DIALEKSIS.COM | AS - BPOM RI menjalin kerja sama penting dengan dua perusahaan biofarmasi global, RoosterBio dan AstraZeneca, dalam rangka mempercepat akses terapi inovatif bagi masyarakat Indonesia. Pertemuan yang dipimpin langsung oleh Kepala BPOM, Prof. Dr. Taruna Ikrar, ini berlangsung selama dua hari, 7-8 Mei 2025, di Amerika Serikat.
“Kami tidak ingin Indonesia hanya menjadi pasar. Kami ingin menjadi pemain utama di bidang farmasi dan bioteknologi,” tegas Taruna Ikrar di hadapan jajaran pimpinan AstraZeneca. Menurutnya, salah satu kunci menuju kemandirian industri farmasi nasional yakni alih teknologi.
Dalam pertemuan dengan RoosterBio, BPOM membahas potensi pengembangan terapi berbasis sel punca mesenkimal (MSCs) dan vesikel ekstraseluler (EV). Teknologi ini dipercaya dapat mempercepat pengobatan regeneratif dan memberikan alternatif terapi baru bagi pasien di Indonesia.
Crystal Cruz dari RoosterBio menjelaskan, “MSCs berasal dari berbagai jaringan, seperti sumsum tulang, jaringan lemak, tali pusat, hingga plasenta. Selain meregenerasi jaringan, MSCs juga membantu menekan respons imun tubuh.”
Ia juga menambahkan bahwa selama proses kultur, MSCs melepaskan campuran protein dan vesikel yang disebut secretome.
“Campuran inilah yang sedang banyak dikembangkan sebagai agen terapeutik,” jelasnya.
Taruna Ikrar menyambut baik teknologi ini dan menyebut bahwa BPOM sudah menyiapkan regulasi baru terkait terapi pengobatan lanjutan.
“Regulasi ini kami terbitkan pada 18 Maret 2025, dan mencakup terapi gen, imunoterapi, dan terapi sel,” ujarnya.
Sementara itu, dalam kunjungan ke AstraZeneca, BPOM menekankan pentingnya kerja sama jangka panjang dan akses terhadap terapi inovatif yang telah disetujui di negara maju. AstraZeneca menyambut baik langkah tersebut.
“Kami akan sepenuhnya mendukung inisiatif ini. Semua yang kami lakukan demi kepentingan pasien,” kata Jorge Azar, Senior Area Regulatory Director AstraZeneca untuk Amerika Latin.
Pertemuan ini juga menjadi bagian dari upaya BPOM memperkuat posisi Indonesia dalam sektor farmasi global. Selain membuka peluang kolaborasi, BPOM ingin memastikan bahwa terapi-terapi mutakhir bisa tersedia dengan harga terjangkau dan kualitas tinggi.
“BPOM terus berkomitmen mempercepat transformasi sektor kesehatan nasional. Melalui kerja sama seperti ini, kita bisa memperkuat industri dalam negeri dan memberikan solusi nyata bagi pasien Indonesia,” pungkas Taruna. [h]