kip lhok
Beranda / Berita / Aceh / 10 Tahun Tari Saman Warisan Dunia, Tarmizi: Sosialisasi Nilai Budaya Harus Diperkuat

10 Tahun Tari Saman Warisan Dunia, Tarmizi: Sosialisasi Nilai Budaya Harus Diperkuat

Jum`at, 26 November 2021 10:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : fatur
10 Tahun  UNESCO tetapkan Tari Saman Gayo sebagai warisan dunia. [Foto: Ist]

DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Tepat 10 Tahun UNESCO secara resmi mengakui Tari Saman Gayo sebagai warisan dunia tak benda.

Budayawan Aceh, Tarmizi A Hamid mengatakan, seperti halnya yang lain, kalau sudah ditetapkan oleh UNESCO terhadap suatu produk budaya yang telah diakui dunia dalam hal ini adalah lembaga PBB bidang pendidikan dan kebudayaan, saya rasa ini memiliki sertifikat tertentu dari UNESCO.

“Artinya kalau itu sudah ditetapkan sebagai warisan dunia terhadap produk budaya tersebut, jadi apapun yang menyangkut dengan Tari Saman tersebut sudah di akui oleh dunia,” ucapnya kepada Dialeksis.com, Jumat (26/11/2021).

Dan ketika itu ditetapkan sebagai warisan dunia, Tarmizi mengatakan, maka akan ada hak-hak khusus atau hak-hak tertentu yang harus diterima oleh daerah.

“Terutama Remunerasi Internasional di Bidang Budaya, yang saya tahu seperti itu. Misalkan Malaka yang ditetapkan sebagai kota warisan dunia terhadap peninggalan-peninggalan bersejarah di kota tersebut, artinya disini dunia juga memperhatikan keberadaan dan keberlangsungan dari hal tersebut,” ujarnya.

Sebenarnya disini juga kata Tarmizi, “Kita juga tidak tahu perkembangan daripada Tari Saman itu yang telah ditetapkan UNESCO selama 10 tahun ini, apakah ada menerima hak-hak khusus atau hak-hak tertentu, disini yang mengetahu itukan adalah Pemerintah Gayo dan Pemerintah Aceh,” sebutnya.

Namun, harusnya hal-hal seperti itu disampaikan kepada masyarakat, Tarmizi mengatakan, hal itu juga dimaksudkan agar masyarakat juga lebih memahami arti daripada budaya-budaya itu sendiri, artinya juga disini masyarakat terinspirasi dan juga memelihara sebagai aset-aset budaya yang harus dijaga dan dilestarikan.

Banyak Seniman Milineal Mengembangkan Seni Tradisional di Zaman Modern

Tarmizi mengatakan, Jika bentuk Asli (Otentik) daripada Budaya itu tidak dihilangkan itu tidak menjadi masalah.

“Misalkan irama-irama tertentu di otak-atik sedikit, namun keaslian daripada budaya itu tidak dirubah sama sekali itu boleh saja,” sebutnya.

Artinya disini, kata Tarmizi, menggabungkan seni masa kini dan masa lalu dengan maksud untuk memperbaharui itu tidak menjadi masalah.

“Yang penting nilai-nilai dari sejarah dan budaya itu sendiri tetap terjaga atau Otentiknya tetap terjaga,” tambahnya lagi.

Tarmizi menyampaikan, karena seni itu harus dinikmati oleh semua kalangan sanubari insan masing-masing.

Sosialisasi Yang Diperkuat Untuk Angkat Nilai Budaya Daerah

Saat ini, di zaman modern ini dan selama ini sebenarnya kita masih kurangnya sosialisasi terhadap bidang itu sendiri (Budaya Daerah).

“Kurang sosialisasi dan pengenalan Budaya kepada masyarakat itu sendiri oleh pemerintah kita,” sebutnya.

Di zaman saat ini, banyak sekali budaya-budaya yang dari luar itu masuk dan mudah sekali diterima oleh genarasi saat ini. “Padahal kita memiliki banyak sekali budaya yang dimana itu masih kurang sosialisasikan kepada masyarakat,” tambahnya.

Oleh karena itu, Tarmizi mengatakan, harusnya adanya sebuah pelatihan, pelaksanaan event lokal yang mengangkat nilai budaya daerah, dan lainnya.

Sebelumnya, Dinas Pariwisata Provinsi itu ada membuat event mengenai Seudati seleuruh Aceh secara Virtual. “Hal-hal seperti inilah yang harus dilakukan,” kata Tarmizi.

Selama ini, kata Tarmizi, kita selalu beralasan karena kondisi yang tengah pandemi, sehingga tidak bisa membuat event ataupun sejenisnya.

Misalkan event pengenalan masakan Aceh, itu harus disosialisasikan kepada masyarakat. “Seperti apa dapur Aceh itu, seperti apa masakan Aceh itu, sehingga generasi sekarang menjadi tahu dan tidak aneh lagi ketika mendapati hal-hal seperti itu,” ujar Tarmizi.

Pemanfaatan teknologi itu sendiri di zaman modern ini harusnya dapat mendukung dan membantu mempermudah dalam mencapai atau mengembangkan nilai-nilai budaya itu sendiri.

“Namun setalah pandemi nanti jangan sampai kita juga ke enakan dengan pelaksanaan secara Virtual saja,” tukasnya.

Oleh karenanya, Pemanfaatan segala lini di zaman serba modern ini harus bisa maksimal dilakukan, dari pelaksanaan event, sosialisasi, pelatihan, perlombaan, dan lainnya harus dilakukan dengan maksimal agar masyarakat dan genarasi saat tahu bahwa nilai budaya Aceh itu seperti apa.

"Ataupun membuat sebuah aplikasi atau sebuah platform edukasi terhadap pengetahuan budaya Aceh, hal seperti yang harus dilakukan, jadi tidak ada hal yang tak bisa dilakukan walaupun kita tengah pandemi," pungkasnya. [ftr]
Keyword:


Editor :
Alfatur

riset-JSI
Komentar Anda