DIALEKSIS.COM | Tajuk - Tragedi pembunuhan Hasviani Imam membuka luka mendalam di hati masyarakat Aceh Utara sekaligus menantang integritas sistem hukum. Peristiwa yang berawal dari transaksi jual beli mobil Toyota Innova dengan modus tes drive di jalur sepi ini, berakhir dengan penemuan jenazah korban secara mengenaskan. Kasus ini tidak hanya menyisakan duka, tetapi juga menyoroti potensi celah dalam mekanisme pengawasan dan akuntabilitas aparat negara.
Dalam kerangka teori keadilan retributif, di mana setiap pelaku kejahatan harus mendapatkan hukuman setimpal atas perbuatannya, penting untuk menegakkan prinsip equality before the law tanpa kecuali. Keterlibatan oknum militer dalam tindak pidana ini harus segera ditindaklanjuti secara transparan dan tegas, guna mengembalikan kepercayaan publik terhadap institusi pertahanan dan keamanan. Teori ini menekankan bahwa keadilan tidak hanya soal pembalasan, tetapi juga perlindungan nilai moral dan integritas sosial.
Selain itu, kasus ini mengungkap praktik perdagangan kendaraan ilegal yang kian merajalela, yang dimanfaatkan oleh jaringan kriminal dengan dukungan internal. Perspektif teori institusional mengingatkan kita bahwa setiap lembaga negara harus memiliki sistem pengawasan internal yang kuat untuk mencegah terjadinya penyimpangan. Evaluasi menyeluruh terhadap mekanisme tersebut menjadi kunci agar kejadian serupa tidak terulang.
Pentingnya proses hukum yang independen dan akuntabel dalam menyelesaikan kasus ini tidak hanya tentang menjatuhkan hukuman, melainkan juga sebagai langkah strategis untuk mereformasi sistem hukum yang ada. Harapan masyarakat adalah agar setiap warga mendapatkan perlindungan hukum yang adil, bebas dari intervensi dan penutupan fakta.
Semoga tragedi ini menjadi momentum perbaikan, sehingga prinsip keadilan dan transparansidapat ditegakkan secara konsisten, serta sistem hukum mampu menampung dan menyelesaikan setiap pelanggaran dengan integritas yang tinggi.
Sebelumnya
