kip lhok
Beranda / Politik dan Hukum / Guru Besar Universitas Al-Azhar Harapkan Sinergi Penegak Hukum Berantas Korupsi Pertambangan

Guru Besar Universitas Al-Azhar Harapkan Sinergi Penegak Hukum Berantas Korupsi Pertambangan

Sabtu, 01 Juni 2024 23:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Prof. Suparji Ahmad, Guru Besar Hukum Pidana Universitas Al-Azhar mengharapkan agar penegak hukum baik Kejaksaan RI, Polri maupun KPK bisa bersinergi dan berkolaborasi untuk mencegah dan memberantas tindak pidana korupsi di sektor pertambangan. [Foto: for Dialeksis.com]


DIALEKSIS.COM | Jakarta - Dalam beberapa waktu terakhir ini Penyidik Tindak Pidana Korupsi Kejaksaan Agung banyak menindak perkara tindak pidana korupsi di sektor pertambangan

Ketentuan pidana dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2020 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara merupakan administrative penal law (sanksi pidana pada hukum administrasi) yang sifatnya memperkuat ketentuan-ketentuan administrasi di sektor pertambangan sehingga dapat dilaksanakan sesuai harapan.

Dalam hukum positif penindakan terhadap administrative penal law di sektor pertambangan dilakukan oleh Penyidik Polri dan PPNS, namun adakalanya dalam praktek baik Penyidik di Kejaksaan RI, Polri maupun KPK menindak perbuatan-perbuatan melawan hukum di sektor pertambangan dengan menggunakan instrumen UU tndak pidana korupsi.

Prof. Suparji Ahmad, Guru Besar Hukum Pidana Universitas Al-Azhar, mengatakan berdasarkan azas systematische specialiteit dan azas logische specialiteit pada kondisi tertentu perbuatan-perbuatan pidana di bidang administrasi dapat ditindak dengan tindak pidana korupsi karena alasan adanya tindakan koruptif dalam proses operasional pertambangan, misalnya adanya suap menyuap, persekongkolan penyelenggara negara dan pihak swasta, dan niat jahat dalam pengurusan ijin serta perbuatan tersebut telah mengakibatkan kerugian keuangan negara yang besar, yang itu tidak mungkin ditangani dengan administrasi penal law.

"Penerapan tindak pidana korupsi baik oleh Penyidik Kejaksaan RI, Polri maupun KPK dapat dilakukan dan memang aparat penegak hukum tersebut berwenang untuk itu, jadi menurut hemat Prof.Suparji Ahmad tidak mungkin masing-masing lembaga tersebut saling caplok kewenangan," tegas Prof Suparji dalam keterangannya yang diterima Dialeksis.com, Sabtu (1/6/2024).

Prof. Suparji bahkan mengharapkan agar penegak hukum baik Kejaksaan RI, Polri maupun KPK bisa bersinergi dan berkolaborasi untuk mencegah dan memberantas tindak pidana korupsi di sektor pertambangan.

"Karena terbukti di sektor pertambangan yang banyak menimbulkan kerugian keuangan negara yang besar dan hanya menguntungkan segelintir pihak-pihak tertentu," tandasnya. [*]

Keyword:


Editor :
Indri

riset-JSI
Komentar Anda