah karena harus bersaing dengan banyak pemuda lainnya.

Apalagi saat ini jurusan teknik sipil Universitas Syiah Kuala sudah berakreditasi A, jurusannya juga A, semakin bangga lagi sudah terakreditasi internasional sehingga membuat banyak peminat dari seluruh Indonesia mendaftar ke kampus tersebut.

Fathin membagikan kisah kepada "anak muda" yang ingin masuk ke jurusan Sipil di Universitas Syiah Kuala. Dimulai dari hal yang disukainya, yaitu minimnya hafalan di jurusan tersebut.

"Di jurusan teknik sipil itu minim hafalan. Karena biasanya mereka yang tidak suka hafalan umumnya pilih ke jurusan teknik. Jadi buat kita yang tidak suka hafalan tetapi suka hitung-hitungan, ada kemungkinan cocok di jurusan teknik sipil," ujarnya kepada Dialeksis.com.

Hal lain yang disukainya adalah sering kuliah lapangan, "menyerap ilmu langsung dari pengalaman lapangan sehingga membuat jadi mudah difahami," ungkapnya.

Mengenai fashion anak teknik yang cuek, ia menjelaskan bahwa di kalangan mahasiswa teknik, prioritas fashion tidak utama karena keilmuan dan segera lulus menjadi target utama.

Dari sisi pelajaran di jurusan teknik sipil, Fathin lebih menyukainya karena mudah dilihat dalam kehidupan sehari-hari di sekitar, sehingga mudah menyerap ilmunya.

"Karena harus bersentuhan langsung dengan objek seperti jalan, gedung, jembatan, dan lain-lain, yang memberi motivasi di saat-saat sulitnya belajar agar bisa mendesain. Kalau malas-malasan, nanti gedung yang didesain bisa roboh," candanya.

Hal yang sangat berkesan baginya sebagai mahasiswa teknik sipil adalah tidak pernah bersentuhan dan belajar listrik serta magnet.

"Kita lebih fokus belajar penerapan ilmu mekanika, sudah tidak mau pusing lagi dengan ikatan-ikatan kimia," ujarnya.

Setelah bercerita tentang hal yang disukainya, Fathin menjelaskan duka menjadi mahasiswa teknik sipil, reaksi cepat langsung menyatakan tugasnya sangat banyak.

"Rasanya bohong kalau bilang kuliah di teknik sipil itu santai. Malam minggu pun kita masih mengerjakan tugas. Kadang suka iri lihat jurusan lain yang santai di kosan atau nongkrong pulang kuliah di mall bersama teman-teman seperti di FTV. Setiap hari membawa tas berat, laptop, buku catatan, air minum, kadang juga membawa tabung gambar," ungkapnya sambil mengelus dada.

Belum lagi image 'label' jadi mahasiswa teknik sipil sangking sibuknya kuliah tanpa sadar telah nyaman menjomblo, kebanyakan anak sipil seperti itu. Namun, kata Fathin, ada juga yang sudah memiliki pacar di kalangan mahasiswa teknik sipil.

Belum lagi dukanya yang masih dirasakan adalah hubungan kasta 'senior dan junior' walaupun tidak seperti cerita senior lama yang mengatakan perlakuannya keras, sekarang sudah lebih humanis.

Meski demikian, Fathin juga sukses di organisasi, seperti Fasilitator Tangguh Bencana (2021 - sekarang) dan Himpunan Mahasiswa Sipil (2023-2024). Selain itu, ia juga mendapatkan penghargaan juara dua di kompetisi tulisan diadakan Politeknik Negeri Jakarta dengan judul "Solid ribbed arch with CFST geopolymer method as a flood-resilient bridge" pada tahun 2023, dan menjadi finalis kompetisi tulisan nasional diadakan Universitas Atma Jaya Yogyakarta dengan judul "The use of C-Biston as an alternative material for sustainable buildings in Aceh Province" pada tahun yang sama.

Itulah sekelumit kisah dari pengalaman Muhammad Fathin Kurnia, mahasiswa jurusan teknik sipil di Universitas Syiah Kuala. Kisah ini tentunya bukan cerminan sama dari sekian banyak pengalaman mahasiswa jurusan teknik sipil lainnya.

Namun, dapat menjadi gambaran informasi bagi generasi muda yang ingin menempuh dan mengambil jurusan tersebut di berbagai universitas, baik negeri maupun swasta.

Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI
Komentar Anda