kip lhok
Beranda / Tajuk / Tragedi Darurat Beras Di Tahun Politik

Tragedi Darurat Beras Di Tahun Politik

Kamis, 07 Maret 2024 08:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Redaksi

Foto: Helmi Supriyatno


DIALEKSIS.COM | Tajuk - Tragedi darurat beras yang saat ini tengah melanda menjadi sorotan yang memilukan bagi bangsa kita. Warga harus rela menghabiskan berjam-jam untuk mendapatkan beras murah dalam kemasan bantuan sosial, sebuah pemandangan yang seharusnya tidak terjadi dalam sebuah negara yang kaya akan sumber daya alam seperti Indonesia. Hal ini menjadi catatan kelam dalam sejarah ketahanan pangan kita di tahun 2023-2024.

Pemerintah, menyadari urgensi situasi ini, telah mengambil langkah besar dengan mengawal bantuan beras melalui kebijakan impor hingga 3,6 juta ton, jumlah impor terbesar dalam sejarah ketahanan pangan nasional. Meskipun langkah ini diharapkan dapat mengatasi kekurangan pasokan beras, dampaknya seakan seperti pemadaman kebakaran, meninggalkan jejak yang terasa dalam ekonomi dan daya beli masyarakat.

Kenaikan harga beras yang melonjak di atas harga eceran tertinggi yang ditetapkan pemerintah adalah cerminan dari kekurangan pasokan di pasar, yang disebabkan oleh mundurnya masa panen dan kian defisitnya pasokan dari sentra-sentra produksi padi. Kenaikan harga yang tidak terkendali ini berpotensi memicu inflasi yang akan merusak daya beli masyarakat.

Di sisa masa pemerintahan Joko Widodo yang hanya sekitar 7 bulan lagi, tugasnya menjadi semakin berat. Namun, perlu diingat bahwa dalam tantangan ada kesempatan. Pemerintah harus mampu menjinakkan situasi ini dengan mengoptimalkan dan memuliakan sumber-sumber pangan lokal, menjadikan mereka sebagai solusi jangka panjang yang dapat menepis ancaman kelaparan di masa mendatang.

Menjelang bulan puasa Ramadhan yang akan datang, penting bagi pemerintah untuk memastikan stok sejumlah bahan pangan strategis seperti beras, gula, daging, jagung, kacang kedelai, minyak goreng, dan telur, serta mengambil langkah-langkah konkrit untuk memastikan ketersediaan dan aksesibilitasnya bagi seluruh masyarakat, terutama mereka yang berada dalam kondisi ekonomi yang rentan.

Tragedi darurat beras bukanlah sekadar masalah ketersediaan pangan, tetapi juga ujian bagi kepemimpinan kita dalam menghadapi tantangan-tantangan besar. Saat ini, kita semua, baik pemerintah maupun masyarakat, harus bersatu dalam semangat gotong royong untuk mengatasi krisis ini dan membangun masa depan yang lebih baik bagi bangsa Indonesia.

Mengatasi tragedi krisis beras ini bukan hanya tanggung jawab pemerintah, namun juga tugas bersama bagi semua elemen masyarakat. Solidaritas dan kolaborasi antara pemerintah, produsen, distributor, dan masyarakat menjadi kunci dalam menjaga stabilitas pangan dan kesejahteraan bersama di tengah tantangan ini.

Tragedi krisis beras saat ini harus menjadi cambuk bagi kita semua untuk membangun sistem pangan yang lebih tangguh, adil, dan berkelanjutan. Ini bukan hanya tentang bertahan di tengah krisis, namun juga tentang mempersiapkan diri untuk menghadapi tantangan-tantangan yang akan datang.

Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI
Komentar Anda