kip lhok
Beranda / Liputan Khusus / Indepth / Banjir lagi, Apakah Kita Manusia Pecundang?

Banjir lagi, Apakah Kita Manusia Pecundang?

Sabtu, 08 Oktober 2022 15:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Baga

Banjir Aceh Utara. [Foto: Dialeksis]

Pertama, intensitas hujan yang terlalu tinggi di tempat tersebut. Kedua, air di tempat itu tidak diserap secara baik oleh tanah di bawahnya. Ketiga, banjir tahunan di Aceh Utara ini juga bisa disebabkan oleh kondisi hidrogeologi atau ekosistem bawah tanah.

“Mungkin disebabkan adanya sungai-sungai purba, atau akuifer atau kantong-kantong air di bawah batuan atau tanah. Makanya perlu dilakukan penelitian secara komprehensif,” ujarnya.

Prof TA Sanny mengaku siap jika diajak untuk melakukan penelitian guna mengenali (recognize) penyebab banjir di Aceh Utara.

“Saya punya berbagai teknologi untuk scanning bumi layaknya metoda rontgen bagi dunia kedokteran untuk mengetahui penyebabnya kanker,” ujarnya.

Saya sudah menangani berbagai daerah dan sukses: Tangerang, Kemayoran, Balikpapan, yang dulu pernah banjir tetapi sekarang sudah stabil, dengan syarat tata ruang tidak boleh diubah,” imbuh TA Sanny.

Reboisasi dan rekayasa Prof TA Sanny mengatakan, setelah diawali dengan penelitian secara komprehensif, maka ada dua cara yang bisa dilakukan untuk menangani banjir di Aceh Utara, yakni dengan cara alamiah (reboisasi) dan dengan cara rekayasa.

“Kalau di dunia kedokteran, reboisasi ini pakai obat herbal, sementara untuk rekayasa ini pakai metode bedah,” ungkapnya.

Pada umumnya, kata TA Sanny, kasus banjir tahunan seperti di Aceh Utara ini akibat eksploitasi yang berlebihan terhadap alam, terutama hutan yang ada di perbukitan.

Selanjutnya »     Jika ini yang terjadi, maka perlu dilaku...
Halaman: 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Keyword:


Editor :
Alfatur

riset-JSI
Komentar Anda